Mulai ber-adaptasi
TOK TOK TOK
CENGEK
"Uhh... ap... a?"
"Hai mom's."
"JUUUUUNNNNN!! ANAKKU!!!" orang bersurai hitam kecoklatan itu memeluk Jun dengan erat tak lupa loncat-loncat kaya poci, eh kak, itu anak orang jangan di aku-aku.
"Eh eh author, jangan bikin orang salah paham..."
"Hah? Oh, Yaudah." orang itu yang ternyata adalah author langsung melepas pelukannya. Nyender di kusen pintu, dia bertanya. "Mana mereka?"
"Pantai..."
"Oke, cus, ayok pergi!!"
"E eh nanti!! Tunggu dulu!!" Jun menarik tangan author, bikin si empu nengok dengan wajah garang.
"Apa sih!!?"
"Pake baju yang bener! Masa cuman pake kaos oblong sama celana pendek."
Author melihat busana yang dipakainya. Hanya bermodalkan kaos oblong dan celana kolor pendek warna kuning bergambar Gary si lobster (hah?). Author nyengir, tak lupa garuk kepala, tapi langsung lari pake sendal jepit kesayangannya.
"NANTI AJA SEKALIAN BELI BAJU BARU!!"
"HEH THOR!! TUNGGU IN!!"
--
"BATU!!"
"GUNTING!!!"
"KERTAS!!!!??"
"Batu vs Kertas, mas-mas rambut uban menang!" kata seorang remaja bermanik biru dan rambut hitam kecoklatan yang duduk dibawah pohon kelapa yang melengkung dengan penuh rasa miris karena disuruh jadi wasit.
Remaja itu adalah Geed, atau malah sekarang harus kita panggil dia Riku? Karena gue bingung mau manggil kau apa.. manggil sayang aja boleh ga? //Di ngep bapaknya.
"Masa ganteng dan masih muda gini, dibilang mas-mas uban?" protes pria bersurai putih itu, Zero. Mau protes kalo rambut dia emang putih kayak uban, tapi gabisa nyangkal kalo dia belom aki-aki. Serba salah.
Dilain sisi, pria bersurai oren mengacak rambutnya penuh prestasi
"Frustasi btw."_Geed
"ERRAAAGGHHH!!! NGGA BISA BEGINI!!!"
"Udahlah... ngaku aja kalo lu kalah dari Zero yang handsome ini."
"Idih, sudi." kata pria bersurai oren disana, yang bukan lain adalah Glenfire.
--
"Kenapa dari sekian banyak orang, cuman Zero yang rambutnya putih ya?" heran Jeanbot dengan rupa manusia android (mirip Pirika atau Mana gitu lah kurang lebihnya) sambil membalut perban di tangan adiknya yang luka karena gelut sama dia.
Lagian gelut di area bulu babi, mana Jeanbot curang lagi, soalnya dia bawa kapaknya tercinta ke arena bertumbuk.
"Lha kakak juga kan? Aku, itu Mirror juga?" Jeannine menunjuk pria bersurai putih dengan sedikit juntaian rambut panjang yang diikat, yang di tunjuk lagi maem mie ayam ekstra bakso urat bareng Orb... atau Gai? Terserah_-
"Ada benernya, tapi ya aneh. Pak Seven aja tuh, liat!" Jeanbot mencengkram kepala adiknya dan mengarahkannya secara paksa kearah pria setengah baya namun awet muda yang sedang minum es kelapa muda bersama pren.
"Pala ku sakit kak.. iya pak Seven, kenapa?"
"RAMBUTNYA ITEM! GA PUTIH!!"
"Emang apa masalahnya?"
"Secara scenario, pak Seven itu udah berumur, kenapa anaknya yang masih muda malah ubanan duluan?"
"Eh iya juga.. KONSEPNYA GIMANA INI KAKS!!!?"
"YA MAKANYA KU NANYA!!"
"Ah ada bae kau bang, nambah beban pikiran ajah... Sini ah, gantian! Luka mu banyak noh!" Jeannine menunjuk muka Jeanbot yang lecet sana sini, lengan baju terkoyak, jangan lupakan kaki yang keseleo. Beuh, paket kiepci lengkap.
(Jeanbot: mentang-mentang panggilan gue Yakitori, di samain sama paket kiepci...
Author: oh, salah ye? Nar!
Narathor: apa bos?
Author: ubah paket kiepci jadi paket hokaben chicken wings
Narathor: SIP!!
Jeanbot: dahlah)
"Iye dah..." Jeanbot pasrah, bukan gara-gara author sama gue, tapi dia ga tega aja sama adeknya itu.
"Btw ku baru sadar kita jadi manusia android."
"Lha, baru sadar bang?"
"Hooh."
--
"Katsu-nii, Isa-nii, kita mau ke mana?"
"Rahmatullah."
Katsumi melotot "Rahmatullah rahmatullah... kita itu mau cari orang yang ngasih undangan VIP kita kesini Sa, bukan mau meninggal!"
"Iya bang... abisnya Asahi kan nanya, biar simpel, yaudah rahmatullah."
"Ada-ada bae si Isa-nii ini..." mata Asahi berbinar saat melihat toko permen, berhenti dengan mulut ternganga. Untung gada lalat. "Katsu-nii Katsu-nii! Mau itu!!"
"Waw...!"_Isami
Katsumi menengok, mendengus, "Ngga Hi, kita harus tetep jalan..."
Katsumi lanjut jalan, tapi tanganya langsung di tarik Isami.
"BANG LIAT DEH, TOKONYA FUTURISTIK!!" Katsumi menatap Isami datar, dia capek, napa adeknya yang jantan ikutan pula?
"Sa... plis deh, nanti aja... Asahi juga nanti aja."
Asahi meraih tangan Katsumi, memohon dengan wajah imutnya, "Aaa plis bang, Asahi gapernah liat itu permen, boleh ya?"
Ngibul lu, orang tiap hari lu beli permen yang sama kaya di itu toko, mananya yang gapernah liat? kata Katsumi dalam hati, tapi beda di mulut.
"Ngga." jawab Katsumi tudep sambil narik tanganya, Asahi cemberut.
"Bang! Liat ke toko futuristik itu aja yok!?" kata Isami sambil menunjuk papan toko yang penuh dengan lampu tumblr warna-warni.
"MANANYA YANG FUTURISTIK ITU WOI!!" teriak Katsumi protes, tapi bener, soalnya itu cuman toko jual barang elektronik biasa.
"Itu futuristik bang!! Di jepang tempat kita Ayaka mana ada!? Boleh ya bang!!?" kata Isami membela, siapa tau di bolehin pake alasan nyeleneh. Katsumi berpikir, banyak toko begituan di Ayaka, apanya yang gada? Batinnya menghakimi.
"Ngga. Dahlah, ayok pergi." jelas Katsumi sambil berjalan menjauh.
"KATSUNIIIII!!" Teriak Asahi sama Isami barengan.
Sabarkan hambamu ini ya tuhan... Batin Katsumi yang tertekan.
"Eh Hi, itu mananya yang ngga pernah liat? Lu kan tiap hari selalu beli permen yang sama kaya di itu panjangan toko?"
"Ih beda tau! Kan itu di Ayaka bang Sam, ini ya di mari, beda konsep! Lagian apaan futuristik?"
"Ini tuh futuristik! Lu aja yang udik!" Isami nunjuk papan toko.
"Mananya!? Kamar ku aja banyak lampu begituan, berarti kamar ku futuristik gitu dimata bang Isami!?"
"Ngga, soalnya kamar mu isinya kasur en pren, bukan barang elektrik kek dimari."
"Ihhh!!"
"WOI ITU BERDUA!!? CEPETAN!!"
"E eh, iya bang! Asahi dateng! Bang Sam sih!!"
"Hah? Situ juga jawab kan?"
"Au ah, terang."
--
"Thor! Cepetan, mereka mencar tau!!"
"Bentar. Duh, ini dompet gue mana?"
"Ngga usah ngelawak dah, cepetan mak!!"
"YA BENTAR! INI DOMPET GUE ILANG JUNED!!" Jun jalan mendekat, bikin si empu risih, waspada, ngangkat sendal buluknya yang beda warna. "Mo-mo ngapain lu?"
"Diem!" Author langsung diem, kaku kaya patung.
"Ini dompet." kata Jun sambil nunjuk tangan author yang satunya, author langsung ngeles. "Ini bukan dompet!"
"Itu dompet! Kalau bukan dompet, apaan!!?"
"Purse." spontan Jun ngeluarin kunai, "Bunuh gue, ini cerita bakal di'en."
"The End, di'en dunia minkrep."
"Sama aja kan? Yaudah."
"YAUDAH BAYAR CEPETAN, ATAU GUE JADIIN LU DONAT!!?"
Dengan santuy-nya, author udah melipir ke kasir. "Maap mba, tadi berapa?"
"Saya cowo dek... harganya 85k dek, udah termasuk hasil nawar tadi."_mas-mas kasir
"Lho, bukan mba-mba?"
"Bukan dek, rambut saya aja yang panjang."_Mas-mas kasir.
"Waria ya mas?"
"...ade mau bayar, atau ngajak gelut?"_Mas-mas kasir.
"Ihhh Thor, cepetan!" Jun yang udah gedek berkata demikian, malu diliatin.
"Nih, kembaliannya buat infak. Ayok Jun."
"PAKE DULU TUH BAJU!!"
"BERISIK!!"
"Besok potong rambut dah." Mas-mas kasir pundung di pojokan, kasian.
--
Sekarang kita sorot siapa ya?
"Eh Vic vic vic!"
"Hm..."
Menarik, ayo kita sorot dua sejoli ini //di getok Knight Timbre.
"Vic, Victory!" Ginga kembali memanggil sahabatnya yang sibuk main hp.
"Apa?" Jawab Victory singkat, masih fokus sama hp. Karena kesal, Ginga pun membentuk karton di tangannya menjadi tabung dan mengarahkannya ke telinga sohibnya itu.
Berteriak, "WOI CHAMPION!!"
"APAAN SIH!!?" Kesal Victory sambil memegang telinganya yang berdengung.
"Ngga apa-apa, cuman manggil."
Victory terdiam, pengen numbuk orang, "Ging." panggilnya.
Ginga menjawab, "Apa sayang?"
Gue geli bgst batin Victory, lalu berkata "Gelut yuk?"
"Ih kok gitu? Kamu ngga kasian sama aku yang? Kamu ngga sayang sama aku?:("
"G."
":')"
--
"Eh eh, itu apaan?"
"Mana Fum? Itu tiang anjir."
"Bukan, tapi yang itu."
"Ouh itu, tulisannya Besambung..."
--
Sampe sini dulu, kalo ada typo dan kata kasar,
Mohon di maapkan karena ini cuman cerita
Dadah, gue kebelet!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top