2. Juang Yang Tidak Berjuang (BYTB)

Jangan lupa vote⭐and komen🗨
Typo bertebaran

Happy reading
.
.
.
.

🐣Cinta POV

Aku kembali ke rumah keluarga Gemilang. Bukan untuk mengemis cintanya Juang, tetapi mengemasi barang-barangku yang tidak begitu banyak untuk kembali ke rumah Papaku.

"Arcinta" aku menoleh saat kursi roda Mama di dorong oleh suster yang bertugas menjaganya.

"Ya Ma?" Aku berjongkok di depan Mama, menggenggam tangan perempuan paruh baya yang baik sekali denganku.

"Kamu mau kemana? Kok baju-baju kamu berantakan di kasur?"

"Saya, ada tugas di luar Ma"

Tak lama setelah itu masuklah Juang bersama dengan seorang perempuan yang aku yakini adalah pacarnya. Juang memberikan map berwarna kuning. Dia memberikan map itu padaku langsung.

'Surat Gugatan Cerai'

Oh aku kira dia mau ngasih harta gono-gini, caelah ngarep amat sih Cin. Tanpa banyak kata, langsung ku tanda tangani saja dan membubuhkan namaku disana.

"Surat apa itu nak?" Mamanya bertanya ke Juang.

"Surat gugatan cerai Ma. Juang talak Arcinta, karena Juang idah nikah dengan Saras"

"IBU"

Ku lihat Mamanya Juang sudah tak sadarkan diri. Papa Juang berlari menghampiri istrinya yang sudah tak sadarkan diri akibat teriakan suster Yana.

"Arcinta?" Tanya Papa Mertua setelah aku memeriksa denyut nadi dan detak Jantung Mamanya Juang yang lemah.

"Kita bawa ke rumah sakit sekarang Pa" Papanya Juang membantuku, suster Yana membukakan pintu mobil untuk kami.

"Dokter Putra, saya membawa pasien kritis. Ibu Dania pasien dokter" kataku saat menelepon dokter Putra kawan baik Papa.

"Baik Arcinta"

Aku langsung menutup teleponku, dan segera ku lajukan mobilku menuju rumah sakit tempat ku bekerja. Beberapa perawatan membawakan brankar dan membantuku membawakan Mamanya Juang yang sebentar lagi berstatus mantan ibu mertuaku itu ke ICU untuk segera di tangani dokter Putra.

"Ar?"

Aku menoleh pada dokter Putra yang baru saja memeriksa Mama Dania. Dokter Putra menghela nafasnya berat, aku tahu dan aku paham apa yang akan beliau katakan.

"Saya gak bisa jamin kesembuhan pada mertuamu ini. Kanker yang di deritanya sudah menyebar dan mengakibatkan pecahnya pembulu darah di otaknya"

Nafasku tercekat. Selama menjadi dokter, aku tak akan pernah bisa berhadapan pada situasi seperti ini. Dokter Putra menepuk puncak kepalaku sebelum berlalu keluar ruang ICU untuk memberitakan Ini pada Papa Gilang Gemilang.

Aku menatap wajah pucat Mama Dania. Aku menggenggam tangannya yang terasa lemah. Meskipun beberapa kali Mama Dania akan drop saat menjalani kemoterapi, tapi baru kali ini aku merasakan sesuatu akan hilang dan akan membuat ku sedih.

"Arcinta"

Aku tersentak saat Papa Gilang sudah berada di sampingku. Aku berdiri dan memberikan tempat duduk Untuk beliau.

"Juang, gugat cerai kamu?" Aku mengangguk. "Pada akhirnya anak itu menyerah juga. Papa minta maaf sudah membuat kamu tertekan selama hidup bersama Juang. Dan maafkan istri saya yang sudah seenaknya meminta kamu menikah dengan Juang. Saya sungguh malu dengan Pak Rangga, beliau baik dengan saya, saya kenal baik dengan Papa kamu saat istri saya dirawat disini"

Aku sendiri heran dengan sifat juang yang berbanding terbalik dengan kedua orangtuanya yang memiliki sifat lemah lembut, ramah tamah.

"Saya gak Papa kok Pa. Papa yang tegar ya" Papa Gilang mengusap kepalaku sayang.

Kulihat pergerakan jemari Mama Dania, ku periksa sejenak pupil matanya yang merespon cahaya.

"Ma"

"Nak" aku mendekat kala Mama Dania memanggil ku.

"Mama minta maaf. Maafkan Mama" aku mengangguk dan berusaha tersenyum.

Bukannya aku sedih saat berpisah dengan Juang, tapi aku sedih melihat perempuan paruh baya di depanku ini begitu baik dan perhatian seperti mamaku sendiri.

"Semoga kamu bahagia nak" aku mengangguk dan memeluknya sebentar.

Aku pamit keluar dan membiarkan waktu untuk berbincang-bincang antara Mama Dania dan Papa Gilang. Juang dan istri barunya itu memandangku dan mereka berdiri saat aku baru saja menutup pintu ruangan ICU.

"Gimana Mama?" Tanyanya padaku. Really? Dia bertanya padaku? Selama 6 bulan ini tak ada percakapan antara kita berdua.

Aku hanya menggeser berdiri ku agar Juang bisa masuk ke ruangan ICU dan melihat Mamanya sendiri.

Seorang suster berlari dan berhenti tepat di depanku. Juang berhenti melangkah dan menatapku dan suster Alina bergantian.

"Ada pasien yang harus segera dioperasi dokter" aku mengangguk dan segera berlari menuju ruang OK bersamanya.

🐣🐣🐣

Aku duduk di ruangan ku. Merebahkan kepalaku menyamping di meja kerjaku. Pintu Ruangan ku terbuka dan menampilkan sahabat dunia akhiratku ini. Deby.

"Lo beneran cerai?" Suaranya melengking tajam, ku memutar bola mata malas padanya.

"Hmm. Tau darimana?"

"Mantan suami lo sendiri. Tadi gue ketemu dia di kantin bareng cewek cantik di sebelahnya" aku mengangguk.

"Istri barunya"

"Minta di kebiri tuh laki. Elo sih gak mau dandan, perawatan kek tuh muka lo, bikin kinclong kek Mamak lo"

Sialan sekali mulutnya yang suka nyinyir ini. Tapi entah kenapa aku gak pernah merasa sakit hati.

"Males"

"Dih begonya natural"

Kannnn baru aja ku bilang kalau mulut dia tuh seperti itu, emang gak punya filter nih anak.

"Percuma bege punya mamak dokter kecantikan, kalau anaknya item kucel kek pantat pancinya pembokat gue"

Sialan!

"Serah"

Ku berdiri dan keluar ruangan, tapi dokter Putra menghalangi jalanku. Beliau menepuk puncak kepalaku kembali.

"Om turut prihatin Ar, Ibu mertua kamu meninggal dunia"

Deg

Nafasku terasa sesak, sepertinya oksigen di sini sudah menipis. Tanpa sadar ku berlari menuju ruang ICU, dimana Mama Dania dirawat. Baru saja 2 jam ku tinggalkan, dan Mama Dania sudah pergi.

Disana, Papa Gilang sudah menunduk menangis di lengan Mama Dania. Sedangkan Juang menangis meraung-raung dan bersimpuh di lantai dengan istri barunya yang aku sampai sekarang gak tahu namanya.

Papaku menarikku keluar dari ruangan dan memelukku erat. Aku bersandar nyaman dan menangis sesenggukan dalam diam di dalam pelukan hangat Papaku. Cinta pertamaku itu. Kesayanganku.

"Sabar sayang. Ikhlaskan, karena ini sudah takdir Tuhan" aku mengangguk setuju.

🐣🐣🐣

Aku berjongkok di samping makam bertuliskan nama Daniaty Gemintang binti Heru Gemintang. Ku usap batu nisan itu dan menaburkan bunga setelah ku baca doa untuk almarhumah mama Dania.

Papa Gilang menghampiri diriku, mengajakku berbicara di luar pemakaman. Ku angguki permintaannya.

"Mama memberikan kamu ini" Papa Gilang menyerahkan sebuah kotak perhiasan berwarna merah yang ku terima begitu saja. "Mama ingin kamu menerimanya nak. Mama dan Papa tetap menganggap kamu sebagai anak kami, walaupun status kalian sudah bercerai"

"Apa ini tidak berlebihan Pa? Ini kan kalung yang biasanya di pakai Mama kan?" Papa Gilang mengangguk.

"Ambil nak. Itu sudah amanah dari Mama"

Aku hanya mengangguk dan menggenggamnya. Mencium tangan Papa Gilang dan segera pergi dari pemakaman ini. Kulihat Juang melirikku bersama istri barunya itu.

🐣🐣🐣

Ku duduk pada akhirnya disini, setelah sekian lama ku mangkir dan hanya menyerahkan semuanya pada kuasa hukumku bang Arga. Abang asuhku yang baik hati, Lawyer tampan yang terkenal dikalangan kesatuan kami, lelaki tampan yang mendapat pangkat Kapten yang sayangnya udah taken, punya buntut satu yang juga tampan seperti dirinya.

Tok tok

Ketukan palu hakim menyadarkan aku dari lamunanku yang memandang wajah tampan bang Arga itu. Aku menoleh pada bang Arga.

"Ya Arcinta, lo resmi cerai, duh lemot lo" ketusnya.

"Makasih bang Gaga Mi" kataku.

Tak

Satu jitakan manis mendarat di kepalaku, dan pelakunya adalah lawyer tampan ini. Ya Tuhan, bagaimana bisa lelaki tampan di sekitarku semuanya udah pada taken.

Ku nyengir lebar sekali melihat bang Arga mengajakku berdiri, ah tak apa walaupun tak di gandengnya, yang penting aku bisa menikmati wajah tampan kapten ini. Ah aku lega sudah bercerai dengan Juang yang tidak pernah berjuang untuk memperbaiki semuanya atau berjuang mendapatkan cintaku. Tak pernah ada kata BERJUANG meskipun namanya Juang.

🐣🐣🐣

Ada yang ingat Gaga Mi?
Yap Arga teman Rena di story Rena

Nih agak panjangan ceritanya 😝

Mau bikin povnya Melviano, tapi adakah yang punya cast yang cocok untuk Melvi? Terserah mau siapa aja.. bunda tunggu sarannya🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top