17. Tanpa Danton (TD)
Ada yang kangen Danton?
Berharap Danton hidup?
Bunda tuh pengennya bikin sad ending kek Aila dan Azlan, tapi Bunda gak tega baca komentar kalian yang bilang siapa yang naruh bawang disini, mewek malam-malam, nyumpahin Azlan yang sangat bunda suka.. hahaha ketawa jahat
Jadi kalau ada yang bingung tentang cerita ini yang kadang bunda mengajak serta Azlan dan saudara Aila lainnya bisa kalian baca dulu di awal mula..
Story pertama Aila&Azlan "Falling in love Letnan" sad ending dengan Aila meninggal
Story kedua Lea&Arsa "Lasting Love" happy ending
Story ketiga Rena&Zidan "Invite my heart" happy ending
Story keempat Melvi&Cinta "ugly duckling" masih on going
Story kelima Billal&Shae "Hello Shae" masih on going
Happy reading
.
.
.
.
🐣 Cinta POV
Aku mengamati kebaya putih yang bertengger manis di kamarku. Kebaya yang seharusnya ku pakai bulan depan di pernikahan ku dan raja gombal itu.
Kenyataan sampai sekarang, raja gombal belum ada kabarnya, bahkan belum ditemukan keberadaannya sampai saat ini. Ini sudah satu minggu hilangnya raja gombal.
Aku menyusut air mataku kala membaca surat terakhir dari raja gombal dan kebaya putih pilihannya ini.
"Danton, kamu dimana? Aku rindu kamu"
Isak tangisku lolos tanpa terbendung lagi. Aku teringat akan senyumannya, suaranya dan gombalan recehnya yang selalu membuatku rindu padanya.
Tok tok tok
"Cinta, keluar yuk Nak, ada yang mau ketemu sama kamu"
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku yang sembab karena menangisinya. Menangisinya yang sampai saat ini membiarkanku rindu padanya tanpa ada kabar darinya.
Ceklek
"Jangan nangis sayang. Ayo"
Mama menggandeng tanganku untuk turun menuju ruang tamu. Disana ada tante Lea dan kak Rena beserta Kia.
"Haiy Cantik, yuk ikut Tante"
Aku tersenyum dan mengangguk, lalu ikut masuk kedalam mobil sedan hitam milik raja gombal. Ah jadi terasa rindunya menggebu. Aroma parfum Raja gombal masih menempel di bantal berbentuk smile. Ku peluk bantal ini erat.
Mobil yang dikendarai supir berhenti di sebuah rumah minimalis yang berdekatan dengan rumah Om Arsa. Di sana sudah ada 7 pria seumuran Kakek dan 7 pria seumuran Papa sedang duduk disana seperti melakukan konferensi pers dua matra.
"Ini Cinta, calon istri Melvi"
Tante Lea memperkenalkan ku ke mereka semua yang menyambut ku dengan senyuman. Lalu beberapa wanita seumuran raja gombal memelukku bergantian. Mereka mengajakku naik ke lantai tiga yang sangat luas tanpa kamar, hanya ada kamar mandi.
Billal datang dengan jokes recehnya yang membuat kami semua terutama aku mengurangi rasa kesedihan ini.
"Mbak, Tinta tinta apa yang gak bisa ilang" tanyanya padaku.
"Permanen"
"Salah. Tintaku padamu"
Receh sekali dia seperti raja gombal.
"Minyak minyak apa yang manis?"
"Apaan Bil?"
"Minyaksikan senyumanmu setiap hari"
Ya Tuhan, ngereceh itu nular gak sih?. Aku rasa seluruh keluarganya suka ngereceh deh.
"Cuka cuka apa yang manis?" Tanyaku mencoba mereceh.
"Cuka cama kamu mbak" jawab Billal dengan mudahnya.
Seseorang berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Dia seumuran dengan Billal.
"Lo kenapa Ray? Dikejar anjing?"
"Melvi.. hosh.. hosh... melvi di temukan warga"
Aku segera berlari turun, menghiraukan teriakan Billal fan yang lainnya, aku ingin segera bertemu dengan raja gombal ku itu.
"Cinta"
Ku peluk tante Lea saat tangisku tidak bisa terbendung lagi. Tante Lea menguraikan pelukannya dan menghapus air mataku.
"Bil, anterin mbak Cinta pulang, Mama mau berangkat jemput abang kamu disana"
"Siap Ma. Ayo mbak, aku antar pulang"
"Tante, saya mohon, saya ingin ikut"
"Maaf Cinta, hanya Om dan tante yang bisa menjemput Melvi disana, kami gak bisa memberi akses kamu kesana"
Rasanya sedih. Berharap ikut mencari keberadaan raja gombal ku, tapi sayangnya aku tidak bisa ikut. Aku juga tidak bisa menjual pangkat Papa ataupun kakekku saat ini.
🐣🐣🐣
Sejak lima hari lalu, aku tak kunjung mendapatkan kabar dari tante Lea dan Om Arsa tentang keberadaan raja gombal. Bahkan tante Lea sulit untuk dihubungi.
"Bil"
Ku lambaikan tanganku kearah Billal yang menunggu di sekolah bersama seorang gadis berjilbab. Billal tersenyum dan menggandeng gadis itu di depanku. Wajahnya terlihat pucat.
"Lagi dinas mbak?"
Aku baru sadar kalau aku masih mengenakan PDH. Aku terkekeh dan bersalaman dengan gadis manis berwajah pucat ini.
"Haiy, saya Cinta"
"Saya Nana mbak"
"Makan sore bareng yuk, ntar mbak antar pulang deh, kamu juga Na"
Mereka berdua mengangguk lalu membuka pintu mobilku. Rayyan berlari dan ikutan masuk.
"Masa aku ditinggal sih mbak"
"Maaf deh"
Aku menuju cafe dekat sekolah mereka, menyuruh mereka memesan apa aja yang mereka mau.
"Na, kamu jangan makan ini. Salmon boleh ya mbak?"
"Sakit apa Na? Kamu pucat sekali"
"Kanker mbak"
Ya Tuhan.
"Maaf ya. Salmon aja Bil, jangan digoreng ya dan jangan pakai MSG"
"Ashiap komandan"
Kami makan bersama-sama. Mendengarkan cerita ketiganya yang membuatku rindu akan masa SMA ku dulu.
"Bil, mas Melvi udah ada kabarnya belum?"
Billal menggenggam tanganku lembut, Rayyan menepuk lenganku untuk menyalurkan semangat, dan Nana memelukku.
"Sabar Mbak, semalam Mama baru kasih kabar kalau bang Melvi sudah di bawa ke rumah sakit oleh warga yang menemukan, tapi sampai sekarang belum ada kabar rumah sakit mana"
Aku diam, berdoa selalu pada Tuhan untuk keselamatan raja gombal ku itu.
"Mama sama Papa masih cari abang di beberapa rumah sakit mbak. Mbak Yang sabar ya"
Aku mengangguk. Lihatlah lelaki muda di depanku ini sungguh sangat dewasa seperti abangnya. Melvi aku rindu kamu, cepatlah pulang ke Jakarta.
🐣🐣🐣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top