7
Pengetahuan yang baik adalah yang memberi manfaat. Bukan yang hanya diingat.Imam al – Syafi'i
Happy reading
.
.
.
.
Hari kelulusan tiba, mereka semua lulus. Mei, Mila, Khafi dan Petra sudah menjai sahabat selama satu tahun ini. Tapi sifat Khafi di sekolah meskipun sudah menjadi sahabat Mei tetap sama dingin, lain hal kalau di rumah. Satu kebiasaan yang selalu dilakukan Khafi dan Mei saat di rumah adalah ngobrol dengan menggunakan kertas.
Persahabatan yang dijalin antara Mei dan Khafi lebih berbeda. Mereka sama-sama terbuka satu sama lainnya. Hanya saja Mei masih merahasiakan tenteng traumanya.
Tanpa Mei sadari, Khafi menaruh hati kepada Mei. Khafi berjanji akan secepatnya melamar Mei. Khafi bekerja sendiri. Dia membuka outlet minuman di depan mini market saat sore hari. Keluarganya mendukung apa yang dilakukan Khafi. Teman-temannya tak ada yang tahu, Mei sendiri juga tak tahu menahu.
Hari ini Mei pergi ke mini market bersama dengan Dzaky keponakannya diantar supir. Dzaky ingin membeli beberapa cemilan. Mei ingin membeli jus strawberry di samping mini market.
"By, tante mau beli jus, yuk ikutan" Dzaky mengangguk dan mengikuti Mei berjalan ke outlet jus milik Khafi.
"Permisi mas" suara lembut Mei membuat Khafi menoleh kearahnya. Khafi tersenyum melihat pujaan hatinya ada di depan mata. "Lho Khafi, kamu jualan disini?"
"Iya Mei, lumayanlah. Sama siapa?" Khafi agak khawatir kalau Mei berjalan sendirian ke sini.
"Sama keponakanku. By, kenalin temennya tante" Dzaky berdiri di samping Mei dan mengulurkan tangannya kearah Khafi dan tersenyum. Khafi menjabat tangan Dzaky.
"Dzaky keponakan paling ganteng" Khafi tersenyum. Khafi akui memang Dzaky ganteng.
"Khafi. Iya kamu ganteng kok. Kelas berapa?"
"SMP kelas 1. Tan, adek mau juga jusnya" Dzaky duduk di kursi yang disediakan Khafi.
"Oke my little baby" Mei mengacak-acak rambut Dzaky, membuat Dzaky cemberut. "Jus strawberry 2 ya Khaf, di bungkus aja"
"Oke" Khafi membuatkan pesanan Mei dan ponakannya. "Kamu mau kuliah kemana Mei?"
"Insha Allah UGM Khaf, jurusan kedokteran, kamu?"
"Insha Allah sama seperti kamu. Cita-citaku ingin jadi dokter bedah" Mei agak bergidik ngeri mendengar kata bedah dan pisau. Raut wajah Mei berubah menjadi pucat kala melihat Khafi memotong strawberry dengan pisau. Khafi menyadari perubahan mimik wajah Mei saat dia memotong strawberry.
Khafi meletakkan pisaunya di laci dan memanggil nama Mei. Tapi tatapan Mei kosong. Khafi mulai khawatir. Khafi mengambil gelas plastik dan diisinya dengan air dan es batu, dia tempelkan ke pipi Mei.
"Astaghfirullah" Mei kembali menguasai dirinya dan melihat Khafi. "Khafi dingin"
"Kamu melamunin apa? Kamu mau jadi dokter apa?" Tanya Khafi lembut. Mei hanya tersenyum kearah Khafi.
"Dokter Anak, biar kelihatan muda" Khafi terkekeh mendengar jawaban Mei. Dzaky melihat perubahan Mei saat ngobrol dengan Khafi, wajah Mei terlihat berseri-seri.
"Aku buatin pesanan kamu dulu" Khafi kembali ke belakang meja dan membuatkan jus strawberry.
"Mas, nambah jus jambu biji juga ya di bungkus" Dzaky berdiri di samping Khafi.
"Bisa, tapi tolong alihkan perhatian Mei saat saya memotong buah ya, wajahnya pucat saat saya memegang pisau"
"Mas bisa tanggap sekali, tante memang fobia pisau. Saya ajakin masuk ke dalam dulh ya, mau beli sesuatu"
"Itu lebih bagus" Khafi tersenyum kearah Dzaky.
"Tan, mas nitip coklat, yuk anterin masuk lagi" Mei beranjak mengikuti Dzaky
☘☘☘
"Kok lama sih beli cemilannya tan?" Gerutu Junior saat Mei dan Dzaky datang.
"Tante ngobrol sama cowok ganteng" goda Dzaky yang hasilnya di gelitikin oleh Mei.
"Ciye,, siapa tan? Kenalin dong, pacar ya?" Goda Junior.
"Nggak ada pacar-pacaran baby" Mei mencubit pipi Junior "cuma teman biasa kok"
Dzaky dan Junior menggoda Mei selama satu hari, membuat Mei jengah.
☘☘☘
Mei dan Khafi kuliah dengan jurusan yang sama yaitu kedokteran. Sedangkan Mila di jurusan bahasa Indonesia dan Petra di jurusan Manajemen.
Mereka berempat masih sering ngumpul bersama, untuk sekedar curhat masalah kuliah dan tugas.
"Mei, aku mau curhat sama kamu" Mila duduk di perpustakaan bersama Mei.
"Iya silahkan, aku dengerin tapi aku sama ngerjain tugas" Mei melanjutkan menulisnya.
"Aku suka sama Khafi"
Deg
Hati Mei terasa sakit saat sahabatnya juga menyukai orang yang sama. Tapi Mei tak mau mengatakan perasaannya ke khafi, karena itu tidak di benarkan di dalam Islam. Mei melihat kearah Mila yang nampak berseri-seri bercerita.
"Trus?"
"Aku mau ngutarain perasaanku ke dia Mei"
"Tapi kan wajibnya perempuan itu menerima lamaran, bukan kamu yang mengungkapkan"
"Nggak peduli Mei, aku ingin bahagia, orang tuaku udah meninggal Mei, aku mau mengatakannya nanti ke Khafi"
"Ya sudah kalau gitu. Itu Khafi datang, aku kembalikan buku dulu ya"
Mila mengajak khafi berbicara berdua saja di taman belakang kampus, tempat para mahasiswa ngobrol dan menunggu bergantian untuk sholat di masjid kampus.
"Mau ngomong apa Mil?" Tanya Khafi dingin. Khafi melihat Mei sedang ada di masjid untuk melaksanakan sholat Dzuhur. "Saya mau sholat"
"Sebentar aja kok. Hmm.. Khaf, aku suka sama kamu" Khafi menoleh kearah Mila tak percaya. Bagaimana bisa dia mengungkapkan perasaannya secara gamblang ke Khafi.
"Astaghfirullah Mila. Kenapa kamu..."
"Aku suka kamu sejak lama Khaf, aku mau kamu jadi pacarku" Khafi menggelengkan kepalanya.
"Maaf Mila, aku nggak mencintai kamu. Aku.. aku suka orang lain"
"Siapa?" Mila merasa di tolak Khafi itu menyakitkan. Khafi beranjak dari tempat duduknya dan tak menjawab pertanyaan Mila.
Mila menangis karena di tolak Khafi. Petra duduk di sebelahnya dan menyandarkan kepala Mila di bahu Petra. Mei dan Khafi melihat kelakuan Petra.
"Mereka berdua..." Mei tak melanjutkan ucapannya.
"Biarkan saja, mereka bisa berpikir sendiri. Mau bareng pulangnya sama aku Mei? Aku sama Hisham kok tenang aja" Mei hanya mengangguk. Khafi malah tersenyum lebar kearah Mei "aku sholat dulu, tunggu aku di sini"
Mei membaca bukunya kembali yang dia pinjam di perpustakaan sambil menunggu Khafi selesai sholat. Mei tak melihat lagi Mila dan Petra. Mei sempat merasa khawatir, tapi ada Petra yang menjaga Mila.
Mei pulang bersama Khafi dan Hisham adiknya Khafi naik mobil milik Khafi. Mei juga tak berani bertanya ke Khafi tentang Mila dan Khafi tadi di taman tempat Mila duduk bersama Petra.
Khafi melihat ada kecemasan di raut wajah Mei. "Kamu mikirin apa Mei?"
"Mila dan Petra memangnya boleh dibiarkan berdua saja? Aku takutnya Mila kenapa-kenapa"
"Mila dan Petra kan juga sahabat, Petra nggak bakalan ngapa-ngapain Mila kok"
Mei merasa tenang dengan jawaban Khafi, tapi ada rasa cemburu di hatinya saat mengetahui Mila menyukai Khafi. Mobil Khafi berhenti di depan rumah Mei.
"Makasih ya Khaf, Sham"
"Sama-sama Mei"
Seorang laki-laki turun dari mobil di belakangnya mobil Khafi. "Jadi sekarang sudah berani keluar dengan cowok lain?" Mei menghampiri laki-laki itu dan memeluknya.
"Baby, kapan kamu datang? Ayo masuk sayangku" Mei menggandeng Laki-laki itu masuk ke rumah. Khafi merasa cemburu, dia dan Mei saja tidak bersentuhan, tapi Mei berpeluka dengan laki-laki lain didepan Khafi.
☘☘☘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top