[UN] BROKEN #20

"Baby.., Baby, please! Baby..,"

Alea tergagap dari tidurnya ketika mendengar suara rintihan Kafka. Ia juga merasakan gerakan gelisah dari tubuh Kafka. Alea mengerjabkan matanya. Ia memutat tubuhnya hingga menghadap Kafka.

Peluhnya membanjiri tubuhnya. Wajahnya pucat. Tangannya yang melingkarinya terasa lebih berat dari biasanya. Alea mengernyit ketika terpaan nafas Kafka menyentuh wajahnya terasa panas.

"Sayang?"

Tangan Alea terulur untuk menyeka keringat di kening Kafka.

"Kaf?!!" pekik Alea kaget merasakan panas saat menyentuh wajah Kafka.

Alea segera bangun tapi tertahan dengan pelukan Kafka. Ia berusaha menyingkirkan lengan Kafka yang melingkarinya. Lagi-lagi Kafka malah semakin mengeratkan pelukannya. Bibirnya bergetar menggumamkan sesuatu.

"Jangan pergi. Baby.., Baby, please...," gumamnya.

"Kaf, sebentar saja. Aku hanya ingin mengambilkan obat demam untukmu," ucap Alea menepuk-nepuk pipi Kafka agar segera terbangun dari tidurnya.

"No, Baby. No...,"

"Tapi kamu demam, Sayang."

"Baby...,"

Alea mendesah. Ia kembali berbaring. Tangannya menarik kepala Kafka, mendekapnya di dadanya. Seakan mengerti, Kafka menggerakkan kepalanya mencari posisi ternyaman di antara leher dan dada Alea. Sesaat kemudian Kafka terdiam dengan nafas mulai teratur. Jemari Alea bergerak lembut membelai wajah pria itu sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.

Sekejabpun Alea tidak bisa memejamkan kepalanya. Padahal jam masih menunjuk pukul 03.00 pagi. Sesekali ia menahan napasnya ketika rasa pegal di bahu -tempat Kafka menumpukan kepalanya- semakin terasa. Bibir kering itu masih saja merintih, menyebutkan nama Alea di luar kesadarannya. Alea merentangkan sebelah tangannya, meraih ponselnya mencoba menghubungi Mbak Tanti.

"Mbak, maaf mengganggu tidurmu," ucap Alea bernada sesal ketika Mbak Tanti menjawab telponnya.

"Tidak apa-apa. Ada apa, Al?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Mbak bisa ke kamar antar kompres? Kafka demam tinggi, aku tidak bisa meninggalkannya."

"Hah? Iya, baik. Tunggu sebentar."

"Terimakasih, Mbak. Nanti masuk saja ya, tidak aku kunci pintunya," ucap Alea.

Alea kembali meletakkan ponselnya. Jemarinya bergerak menyisiri rambut coklat Kafka saat merasakan gerakan gelisah darinya. Tak lama ia menjawab ketukan pintu. Mbak Tanti muncul dengan sebaskom air lengkap dengan handuk kecil.

"Perlu dibantu, Al?" tanya Mbak Tanti.

"Tidak. Terimakasih. Maaf membuatmu bangun dari tidurmu. Kau bisa melanjutknnya kembali."

"Semoga Bapak lekas sembuh, Al," ucap Mbak Tanti tulus, menatap iba pada Alea.

Alea mengangguk, berbisik mengucapkan terimakasihnya. Ia membangunkan Kafka begitu Mbak Tanti meninggalkan kamarnya.

"Kaf, lepas dulu," bisik Alea berusaha melepaskan dirinya dari Kafka.

Tubuh itu menggeliat tak nyaman lalu kembali jatuh ke pelukan Alea.

"Sayang..,"

Alea menggerakkan kembali lengannya yang menjadi bantal Kafka. Ia menggeliat pelan berusaha melepaskan beban itu. Setelah sekian kali mencoba untuk melepaskan diri akhirnya tersampaikan juga. Ia memutar sedikit badannya, meraih handuk kecil lalu membasahinya.

"Engh..," lenguh Kafka saat Alea mengompresnya dengan kain itu. Ia nampak menggeliat tak nyaman.

"Sssh, everything gonna be okay, my Man," bisik Alea menenangkan.

Alea kembali membiarkan tubuhnya menjadi bantalannya. Dalam beberapa menit Kafka kembali terlelap. Tapi tidak dengan Alea. Ia terus terjaga, menatap wajah Kafka dengan segenap perasaannya. Sampai pagi menjelang dan demam Kafka tidak separah tadi. Ia berniat menyingkirkan lengan Kafka dari atas tubuhnya.

Ia beranjak merapikan bantalnya dan menyelimuti Kafka kemudian meninggalkan kamarnya. Ia membuka kamar anak-anak. Sedikit bernafas lega ketika kedua jagoannya masih terlelap. Ia kemudian menuruni anak tangga menuju ke dapur.

"Pagi, Mbak Tanti," sapa Alea.

"Pagi, Al. Bagaimana Bapak?" tanya Mbak Tanti sambil membuat adonan pancake.

"Sudah lebih baik. Oya, ada kiriman?" tanya Alea melenggang ke depan.

"Kurang tau, Al. Mbak belum ke depan. Mungkin Pak Han tau."

Alea mengangguk. Ia menuju ke bagian depan rumahnya. Tidak menemukan apapun. Lalu ia menuju ke pintu gerbang. Ada Pak Han sedang menimang sesuatu.

"Apa itu, Pak?" tanya Alea mendekat.

"Bunga, Al. Tapi tidak ada pengirimnya."

"Buang saja, Pak," sahut Alea. Ia kembali masuk tanpa bertanya-tanya dari siapa karena sudah jelas semua itu dari Renata.

"Al!!" panggil Mbak Tanti sedikit cemas.

"Kenapa, mbak?" tanya Alea mengernyit.

"Kalau tidak salah tadi saya dengar ada benda jatuh di atas. Apa mungkin Abiel jatuh ya?"

Jatuh?! Tanpa banyak kata Alea melompat tergesa menaiki anak tangga. Ia bergegas menuju ke kamar anak-anak.

"Huhft," dengusnya lega ketika mendapati Abiel masih terlelap tenang di ranjangnya.

Tapi rasa penasarannya mendorong ia untuk membuka pintu kamarnya. Ia memekik tertahan ketika mendapati Kafka sudah di lantai, berusaha bangun menggapai sisi ranjang.

"Kafka, are you okay?" seru Alea cemas.

Ia segera menghampiri pria itu, berjongkok di hadapan pria itu.

"Baby," rintihnya.

"Iya, aku di sini, Sayang. Ada apa? Kenapa kamu bisa jatuh seperti ini?"

"Aku tidak menemukanmu bersamaku. Aku...,"

"Aku di sini," potong Alea, meraih wajah Kafka dan mengecupinya agar pria itu tetap tenang.

"Jangan pergi," lirihnya membuat Alea tak kuasa untuk tidak memeluknya.

"Tetap bersamaku," ucapnya lagi.

"Iya. Ayo, aku bantu kembali ke tempat tidur," ujar Alea merangkulkan lengan Kafka ke pundaknya.

Cukup berat! teriak Alea dalam hati. Ia membuang nafasnya lega begitu Kafka sudah terbaring sempurna di ranjang. Tangannya menyusuri wajah yang masih menyisakan sedikit demamnya.

"Kepalamu pusing?" tanya Alea pelan.

"Sakit," ringisnya.

"Aku panggil dokter ya?"

Kafka menggeleng pelan. Ia menggerakkan tangan lemasnya melingkari pinggang Alea.

"Setelah ini sarapan ya? Biar kutelfon Beny. Kamu tidak usah mengurusi laptopmu hari ini."

"Aku ingin kamu, Baby..,"

"Ya. Aku tidak kemana-mana," sahut Alea sambil mengetikkan pesan untuk Beny.

Ia melirik pria-nya. Kafka sudah memejamkan matanya kembali. Perlahan Alea melepaskan lingkaran lengan Kafka di pinggangnya lalu bergerak meninggalkannya.

"Mommy..,"

Suara serak anak kecil menyambutnya begitu ia keluar dari kamarnya. Ia mendapati Abiel berdiri setengah mengantuk di depan kamarnya.

"Morning, Sunshine. Ayo mandi, Abiel harus sekolah bukan?" sambut Alea, mengecup gemas pipi Abiel.

"Ehemm," gumam Abiel kembali ke kamar. Diikuti oleh Alea.

"Pagi ini Kakak diantar Pak Han ya? Daddy sedang sakit, sayang."

"Tidak mau. Abiel maunya diantar Dad. Kalau Dad tidak bisa berarti Abiel diantar Mom."

"Tapi Dad sedang sakit, Sayang."

"Abiel tidak mau sekolah kalau begitu," jawabnya enteng tapi serius sambil melangkah ke kamar mandi.

"Abiel...,"

"No, Mom!!" teriaknya kesal.

Alea mendelik tak percaya. "Hmm, okay. Baiklah. Abiel diantar Mom pagi ini," ujarnya mengalah. Ia kemudian memandikan Abiel.

***

"Mbak, titip Aaron ya. Aku mau mengantar Abiel ke sekolah. Tolong beritahu Pak Han ya untuk menyiapkan mobilnya," pinta Alea halus.

Mbak Tanti menganggukkan kepalanya kemudian berlalu membiarkan Alea menuangkan saus madu di atas kepingan pancake untuk Abiel. Bocah itu tidak akan mau makan selain Alea yang menyiapkannya. Sama seperti Kafka. Mengingat Kafka, Alea terlonjak.

"Son, habiskan sarapanmu. Mom ke kamar melihat Dad sebentar, mengerti?"

Abiel menatapnya bingung. Tapi mulutnya mengatakan Ya. Alea bergegas menuju ke kamarnya sambil membawa segelas susu hangat.

"Kafka, maaf," desis Alea memasuki kamarnya. Ia meletakkan segelas susu itu di meja nightstand.

"Kau berjanji tidak akan meninggalkanku," rajuknya.

"Maaf, aku harus mengurus Abiel, Sayang. Ayo, bangun. Diminum susunya," ucap Alea.

Ia mengulurkan tangannya, membantu Kafka untuk bersandar di kepala ranjang.

"Better?" tanya Alea setelah ia memaksa Kafka menghabiskan susunya.

Kafka hanya mengangguk sekilas lalu merobohkan tubuh lemasnya pada padan Alea. Tangannya kembali melingkar possesive di pinggang Alea.

"Sayang, aku harus mengantar Abiel ke sekolah," ucap Alea mengingatkan.

"Bisa tidak Abiel berangkat di antar Pak Han?" bisiknya lesu.

"Tidak, sayang."

"Baby..,"

Alea menggeleng tegas. Ia memejamkan matanya ketika Kafka menyurukkan wajahnya di ceruk lehernya.

"Aku ikuy saja..,"

"Kau harus istirahat, Kaf."

"Aku mau selalu bersamamu, Baby."

"Tapi kamu bahkan tidak kuat untuk berjalan. Jangan menambah masalah."

"Kau bisa membantuku," sahutnya bersikeras.

"Kafka,"

"Ambilkan aku sweater. Aku tidak mau kamu jauh dariku. Aku tidak ingin seseorang mengambil kamu dariku," racaunya.

Alea menggelengkan kepalanya. Bukan hal yang mudah untuk menenangkan Kafka dari pikiran-pikiran buruk ketika pria itu sedang kacau seperti ini. Ia lebih memilih untuk mengalah, mengambilkan sweater dan membantu untuk memakaikannya.

"Hati-hati, Bayi besar," sindir Alea sambil memapah Kafka menuruni anak tangga.

"Daddy mau kemana, Mom?" tanya Abiel heran.

"Ikut mengantar Kakak ke sekolah. Boleh kan?" ujar Alea.

"Seharusnya Daddy istirahat. Kata Mom, Daddy sedang sakit," nasihat Abiel. Matanya menatap prihatin pada ayahnya.

"Daddy akan baik-baik saja, Sunny. Percayalah," ucap Alea.

Abiel mengangguk singkat. Ia melangkah lebih dulu menuju ke mobil. Ada Pak Han yang sudah siap mengantar.

"Tuan sedang sakit?" tanya Pak Han.

"Hanya sedikit pusing, Pak," jawab Alea. Pak Han mengangguk mengerti.

"Baby..," lenguh Kafka di tengah perjalanan. Demamnya dirasa naik lagi.

Alea meraih kepala Kafka untuk berbaring di pangkuannya. Benar saja. Demamnya kembali meninggi.

"Daddy kenapa, Mom?" tanya Abiel cemas.

"Tidak apa-apa. Dad akan baik-baik saja. Belajar yang rajin ya. Nanti Mom akan menjemputmu."

"Tapi..,"

"Masuklah, Sayang. Pak, bisa antar Abiel ke dalam?"

"Baik, Nyonya," sahut Pak Han patuh.

"Mom, biar Pak Han saja yang jemput Abiel nanti," ucap Abiel pelan setelah Alea mengecupnya.

"Mom bisa menjemputmu, Sayangku."

"Tidak apa-apa. Biar Pak Han saja. Bye, Mommy," serunya sambil turun dari mobil meraih tangan Pak Han untuk digandeng.

***

Tbc..

sekian dulu.. boring ya ga seru..
maaf ya.. ga tau kenapa tiba-tiba pengen nulis begini.. okee, kalian boleh menimpukku tapi jangan melempariku dg kata2 yg enggak bgt..

15 Sept 2015

S andi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: