6. Bertemu Dia (BD)
Kalau ada yang masih bingung dengan nama tokoh seperti Rangga, Farhan. Bisa cek lagi di Lasting love story si Mama Lea.
Emangnya ada yang minat?
Bunda sih terserah kalian aja😝
Tandai typo
Happy reading
.
.
.
.
🐣Melviano POV
Tiga bulan berlalu, cukup bagi diriku untuk dekat dengan Atikah. Hari ini aku berniat mengutarakan perasaanku ke Atikah. Perempuan yang pernah menabrakku, aku sering bertemu dengannya saat menjemput Mama.
Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan membawa setangkai bunga mawar merah. Langkahku terhenti kala melihat Atikah sedang berciuman dengan seorang pria berbaju loreng. Jelas sekali ku mengenalnya, dia adalah juniorku di Koramil.
Aku memilih memutar langkah kembali, dan menuju ruangan Mama. Terlihat Mama sedang berbicara bersama
Tante Alexa sahabatnya. Ku menyalami Mama dan tante Alexa.
"Buat Mama" ku menyerahkan setangkai mawar ke Mama, sayang kalau dibuang.
"Ada apaan kasih Mama bunga? Tumbenan?" menggeleng dan berusaha tersenyum, meski hatiku terluka.
Apa yang ku lihat tadi membuat hatinya berdenyut nyeri. Aku tidak menyangka kalau Atikah akan berciuman di lorong rumah sakit.
Mama mengajak ku untuk segera pulang segera karena Mama akan menemani Papa ke luar kota sore besok.
Ku lihat dua orang yang berciuman tadi sedang berdiri di hadapanku. Lelaki itu memberi hormat padaku. Aku mengangguk dan mencoba tersenyum kaku. Mama pasti tahu anaknya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Sedari tadi Mama memperhatikanku.
"Mohon datang ya bang" laki-laki itu memberikan sebuah undangan pernikahan yang tertulis nama Danang dan Atikah.
"Insha Allah. Ayo Ma, kita udah telat" Mama menggandeng lenganku tanpa banyak bicara.
Selama perjalanan ku hanya diam. Mama menyentuh lengan ku dan mengusapnya lembut. Aku menoleh sekilas ke arah Mama.
"Mama tahu kalau abang sedang tidak baik sekarang. Tapi Mama cuma mau bilang, coba tanyakan kembali pada hati abang, apa betul abang jatuh cinta dengan dia atau hanya karena Mama yang sudah bertanya pasangan pada abang. Mama membebaskan abang memilih pasangan abang dengan bijak. Semoga abang bisa selalu bahagia"
Mobil sudah terparkirkan rapi di garasi rumah Papa. Aku memeluk Mama erat. Pelukan yang selanjutnya membuatku ingin menitikkan air mata.
"Terimakasih Ma. Abang sayang Mama" Mama mengangguk dan mengusap punggung ku.
💂💂💂
Aku duduk bersama Billal di meja makan. Kami berdua tampak terlihat lesu. Ku perhatikan dia sedang ingin mengeluarkan emosinya sejak dia datang ke asrama tadi.
"Suriah lho bang, Suriah. Kenapa sih abang harus daftar kesana?" Ucap Billal menggebu-gebu.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Tau ah" Billal mengusap wajahnya kasar. "Harusnya kalau patah hati tuh gak perlu pergi jauh-jauh, kemana gitu bang"
"Lebih baik pergi menjauh daripada harus lihat dia dengan orang lain" aku meninggalkan Billal yang cemberut, menuju kamarku sendiri, menyiapkan keperluanku untuk ke Suriah minggu depan.
Aku mengingat bagaimana aku sendiri yang mencalonkan diriku untuk berangkat ke Suriah.
🐣🐣🐣
Aku mendemgar suara mobil yang tertutup kasar, ku lihat Papa tidak dapat mencegah Mama yang masuk kedalam rumah dengan wajah penuh emosi. Papa baru saja mendapatkan telepon dari Danyon, bahwa aku mendaftar menjadi relawan ke Suriah.
"Melviano Dirgantara Alfarizel, keluar sekarang" Mama menggedor pintu kamarku.
Aku keluar masih menggunakan seragam dorengku. Mama menatap ku tajam, diriku hanya mampu menunduk jika ditatap seperti itu oleh Mama.
"Ikut Mama"
Mama menuju ruang tengah. Disana sudah berkumpul Opa yang memang mendengar keributan di rumah ini, langsung datang dan ikut duduk di ruang tengah. Papa dan Billal juga ikut duduk disana.
"Sudah tidak menganggap Mama dan Papa ada, eh?" Aku menggeleng.
"Siap salah" jawab ku tegas. Aku sangat tahu kemarahan Mama ditujukan padaku.
"Jelaskan maksud kamu apa? Mendaftar jadi relawan dan akan berangkat minggu depan ke Suriah tanpa bertanya pada Mama dan Papa? Mau kamu apa?"
"Siap salah"
"JAWAB"
Brakk
Semua mengurut dada kaget kala Mama menggebrak meja didepannya.
"Abang cuma ingin menjadi relawan Ma. Dan itu hanya 1 tahun Ma" aku berjongkok di depan Mama, berharap Mama akan luluh.
"Please Ma, Abang mohon, ijinkan abang pergi kesana" ku genggam tangan Mama untuk meminta restu.
"Pergi kesana agar bisa move on kan dari Atikah? Menghindari pernikahan mereka?"
Skakmat
Aku hanya diam tidak menjawab. Ku hanya mampu mengangguk lemah. Memang tujuanku pergi ke Suriah hanya untuk itu.
"Apa yang bisa kamu janjikan untuk Mama?"
"Abang gak bisa menjanjikan apapun Ma. Ini sudah tugas Abang" Mama memelukku erat, kurasakan Mama menangis sesenggukan di pelukanku.
"Setidaknya pulang kamu bisa bawakan Mama calon menantu" ku tertawa mendengarnya, dan akhirnya mengangguk setuju. Apa boleh buat.
🐣🐣🐣
Hari keberangkatan ku pagi ini. Mama sudah heboh sendiri untuk menyiapkan keperluanku. Padahal aku sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari.
"Ayo buruan, ntar telat" Papa menginterupsi.
"Jangan lupa kabari Mama tiap hari bang. Kalau sampai kamu tidak ada kabar, Mama yang akan jemput kamu kesana" aku tertawa dan mengangguk, baru kali ini aku berjauhan dari Mama dan Papa. Benar-benar jauh.
"Siap komandan"
Aku memeluk mama erat dan memeluk Papa. Menyentil kening Billal sebelum dia pergi, lalu memeluknya erat. Billal hampir menangis dibuatnya. Ku lepas pelukannya dan memeluk kakakku yang datang bersama bang Zidan untuk mengantarkan kepergian ku bertugas.
"Jaga diri kamu dek, kakak harap kamu bisa pulang dengan utuh. Jangan lupa sholat dan makan yang teratur" aku mengangguk dipelukan kakak.
"Ya. Dan segera buat ponakan buat Aku" kakak menyentil kening ku yang terbahak bersama bang Zidan.
Ku segera naik pesawat bersama para prajurit lainnya yang tergabung dalam pasukan Garuda.
"Selamat tinggal kenangan pahit" ku sobek undangan pernikahan Atikah dan Danang.
Ku memilih memejamkan mata untuk beristirahat. Aku masih ingat semalam Mama ingin tidur bersamaku dan Papa tentunya menemaniku bersama dengan Billal. Itu adalah tradisi kami, jika ada salah satu keluarga yang akan pergi tugas.
Kami sudah sampai di barak bersama dengan prajurit lainnya. Ku letakkan ranselku di lemari.
Ku harus mengikuti pemeriksaan hari ini sebelum kami bertugas besok.
"Lettu Melvi?" Perempuan cantik itu menatap ku . Ada getaran yang aneh pada diriku kala melihat matanya yang berwarna hitam.
Jantung ku berdegup kencang saat ini. Saat bersama Atikah, tidak pernah seperti ini. Perasaan gugup menyerangku.
"Saya dokter" ucap ku setenang mungkin. Aku duduk dihadapan dokter itu.
"Perkenalkan, saya Letda Arcinta Shahila Bagaskara
yang bertugas sekarang ini"
"Dokter Cinta?"
"Ya?"
"Saya belum butuh dokter cinta, yang saya butuhkan dokter untuk memeriksa saya" dia hanya menaikkan satu alisnya.
Cinta langsung menjentikkan pen tanpa aba-aba lebih dulu, lalu mengarahkan jari telunjuk ku ke kertas yang dia sediakan untuk tes golongan darah.
"Nama saya Cinta"
"Saya juga Cinta kamu"
🐣🐣🐣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top