Mulai ber-adaptasi pt.9

"Ayah, Geed ngantuk..."

"Tidur."

"Tapi ayah ribut mulu sama om Tre."

"Apa lu bocil? Ga suka? MINGGAT SONO DARI NI RUMAH!!"

"Ampun om!!"

"Nyari ribut sama bocil. LAWAN BAPAKNYA!!"

"Wah, nantangin. AYO!!"

Sabar ya Geed... Kamu mending nginep di rumahnya para Newgen atau bareng anak hutan baru itu tuh.

"Mau sama ayah."

...Iya deh.

--

Daripada liat orang ribut, gelut dan adu jotos. Mending kita liat suasana kempingnya pak Seven, Leo dan Astra- oh, Regulos ketinggalan.

Suruh siapa ketinggalan tas, jadi balik turun gunung lagi buat ngambil tasnya.

Padahal udah setengah jalan-

Sek, ngapa jadi cerita?

Bodo.

Malam menjelang, tapi bukannya sepi dan ketenangan yang menemani di hutan. Seven en pren malah dapat tamu tak diundang.

"Halah, akal-akalan sampean doang ini thor." dih, tau aje ini bapaknya Zero.

"Bang, itu monyet ya?"

"Kayaknya itu macan."

"Sembarangan! Itu Tarijan."

"Tarzan bodo! Tarijan siapa? Bapak kau?!"

"Bapakku bukan Tarijan, tapi-" bacot, gada naskah begituan kemaren gue kasih!?

"Grrr..." Seven yang posisinya di paling depan spontan ngambil ancang-ancang pas denger geraman dari arah pepohonan. Siapa tau bahaya menghadang, nanti dia lempar Leo buat jadi tumbal.

"Leo, maju!" Leo tegang, muka garang ditambah nyali baja buat lawan kaiju boleh, tapi masalah di tempat baru Wallahu alam.

Namanya aja kucing, Leo.

"Singa thor."

...kucing purba, sama.

"Iya deh." Leo pasrah aja dinistain author, daripada nggak digaji katanya.

Tremor dikit ga ngaruh, Leo jalan ke arah yang Seven suruh. Baru juga beberapa langkah, geraman tadi lama-lama reda. Leo sontak berhenti, rasa-rasanya udah aman.

"Gimana bang? Aman ga?" Astra yang benernya ngikutin, nanya. Leo ngangguk, terus pas noleh malah teriak karena kaget liat mukanya Astra.

"Ngapain ngagetin?!"

"Ih si abang, kan kita selalu bersama, UwU." kalo Astra bukan adeknya, dah dia kubur di kedalaman 10 meter kali ya?

"Ya nggak pake UwU juga dek, geli abang."

"Leo, jadi gimana?" tanya Seven sambil deketin Leo dan Astra. Regulos ditinggal sendirian.

"Aman. Nggak ada hewan buas ataupun anomali." kata Leo dengan pedenya.

"Umm... Bang..?" Regulos yang manggil dari tenda nggak digubris.

"Yakin seratus persen?" tanya Seven sambil benerin kacamatanya, natap Leo tajem. Yang ditatap mah selow aja, udah biasa.

"Iya yakin banget."

"Bang..!"

"Nggak yakin gue suruh lu jaga semaleman."

"Eh jahat banget!? Nggak-nggak, Astra aja tuh!"

"Tega! Emang abang mau, dedek Astra yang lucu ini kenapa-napa?!"

"Lucu? Hihh, geli dengernya."

"Abang-abang!"

"Regulos, diem dulu!" Seven kesal, noleh lah dia ke arah Regulos. Yang tadinya mau ngasih ceramah, mendadak dibuat terperangah.

Apa?

Iya.

Siapa yang nggak kaget pas liat orang ditahan di atas tanah?

"Grrr!" geraman tadi terdengar lagi. Asalnya dari orang yang lagi nahan Regulos di tanah.

Agak ambigu gitu gayanya.

Dasar manusia tak kenal tatakrama.

Bikin jiwa fujoshi bangkit saja /heh.

"Woi anak hutan! Lepasin Rere!!" teriak Astra sambil nunjuk itu orang tidak jelas.

RERE SIAPA ANJROT?! NAMA BABU TETANGGA ITU ASTAGHFIRULLAH!!

"Rrrrr..."

"Bang Leo tolongin!!" merinding itu bulu ketek. Astra spontan balik badan buat nyamperin Leo pas liat tatapan serem itu orang hutan, nggak berani dia.

"Dasar kucing." Leo mencibir. Tanpa disadari kalau pak Seven udah ada di deket tenda, mengamati kejadian di luar naila di sana.

"Hmm... Kaya kenal. Anak baru itu ya?" tanya Seven sambil elus-elus jenggot tipisnya. Yang ditanya malah kaget terus spontan lompat mundur tapi masih nyandra Regulos, Regulos mah cuman bisa pasrah, kayaknya takdirnya di buku ini nggak bakal lama lagi.

Dia baru sadar kalo mbah Tsuburaya lebih sayang dia ketimbang author.

Brengjek.

Untung main oshi gue lu Re.

"Gitu doang kaget. Ah capek ah." Seven pergi gitu aja, ninggalin Regulos yang ngeblank kaya hp belum dicas.

"Kok malah ditinggal?!"

"Males ngurus. Bahasanya cuman Hrrr Grrr ga jelas."

"Dia nanya kita ngapain ke mari bang, buset dah." ini nih, calon-calon minta dimutilasi tapi nggak pernah ketangkep. Regulos emang, kelakuan.

"Kenapa nggak ngomong?!"

"GADA YANG NANYA?!"

Ya... Nggak salah sih. Tapi ya lagian siapa juga yang kepikiran bakal nanya "ada yang bisa bahasa hewan ga?"

Mana ada!!

"Jadi dia nanya kita ngapain ke mari?" tanya Astra yang peluk-peluk lenjeh tangannya Leo. Leo mah sabar aja si, kan sayang adek dia tuh.

"Iya. Terus ini aku di sandra begini soalnya gada yang mau jawab."

"Gimana mau jawab. Emang dia tau bahasa kita?"

"Tau bang. Dia juga bisa ngomong sebenernya, tapi kebiasaan bergaul sama kaiju makanya begitu."

Emang boleh seberteman sama kaiju itu?

"A... Zar... Isa..." orang hutan itu berucap, lepasin Regulos tapi nggak nyantai.

Alias agak didorong.

"Hah, Azan Isya? Emang ada yang azan di tengah hutan?" ini sel otaknya Leo saling berbagi sama Astra apa gimana?

Sama gebleknya.

"Azar Isa blok!" Seven ngamok. Anggota keluarganya nggak ada yang waras kayaknya, baik dari yang kandung dan yang tidak.

"Blazar. Itu namanya dia." kata Regulos yang lagi tepuk-tepuk bajunya yang kotor kena tanah.

"Yah, ini mah harus dicuci."

"Maaf. Blazar, tidak sengaja." kata orang hutan itu dengan terbata.

Bisa ditebak siapa?

Iya betul, Bajai /heh

Maksudnya Blazar, maap melenceng dikit.

Seven, Taro dan Astra kaget bukan kepalang. Siapa sih yang nggak bakal kaget pas liat orang dari hutan bisa ngomong walaupun kaku?

Bukan author sih jelas. Karena author sendiri pasti bakal lari tunggang langgang sampe mau kencing di celana.

Ga, itu cuman perumpamaan.

Nggak serius.

Yang bener itu, author bakal bengek, terus berakhir cosplay jadi ijat.

"Ngapain. Kalian, ke sini?" Blazar nanya. Rambut silver berumbre biru acak-acakannya keliatan ditempelin dedaunan sama tanah.

Anak hutan banget yah, sampe rambutnya pun begitu.

"Kemah Zar. Itu, om Seven yang ngajak kita." jawab Regulos yang keliannya lagi mau bikin api unggun.

ITU TAS RANSEL TARO DULU DI TENDA WOI!

"Males thor. Kalo digendong kan lumayan buat latihan fitness."

Pala kao botak buat latihan. TARO!

"Si Taro nggak ikut kita thor, aelah." kucing purba diem aja deh.

"Kemah?" Blazar bingung. Seven yang udah sadar dari lamunan jalan mendekat, nepuk pundaknya Blazar.

"Males cari rumah singgah. Kemah aja udah." gitu balesnya, singkat, abis itu melipir buat bantuin Regulos bikin api unggun.

"Rumah, singgah..."

"Udah-udah ga usah banyak mikir. Sini, ikut kita kemah aja."

Blazar nurut aja, ya walaupun dia nongkrong-nongkrong doang sambil masang muka ngang ngong kaya bangkong. Setidaknya dia punya temen normal yang bisa diajak ngomong.

Bukan kaiju lagi.

--

Skuy pindah area lagi!

Cosmos dan Justice apa kabar ya di pos satpam kebun binatang?

"Kamu jangan diem doang! Itu taro-taroin kardusnya!!"

"Iye pak, ini rehatan bentar doang yahilah."

"Alesan. Kamu juga! Jangan liatin semut yang nggak sengaja keinjek! Takdir dia itu!!"

"Huwee tapi pak, kasian!~"

"Kerja!"

"Ueueee!~~"

Awokawok, jadi babu gudang. Turut berdukacita.

Beberapa menit kemudian, author ditemukan tergeletak dengan kepala benjol karena diduga kena gebuk kardus kosong sama Justice.

"Udah beres nih pak." Justice berseru sambil ngelempar kardus bekas buat gebuk author ke dalem tong sampah. Nyamperin Cosmos yang mau mewek terus narik kerah bajunya kaya ngangkat anak kucing.

Karungnya karung, yang mau ngambil Cosmos kitten silahkan! /Digebuk Justice.

"Ya oke. Sana pulang, makasih buat bantuannya." kata pak satpam berkumis sambil ngangkat kardus ukuran kecil yang tadi digeletakin Cosmos di lantai karena ga sengaja nginjek semut.

Pak satpam berkumis ngeliat Cosmos yang masih mau nangis cuman bisa buang nafas lelah. Bikin inget anak aja, batin pak satpam berkumis gitu.

"Ngapain nangis?" ini Justice yang nanya.

"Semutnya Jas..."

"Kenapa semutnya?"

"Keinjek:( "

"..."

"Nih." Justice sama Cosmos nengok, natap pak satpam berkumis bingung. Siapa yang nggak bingung kalo tiba-tiba disodorin boneka bentuk singa laut?

Kalo Justice sama Cosmos anak gadis sih bakal seneng yah, lha ini anak bujang, mikir yang nggak-nggak lah pastinya.

"Kayaknya kamu sayang banget sama hewan. Sampe semut nggak sengaja keinjek aja nangis, ditambah berkunjung ke kebun binatang sampe malem begini." kata pak satpam berkumis, dia lempar itu boneka singa laut ke Cosmos dan untungnya ditangkap dengan baik.

"Oleh-oleh dari saya, sekaligus tanda terimakasih karena udah mau bantu saya beresin tempat persediaan."

Justice sih biasa aja ya ngasih tanggapannya, tapi kalo Cosmos jelas beda banget. Dia diem tertegun, kaget karena si pak satpam berkumis ternyata perhatian juga walaupun keliatan garang.

Cosmos liatin itu boneka singa laut di pelukannya, lucu, mirip Gubila. "Makasih bapak!"

"Yaa... Udah sana pulang! Udah malem ini!!"

"Hehehe." Cosmos nyengir.

"Ya. Makasih oleh-olehnya pak, walau saya nggak dikasih." kata Justice seenak jidat dia, emang ga kenal malu ini ultra hode satu.

Dia masih belum lepasin itu kerahnya Cosmos btw.

"Kami pamit pulang dulu pak. Misi." tambah Justice lagi, terus narik Cosmos yang melambaikan tangan kaya bocil.

Tenang, yang ditarik bukan kerah bajunya kok.

Tapi tangannya Cosmos yang meluk boneka.

Ya, Cosmos dan Justice pulang dengan oleh-oleh kecil, pulang ke mana? Rumah Max en pren tentunya.

Senyampenya di rumah, malah disambut dengan Nexus yang tidur di lantai depan keset selamat datang kaya orang mati. Cosmos spontan seret kaki Nexus ke dalem rumah, gamau ambil pusing.

Justice mah nyelonong doang.

Pindah tempat ke ultra lain? Opsional

--

Nah, back again gue ges setelah menghilang tiada kabar kabur kuburan dsb. Lumayan berkerak ini fanfic, apalagi fanfic lainnya... Sudahlah.

Besok- gatau besok yang kapan, intinya chapter terakhir /jk.

Chapter terakhir prolog maksudnya, oke sekian.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top