1. Menyelamatkan Diri
Tinggal lima menit lagi pesawat yang ditumpangi Jungkook dan teman-temannya akan mendarat. Hal itu membuatnya tidak sabar lantaran dia sudah sangat lapar. Begitu pun dengan teman yang duduk di sampingnya, Taehyung. Sepanjang perjalanan dihabiskan oleh keduanya hanya dengan tidur. Sebelum naik ke penerbangannya, Jungkook dan Taehyung menghabiskan waktu mereka untuk bermain game. Terkadang kedua pemuda ini memang suka begitu, apalagi setelah menyelesaikan konsernya.
Taehyung dan Jungkook merupakan anggota dari grup idola yang saat ini sangat populer di Korea saat ini. Karena kepopuleran grupnya ini, mereka sering kali mengadakan rangkaian konser keluar negeri. Kali ini negara yang dikunjungi Taehyung dan teman-temannya adalah Taiwan. Konser mereka di sana berjalan sukses dengan puluhan ribu penggemar yang menghadiri konser tersebut.
Akhirnya, pesawat pun mendarat. Setelah menunggu lebih dari dua menit, Jungkook dan Taehyung keluar dari pesawat. Keduanya tampak bergegas meninggalkan pesawat karena ingin membeli makanan di bandara. Selesai pemeriksaan di bandara, keduanya meninggalkan teman-teman mereka yang lain, berjalan beriringan sambil membicarakan makanan apa yang akan mereka beli. Mereka tiba di tempat penjualan makanan yang ada bagian lain bandara.
Taehyung memisahkan diri dari Jungkook ketika terpikirkan olehnya untuk membeli kimbab. Mengambil sebungkus kimbab, membukanya dan langsung memakan kimbab tersebut. Dia melangkah lagi, mengambil ramyeon dan sosis siap makan, kemudian pergi ke kasir untuk membayar. Dilihatnya Jungkook menenteng keranjang, dan Taehyung menduga jika temannya itu membeli banyak makanan ringan. Benar saja, saat itu Jungkook memang membeli begitu banyak ringan dalam keranjangnya.
Selagi Jungkook menunggu belanjaannya ditotal, Taehyung pergi ke sudut untuk menyeduh air panas pada ramyeon-nya. Sambil menunggu ramyeon-nya matang, tiba-tiba terjadi ledakan besar di bandara. Sesuatu mengenai kepalanya hingga dia terjatuh dan tak sadarkan diri selama beberapa saat. Ketika sadar, tempat itu sudah dipenuhi asap hitam, suara teriakan orang-orang yang panik terdengar membahana di mana-mana, namun Taehyung tidak melihat Jungkook di sana.
Hal itu membuatnya ikut panik dan takut—di samping memikirkan keadaan teman-temannya yang lain—dan bergegas mencari Jungkook. Akibat ledakan tersebut listrik di bandara juga ikut padam hingga menyulitkan Taehyung untuk mencari Jungkook. Saat keluar dari minimarket, Taehyung sempat kebingungan mencari jalan. Lalu dia berteriak memanggil nama Jungkook, berjalan dalam gelap sambil menutup hidung dan mulut agar tidak menghirup asap.
Mengambil ponsel, lantas menyalakan lampu flash pada ponselnya untuk memudahkannya mencari Jungkook. Sudah sampai di dekat elevator tetapi Jungkook belum terlihat juga, lantas pemuda itu berbalik dengan harapan akan menemukan temannya. Taehyung terbatuk-batuk saat menyusuri di dekat minimarket. Asap hitam ini tak hanya mengganggu penglihatannya, tetapi juga pernapasannya. Tetapi demi temannya, dia tidak terlalu memikirkan hal itu. Sampai akhirnya dilihatnya Jungkook terkapar di lantai tak sadarkan diri.
Dahinya berdarah, tampaknya sesuatu mengenai kepala Jungkook saat ledakan itu terjadi. Memeriksa badan Jungkook untuk memastikan tidak ada luka lain pada tubuhnya, Taehyung bersyukur karena temannya tidak mengalami luka parah saat itu.
“Hyung,” guman Jungkook saat tersadar.“Ledakan apa itu tadi?”
“Entahlah,” jawab Taehyung bingung. “Kau baik-baik saja?” tanya Taehyung secara spontan.
“Ya. Kau sendiri bagaimana? Yang lainnya di mana?” Seketika Jungkook tampak panik.
“Aku baik-baik saja. Mari, kita cari mereka.”
Suara-suara tak lagi terdengar saat Taehyung dan Jungkook menuju ruang tunggu tempat teman-temannya berada. Lalu langkah mereka terhenti, keduanya terperanjat dengan apa yang mereka lihat. Badan pesawat malang melintang di sana dengan api yang begitu besar, hingga mustahil untuk bisa dilewati. Atas inisiatifnya sendiri, Taehyung mencari jalan memutar, namun lagi-lagi dia harus menerima kenyataan pahit. Tempat itu ternyata sudah hancur—tempat di mana teman-temannya berada—yang terlihat hanya tumpukan puing dan bau jenazah yang terbakar.
Jungkook yang berdiri tidak jauh dari Taehyung tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Teman-temannya tertimbun puing-puing dan mungkin tidak bisa menyelamatkan diri. Berjongkok, sambil menundukkan wajah, pemuda itu menangis. Namun tangisan Jungkook tidak berlangsung lama ketika Taehyung berteriak. Dia sendiri terkesiap melihat Taehyung mendapat serangan. Orang itu menyerang sementara api masih membakar tubuhnya, seakan-akan tak merasakan sakit walaupun kulitnya sudah hangus terbakar.
Taehyung yang tidak siap mendapat serangan tidak bisa melawan orang itu. Dengan sigap Jungkook berlari ke arah Taehyung dan menendang orang itu hingga terjatuh. Dilihatnya luka bakar di leher Taehyung akibat serangan orang tadi, hingga temannya itu meringis kesakitan memegangi sekitar lehernya.
“Apa-apaan orang itu?!” tanya Taehyung syok.
Keduanya melihat orang tersebut bangkit lagi, berusaha menyerang walaupun api masih teus membakar tubuhnya. Jungkook menarik Taehyung agar segera berdiri, lantas keduanya berlari untuk mencari jalan keluar. Keadaan tak memudahkan Jungkook dan Taehyung untuk keluar dari sana, pandangan keduanya terbatas sementara mereka sudah terlalu banyak menghirup asap. Seakan belum cukup dengan semua itu, muncul sosok-sosok lain yang menghampiri mereka.
Wajah-wajah penuh darah, serta luka-luka disekujur tubuh orang-orang yang mendatangi Jungkook dan Taehyung. Beberapa di antara mereka kulit wajahnya mengelupas, bahkan yang lebih parah, ada seorang wanita berkemeja putih dengan perutnya tampak berlubang. Organ dalamnya tergantung-gantung selagi orang itu berjalan, namun anehnya, biarpun keadaannya separah itu, wanita tersebut masih hidup. Melihat itu, Jungkook dan Taehyung terpaksa harus mencari jalan lain, meskipun belum tahu apa yang sedang mereka hadapi saat ini, yang mereka pikirkan saat ini hanyalah bagaimana cara menyelamatkan diri dan keluar dari sana.
“Ada yang aneh,” ucap Jungkook ketika dia dan Taehyung tengah bersembunyi.
“Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadi—yang tubuhnya dilahap api—juga seperti itu,” tukas Taehyung.
Jungkook mengangguk setuju. “Mereka seperti tidak merasa sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?”
“Oh ya ampun,” ucap Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. “Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar.”
“Apa maksudmu, Hyung?”
“Kita terjebak di antara mayat hidup,” bisik Taehyung.
Seakan membuktikan apa yang baru saja dikatakan Taehyung, tak jauh dari mereka, seorang pria tampak berlari ketakutan hingga tidak memperhatikan sekelilingnya. Pria itu terjatuh, sepertinya kakinya terkilir hingga dia tidak bisa berdiri. Disaat itulah datang segerombolan orang menghampiri pria tadi dan langsung menyerangnya. Seorang pria menggigit tangannya, sementara pria lainnya menggigit bagian leher dan mulai mencabik pria itu. Teriakan pria tersebut memancing yang lainnya datang.
Tubuh pria itu tercabik-cabik, bagian perutnya yang tergigit kemudian dikoyak hanya dengan tangan kosong oleh mayat hidup yang kelaparan.
“Ini sungguh mengerikan,” gumam Jungkook. Sorot matanya tampak nanar menatap ke satu titik.
Taehyung yang berdiri di samping Jungkook mengangguk, setuju dengan perkataan temannya.
“Kenapa mereka memakan manusia lain?”
“Mereka bukan manusia lagi.”
Mendengar itu tubuh Jungkook membeku.
“Ayo, kita tidak bisa bersembunyi terus di sini.”
Mereka meninggalkan tempat persembunyian tadi, berusaha meninggalkan tempat itu tanpa menarik perhatian. Rupanya salah satu dari mayat hidup itu mengendus adanya santapan lainnya, lantas mengikuti Taehyung dan Jungkook. Mayat hidup lainnya mengikuti, meninggalkan tubuh penuh darah yang tadi mereka santap.
Di depan sana, ada seorang wanita yang mendatangi Jungkook dan Taehyung. Entah apa yang dipikirkannya, Jungkook mengambil potongan besi sepanjang tongkat bisbol, menghampiri wanita tadi lantas menghantamkan besi tadi hingga mengenai wajah wanita itu. Biarpun terkena pukulan, wanita tadi tidak menunjukkan reaksi kesakitan, justru kembali mendatangi Jungkook. Melihat hal tersebut, Jungkook kembali mengayunkan tongkat besinya, memukul dengan segenap tenaga yang dimilikinya, akan tetapi wanita itu tidak juga tumbang.
Karena terlalu fokus pada wanita tadi, Jungkook tidak sadar dari belakang dan sisi kirinya mayat hidup kembali berdatangan. Menoleh, spontan dia memukul satu di antara mayat hidup kemudian pergi menjauh. Kenyataan bahwa mereka tidak bisa dilenyapkan membuat Jungkook takut. Dia tengah berpikir saat wanita yang hendak dibunuhnya tadi tiba-tiba jatuh tak bergerak setelah kepalanya ditusuk pedang. Yang lebih mengagetkan lagi, rupanya yang menusuk wanita itu adalah Taehyung.
Melihat bagaimana Taehyung menghabisi satu mayat hidup, Jungkook mengikuti cara temannya itu. Menggunakan ujung besi yang tajam, dia menusuk dahi mayat hidup tak jauh darinya. Setelah bagian kepalanya tertusuk, orang itu tak lagi bangkit. Jungkook dan Taehyung saling tatap, kemudian mengangguk.
“Kita sudah tahu kelemahan mereka. Jika ada yang mencoba menyerang, serang bagian kepalanya,” ucap Taehyung.
Aneh mendengar Taehyung mengatakan hal demikian, seolah-olah pemuda di hadapannya saat ini adalah orang asing. Taruhlah memang orang-orang itu bukan manusia lagi, namun bagi Jungkook yang baru pertama kali membunuh, tetap saja rasanya mengerikan. Selanjutnya, dilihatnya Taehyung menusuk dua orang lainnya dan yang membuat mata Jungkook terbelalak manakala Taehyung mengayunkan pedang yang entah dari mana didapatnya itu, sekali tebas bagian atas kepala gadis muda yang mencoba menyerang Taehyung terpisah begitu saja dari tubuhnya.
Kemeja biru langit yang dipakai Taehyung terciprat darah gadis tadi dan pemandangan itu membuat Jungkook ingin muntah. Seakan-akan semua kengerian ini belum cukup, dia harus menyaksikan kengerian lainnya ketika Taehyung membunuh beberapa lagi mayat-mayat hidup itu.
“Jungkook, ayo pergi!” Teriak Taehyung.
Ikut berlari di belakang Taehyung, temannya itu berhasil membuka jalan untuk mereka berdua. Jungkook dibuat terperangah dengan keberanian Taehyung. Dengan pedang di tangannya, Taehyung tak ubahnya seperti seorang samurai yang sering dilihatnya dalam film. Dalam waktu singkat dia sadar. Apa yang dilakukan Taehyung semata-mata untuk menyelamatkan mereka berdua, ini adalah cara untuk bertahan hidup di tengah-tengah gempuran mayat hidup. Dia pun memberanikan diri, berdiri di sisi Taehyung dan membunuh mayat hidup yang menghalangi jalan mereka.
“Kita tidak bisa membunuh mereka semua, Hyung. Jumlahnya terlalu banyak,” kata Jungkook, napasnya tampak tersengal.
Taehyung yang napasnya juga tersengal-sengal tidak menjawab. Tatapan matanya yang tajam mencari-cari jalan yang aman. “Sial! Mereka ada di mana-mana.”
“Di sana!” kata Jungkook, menunjuk dinding kaca yang sudah pecah. “Kita harus cepat sebelum mereka datang dari arah sana.”
“Baiklah.”
Keduanya berlari, sempat terhenti karena Taehyung tiba-tiba terjatuh dan kaki kanannya nyaris digigit oleh sosok pria, bagian tubuhnya tidak lengkap lagi, atau lebih tepatnya bagian pinggang ke bawah sudah tidak ada. Itu bagian mengerikan lainnya yang harus mereka lihat hari ini. Tanpa berpikir panjang Jungkook membenamkan ujung besi miliknya ke kepala pria itu, lalu mereka melanjutkan pelarian tersebut.
Dua bersaudara, Taehyung dan Jungkook harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak mereka kenal, bahkan salah satu dari orang-orang itu membunuh Taehyung di malam yang naas itu. Kenyataan pahit harus diterima Jungkook karena apa yang menimpa Taehyung ternyata berkaitan dengan masa lalu Suga. Rahasia apa yang disembunyikan oleh Suga hingga merenggut nyawa temannya sendiri?
- 170818 -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top