5


"Aku berhijab bukan karena pandai ilmu agama, tapi aku berhijab karena mentaati perintah Allah"


Happy reading
.
.
.
.
.
.

"Tante" Dzaky masuk ke dalam kamar Mei. Mei tersenyum dan membenarkan pashmina instan miliknya.

"Ada apa baby?" Tanya Mei lembut. Dzaky duduk di samping Mei.

"Kenapa jendelanya nggak dibuka tan?"

"Jangan, yang di sana sudah ada orangnya. Bukan mahramnya baby. Kamu ada apa?"

"Besok kita pulang ke solo lho Tan. Kok tante nggak siap-siap?"

Mei hanya tersenyum ke arah Dzaky tanpa menjawab pertanyaannya. Mei memilih meneruskan membaca bukunya.

☘☘☘

Febrian dan keluarganya harus kembali ke solo. Tapi Dzaky menangis karena Mei tidak ikut dengannya ke solo. Mei merasa tidak tega melihat keponakan kesayangannya itu menangis dan menarik-narik Mei.

"By, tante sayang kamu, tapi baby ikut Mama dan Papa pulang ya. Tante sekolah disini dengan Eyang. Kasihan Eyang nggak ada temannya. Little baby masih ada mas Jun yang nemenin" Mei menjelaskan dengan lembut seperti biasanya.

"Tan, gara-gara aku ya? Tante nggak mau maafin aku ya yang udah bentak tante?" Junior menangis memeluk Mei di kamarnya.

"Bukan big baby, kalian nggak pernah mengecewakan tante. Tante sayang kalian. Tante juga harus jagain eyang. Kasihan eyang by. Kalian ngerti ya posisi tante" mereka memeluk Mei erat.

"Kalau kalian liburan kesini ya" mereka mengangguk "jangan lupa kita akan video call tiap pulang sekolah ya" mereka mengangguk dan akhirnya berpamitan untuk pulang ke solo.

Mei menahan tangisnya didepan keponakannya. Setelah mereka pulang, Mei menangis di pelukan bu Mariam. "Adek kangen mereka bun"

Bu Mariam dan pak Yusuf hanya tertawa melihat tingkah putri bungsunya itu.

☘☘☘

Hari ini hari pertama Mei masuk ke sekolah islami. Mei merasa gugup. Mei beristighfar dalam hatinya tiada henti. Mei masuk ke dalam kelas bersama bu Diah.

"Anak-anak kita kedatangan murid pindahan dari Solo. Silahkan perkenalkan diri" bu Diah mempersilahkan.

"Assalamualaikum. Nama saya Mei. Saya pindahan dari solo. Terimakasih"

"Kamu duduk sama Mila" Mei duduk dengan Mila di barisan nomor dua.

"Haiy, aku Mila" Mila mengulurkan tangannya ke Mei. Mei tersenyum dan menjabat tangannya.

"Saya Mei"

☘☘☘

Jam istirahat, banyak laki-laki dari kelas lain membicarakan Mei di deoan kelasnya.

"Kamu nggak ke kantin?" Tanya Mila, dan Mei hanya menggeleng dan tersenyum. "Aku ke kantin dulu ya" Mei hanya mengangguk. Dan membuka buku bacaannya.

Khafi memperhatikan Mei dari ekor matanya. Menurut Khafi buku bacaan Mei sangat menarik, Khafi suka wanita seperti Mei. Khafi menjaga pandangannya dan beristighfar dalam hati.

Tara dari kelas sebelah yang dikenal bad boy menghampiri Mei yang sedang asyik membaca buku. Tara tiba-tiba duduk di sebelah Mei tempat duduk Mila.

"Astaghfirullah. Kamu siapa dan sedang apa kamu disini?" Suara Mei naik satu oktaf dan membuat Khafi menoleh kearahnya.

"Tara" laki-laki itu mengulurkan tangannya. Tapi tak di sambut oleh Mei. Mei berdiri di dekat meja.

"Maaf bukan mahramnya" Khafi tersenyum mendengar penjelasan Mei pada Tara.

"Ada perempuan seperti ini. Seperti perempuan idamanku" kata Khafi dalam hatinya.

Tara berdiri mendekati Mei, Mei refleks mundur dan mengenai meja Khafi. "Maaf" Mei menundukkan pandangannya lagi. Khafi berdiri di dekat Mei.

"Ada apa kamu kesini? Kelasmu bukan disini Tara, jangan ganggu teman sekelas saya" ucap Khafi sopan. Khafi melirik Mei sekilas, ada rasa ketakutan di wajahnya.

"Aku nggak ada urusan sama kamu, minggir. Aku cuma mau kenalan sama dia" Tara menunjuk Mei dengan telunjuknya.

"Kamu nggak lihat dia ketakutan melihat kamu? Jangan buat onar di kelas ini Tara. Saya ketua kelas disini" Khafi memperingati Tara. Mei melihat ke arah Khafi sekilas. Dia bersyukur dalam hati, masih ada yang membantunya.

"Cih.. oke aku pergi" Tara berlalu meninggalkan kelas. Mei mengucap hamdalah.

"Alhamdulillah Hirobilal Amin" Khafi menoleh ke arah Mei. Mei langsung menundukkan pandangannya lagi. "Terimakasih, saya Mei" Mei menutup kedua tangannya didepan dada.

"Saya Khafi. Sama-sama. Kamu menghalangi tempat duduk saya" Mei menggeser tubuhnya agar Khafi bisa duduk kembali.

"Maaf" Mei kembali duduk dan membaca novelnya kembali. Mei menetralkan bunyi jantungnya kembali. Mila duduk di kursinya kembali.

"Kamu kenapa Mei?" Mei menoleh ke arah Mila dan tersenyum.

"Saya baik-baik aja, hanya tadi ada anak yang sembarangan duduk di tempat kamu"

"Siapa?" Mei menggeleng, dia tidak tahu namany. "Siapa Khaf?" Khafi menoleh kearah Mila yang memanggilnya.

"Tara, dia membuat Mei ketakutan tadi" ucap Khafi dingin dan kembali membaca bukunya.

"Lihat, dingin banget dia sampai ke tulangnya. Heran deh aku" Mei hany tersenyum melihat Mila mencibir Khafi.

☘☘☘

Mei memikirkan Khafi saat di rumah. Bagaimana dia di tolong oleh Khafi, membuat Mei tersenyum sendiri. Laki-laki yang dingin tapi sudah menolong Mei dari Tara, saat Mei merasa ketakutan. Khafi juga tak mempermasalahkan Meu tak menjabat tangannya.

Mei menceritakan sosok Khafi ke Junior dan Dzaky, membuat Mei merasa bahagia. Junior dan Dzaky juga merasa Mei sudah kembali seperti dulu lagi, selama 2 tahun Mei melewati traumanya yang membuatnya menutup diri.

Mei juga tidak pernah membuka jendelanya, karena Mei merasa tak enak hati, karena kata bu Mariam di sebelah adalah kamar seorang laki-laki.

"Sebelah kamar adek itu kamar anak laki-laki seumuran kamu, kamu sapa saja sekilas kalau waktu kamu buka jendelanya bersamaan dengannya" Mei tak mau membuka jendelanya, terlalu takut bagi Mei untuk mengenal laki-laki lain selain anggota keluarganya.

Mei juga sering mendengarkan alunan ayat Alquran dibaca dengan merdunya di kamar seberang. Suara laki-laki itu membuat Mei jatuh hati.

فَبِاَيِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Suasana hati Mei kembali menjadi tentram. Andaikan Mei punya keberanian untuk membuka jendelanya dan berkenalan dengan laki-laki itu. Tapi Mei cukup tahu diri.

Allah SWT berfirman:

وَقُلْ لِّـلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَـضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّ ۖ  وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَآئِهِنَّ اَوْ اٰبَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَآئِهِنَّ اَوْ اَبْنَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَآئِهِنَّ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ ۖ  وَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُـعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ   ۗ  وَتُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
wa qul lil-mu'minaati yaghdhudhna min abshoorihinna wa yahfazhna furuujahunna wa laa yubdiina ziinatahunna illaa maa zhoharo min-haa walyadhribna bikhumurihinna 'alaa juyuubihinna wa laa yubdiina ziinatahunna illaa libu'uulatihinna au aabaaa'ihinna au aabaaa'i bu'uulatihinna au abnaaa'ihinna au abnaaa'i bu'uulatihinna au ikhwaanihinna au baniii ikhwaanihinna au baniii akhowaatihinna au nisaaa'ihinna au maa malakat aimaanuhunna awittaabi'iina ghoiri ulil-irbati minar-rijaali awith-thiflillaziina lam yazh-haruu 'alaa 'aurootin-nisaaa'i wa laa yadhribna bi'arjulihinna liyu'lama maa yukhfiina min ziinatihinn, wa tuubuuu ilallohi jamii'an ayyuhal-mu'minuuna la'allakum tuflihuun

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
(QS. An-Nur 24: Ayat 31)

☘☘☘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top