18. Prank Cinta (PC)
Siapa yang kangen babang Melvi?
Tandai typo
Jangan lupa vote⭐and komen🗨
Happy reading
.
.
.
.
.
🐣Melviano POV
Kepalaku rasanya sakit sekali, aku memilih tidak membuka mataku kala rasa berat dan sakit ini mendera kepalaku. Namun sayup-sayup ku dengar suara perempuan yang sangat ku sayang di dunia ini melantunkan ayat suci Alquran, kesadaranku seakan kembali dengan rela dan dengan mudahnya aku membuka mata.
Ku edarkan pandanganku di ruangan serba putih yang sangat ku benci ini. Aku melihat Mama tersenyum saat aku memandangnya.
Mama menghapus air matanya, lalu mengecup keningku yang tertutup perban. Ku usap air mata Mama yang mengalir turun di pipinya.
"Abang ingat Mama?"
Aku mengangguk. Tentu saja aku ingat, durhakanya diriku jika sampai aku lupa dengan Mama ku sendiri.
Ceklek
Sosok panutanku masuk keruangan ini dan mendekat. Tangannya menyentuh kepalaku dan mengusapnya pelan seakan mengusap kepala anak umur 7 tahun. Ah aku baru ingat, dulu aku pernah terjatuh dari sepeda dan kepalaku terluka.
Wajah Papa berubah sendu kala melihat kondisiku saat ini. Persis saat dulu Papa mengajariku naik sepeda dan aku terjatuh, Papa menyalahkan dirinya sendiri.
"Abang, apa yang dirasakan sekarang?"
Aku tak menjawab pertanyaan yang Papa tanyakan. Aku hanya tersenyum tipis dan meringis kala sakit kepala menderaku kembali.
Tanpa disuruh, Papa sudah memencet tombol yang berada dekat dengan brankarku. Tak lama dokter masuk dengan suster yang masih muda seumuran cinta.
Ah iya Cinta, aku merindukan dirinya saat ini. Apa dia tahu keadaan ku sekarang ini. Apakah dia bersedih.
Dokter memeriksa ku dan berbincang dengan Mama yang tidak ku mengerti apa,aku tidak terlalu memperhatikan karena sakit di kepala ku membuatku tak fokus.
Suster muda itu mencuri pandang kearahku saat dia mengganti perban di kepalaku. Aku risih dibuatnya.
"Pasien terkena gegar otak ringan, jadi kalau sampai pasien muntah, itu kondisi yang wajar"
Aku masih diam memandang lurus ke depan kala suster ini terus mencuri pandang kearahku. Rasanya aku ingin mendatangi Cinta dan memintanya untuk merawatku dan mengganti perbanku saja.
"Sudah selesai. Kalau perlu apapun, panggil saya saja, saya Anggi"
Aku hanya mengangguk tanpa perlu mengeluarkan suaraku. Rasanya aku tak ingin berbicara dengannya. Aku hanya ingin berbicara dengan cinta saja daripada dia.
Dokter dan suster itu keluar ruanganku. Lega itu yang ku rasakan sekarang. Mama menggenggam tanganku, seakan wajah khawatirnya sedikit berkurang.
Aku baru sadar jika bahuku juga kena gips karena patah, dan luka tembak yang juga bersarang di bahu kananku. Kepalaku terantuk saat aku terjatuh di sungai. Penjelasan Mama yang masuk akal mengingatkanku akan dua lelaki berbaju hitam itu.
"Melvi, kamu ingat cinta kan?"
Aku rasanya ingin tertawa saat Papa menanyakan hal itu. Tentu saja aku sangat ingat dengan Cinta, siapa yang bisa lupa dengan perempuan cantik calon istriku itu.
"Ingatlah Pa. Mana mungkin abang lupa"
Papa terkekeh, dan duduk di samping ku, mengambil alih nampan yang berisi makanan dari tangan Mama dan mulai menyuapiku.
"Dia rindu kamu, dia sampai merengek-rengek untuk ikut mencari kamu disini. Sayangnya Papa belum bisa mengabulkan keinginannya itu"
"Berapa lama Abang disini Pa?"
"Dua minggu kamu koma. Papa dan Mama sudah mengabari cinta. Kemungkinan besar dia akan ambil cuti untuk menuju kemari secepatnya"
Penjelasan Papa membuat senyuman terbit di bibirku yang terasa kering ini. Rasanya bahagia jika Cinta benar menyusulku kemari.
"Pa, abang udah kenyang, abang rasanya mau muntah"
Mama dengan cekatan tanpa jijik memberikan ku baskom dan memijat tengkukku pelan.
"Istirahat ya bang"
Mama memberikanku minuman hangat dan mengusap bibirku dengan tisu, lalu mengusap kepalaku sayang.
"Ma, Abang tuh baik-baik aja, sini deh kamu duduk di sofa, kamu belum istirahat dari semalam"
Mama menggeleng, ku genggam tangan Mama dan aku mengangguk untuk meyakinkan Mama bahwa aku baik-baik saja saat ini.
Mama dengan terpaksa duduk di samping Papa. Tapi bukan Papa kalau tidak berhasil merayu Mama.
"Kamu itu cantik lho Ma,cantikmu awet dari aku kenal kamu dulu. Tapi sayangnya mata panda ini yang menghalangi kecantikan bidadari surgaku ini"
Rasanya aku ingin tertawa melihat Papa merayu Mama. Tapi aku sudah biasa mendengar Mama yang merayu Papa dengan gombalan recehannya jika Papa dilanda cemburu.
"Kalau mau ngerayu tuh wajahnya dibenerin dulu. Ngerayu kok wajahnya datar kayak kanebo kering gitu"
Aku tidak bisa menahannya, tawaku keluar tanpa di perintah. Ku lihat Papa juga ikut tertawa dan memeluk Mama dengan sayang. Mengarahkan kepala Mama untuk bersandar di dada bidang Papa.
"Yang penting aku cinta kamu Lea. Urusan wajah emang gak bisa di ubah setelannya"
"Dasar pak tentara"
"Udah sini tiduran di pangkuanku"
Papa menaruh bantal bergambar beruang favorit Mama di pangkuannya, merebahkan kepala Mama yang tertutup jilbab disana, dengan telaten dan penuh sayang, Papa membelai kepala Mama dan sesekali mengecupnya mesra.
🐣🐣🐣
Papa dan Mama sedang keluar untuk membeli makan. Dan yang buatku malas adalah suster Anggi ini masuk ke ruanganku untuk mengganti perban di bahuku.
Ku dengar suara kaki yang seakan berlari tergesa-gesa untuk segera sampai di ruangan ini.
Ceklek
Cinta masuk dengan nafas tersengal-sengal,dia langsung tanpa sungkan memelukku dengan wajah sembabnya.
"Maaf ya mbak, jangan mengganggu kerja saya dan jangan menghambat juga"
Dengan ketus Anggi berbicara seperti itu di depan cinta yang hanya menaikkan satu alisnya.
"Mas"
Dia menyapaku dengan sebutan mas?. Kenapa rasanya bisa membuat senyuman ingin terbit di bibirku. Tapi rasanya tidak mengerjai cinta tak enak.
"Siapa?"
Dan Air mata cinta mulai mengalir deras, dia menangis sesenggukan dan meremas tanganku.
"Masa lupa sama aku"
Tangisnya kembali pecah, ingin ku hapus air mata itu. Tapi rasanya mengganggu cinta sebentar lagi menyenangkan.
"Mbaknya ini siapa ya? Main masuk aja tanpa mengetuk pintu"
"Kamu siapa?" Cinta menghapus air matanya.
"Saya suster di sini, saya sudah merawat pak Melvi sejak dua Minggu koma"
"Mas, masa kamu tega gak ingat aku?"
Ah rasanya tak tega melihatnya yang frustasi seperti ini. Aku tersenyum kala melihat air matanya kembali turun.
"Siapa yang tidak ingat dengan calon istriku sendiri"
Cinta langsung menubrukku dan memelukku erat, membuatku meringis kesakitan karena bahuku tidak sengaja dia remas.
"Ah maaf Mas, aku reflek aja,nanti aku kasih obat mujarab deh, ya"
"Lihat kan, pekerjaan saya jadi amburadul semua, darahnya kembali merembes. Mbak ini"
Cinta menempatkan kelima jari tangannya di depan wajah Anggi agar dia berhenti bicara. Lalu mengeluarkan tanda pengenal dia yang tertulis.
Letda CKM drb. Arcinta Shahilah Bagaskara
"Saya yang akan menggantinya, sayq sudah mendapatkan ijin juga dari dokter Deni"
Cinta memberikan surat yang di tanda tangani oleh dokter Deni yang merawatku.
Dengan hentakkan sepatunya yang nyaring, Anggi keluar ruangan ku dengan menutup pintunya kasar.
Cinta membenahi perban yang telah dibalut oleh Anggi tadi, dengan perban yang baru yang dia benarkan sendiri. Dengan telaten dia merawatku, memeriksa jahitanku lebih dulu.
Aku menikmati momen ini, momen dia serius sebagai dokter menangani pasiennya. Aku juga menikmati mencuri pandang kearahnya dengan terang-terangan.
"Gak usah di perhatikan kayak gitu, ntar jatuh cinta sama aku"
"Aku emang udah jatuh cinta sama kamu"
"Dan aku juga sudah jatuh sama Danton si raja gombal ini"
Cinta memelukku kembali dengan sayang ku labuhkan sebuah kecupan di puncak kepalanya. Menghirup aroma yang manis membuat mualku menghilang seketika.
Cup
Aku mencium kembali keningnya untuk ketiga kalinya. Dan yang ku dengar adalah suara deheman dari arah pintu. Ku lihat Mama dan Papa sedang bersidekap dada memandang kami.
"Siap salah" kataku dan cinta bersamaan.
"Nikah dulu bang, baru nyosor"
Aku mengangguk saat Mama menyindir ku seperti itu.
"Sepertinya kita akan mempercepat pernikahan mereka sayang, Papa gak mau lihat lebih dari ini bang"
"Siap salah Pa"
🐣🐣🐣
Nih, si Danton comeback gaessss!
Seneng gak kalian??
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top