15. Kangen Cinta (KC)

Tandai typo
Jangan lupa vote ⭐and komen🗨

Happy reading
.
.
.
.

🐣Melviano POV

Ku amati foto Cinta di hapeku. Wajah cantik yang sudah mencuri hatiku sepenuhnya. Baru kali ini aku jatuh cinta dengan perempuan yang cuek dengan sekitar, tapi hatinya ketir-ketir.

Tepukan di bahuku menyadarkan aku dari lamunanku membayangkan wajah Cinta yang saat itu mengantarkan kepergian ku bertugas.

"Danton, duh dipandangi terus foto calon istrinya"

Ku putar bola mataku malas, dia Arya--kakak dari Cinta, dia datang setelah satu bulan tugasku disini.

"Cinta ketemu sama si mantan"

Ku toleh Arya, lalu di bercerita tentang mantan suami Cinta yang mengajaknya untuk rujuk. Aku tidak takut Cinta akan meninggalkan ku, aku tidak mengekangnya, aku memberinya kebebasan untuk memilih kalau memang dia masih cinta dengan mantan suaminya, silahkan. Kalau tidak ya, akan ku pertahankan.

"Bang, bukannya abang harus balik ke Jakarta besok dengan saya?"

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Memang aku seharusnya kembali besok, tapi kepulangan ku diundur menjadi minggu depan.

"Harusnya, tapi jadwal saya diundur. Saya pulang minggu depan"

Arya mengangguk, lalu pandangannya lurus kedepan. Dia menceritakan bagaimana keadaan Cinta saat aku tinggal bertugas disini. Cinta galau, dan Arya menertawakannya.

🐣🐣🐣

Aku masuk kembali ke tendaku, mengambil sepucuk kertas dan bolpoin, aku hanya ingin memberikan Cinta surat.

Ku tuliskan semua isi hatiku ke dalam surat cinta itu. Membayangkan wajah Cinta yang galau membuatku semakin rindu dengannya, ingin segera mehalalkan dirinya.

Ku lihat Arya sudah beberes dengan beberapa temanku yang lainnya. Ku berikan surat itu pada Arya.

"Nitip buat Cinta, jangan lupa kasih ke Cinta ya"

"Ashiap Danton"

Ku tajamkan pendengaranku ke sekitar, seperti bunyi suara ranting patah sekitar 250 meter dari tenda kami.

Ku tajamkan penglihatan ku ke segala arah, untuk memastikan firasat ku yang sebenarnya.

"Bang"

"Ya?"

"Abang ngapain?"

Ku mencoba tertawa agar Arya dan yang lainnya tidak curiga dengan ku yang hanya diam sedari tadi.

"Gak papa kok, cuma ingat seseorang aja"

"Kangen cinta ya bang?" Bisik Arya, aku mengangguk.

Kuntepuk bahu Arya dan yang lainnya sebelum aku berjaga di perbatasan. Ku ambil perlengkapanku bersama beberapa rekanku yang bertugas malam ini.

"Danton, mau kemana?" Tanya Serda Ardi padaku.

"Ngecek sekitar aja, kalian jaga disini, saya mau jalan-jalan sebentar, sama cari sinyak buat telepon"

Mereka terkekeh, melihat ku yang sedang jatuh cinta. Aku juga manusia kawan.

"Siap Danton"

Ku berjalan menjauh dari mereka, memperhatikan sekeliling. Suara ranting patah itu terdengar kembali dari sini.

Jarakku dengan rekanku saat ini sekitar 150 meter. Aku sudah menyiapkan senjataku. Bersiap jika musuh menyerangku tiba-tiba.

Ku lihat sekelebat bayangan yang lewat di arah jam 3. Ku arahkan senjataku kearah jam 4 saat ada bayangan yang lain kembali leawat.

Dorr

Ku lihat bayangan itu jatuh ke tanah, ku hampiri yang tergeletak tadi, seseorang dengan pakaian serba hitam dan menggunakan masker seperti ninja.

Ku periksa denyut nadi di lehernya, dia meninggal, aku menembaknya tepat di jantungnya. Ke pejamkan matanya agar tertutup, membacakan alfatihah untuknya sejenak.

Ku berdiri kembali karena aku melihat beberapa bayangan tadi berada di belakangku. Sekitar tiga orang dengan pakaian serba hitam dan bersenjata lengkap seperti tadi.

Mereka mengarahkan senjata ke arahku, aku pun sama mengarahkan senjata kearah mereka untuk perlindungan diri. Tapi, untungnya ada beberapa rekanku yang datang di belakang mereka tepat dan mengarahkan senjata itu tepat di punggung mereka.

"Kalian terkepung" kataku, yang masih tetap siaga mengarahkan senjata ke arah mereka. "Katakan, siapa yang mengutus kalian?"

Tidak ada jawaban dari mereka.

Bugh

Aku tersungkur ke depan, karena mendapat tendangan dari belakang yang tak ku perkirakan.

Aku berdiri dan membalas tendangan musuhku. Aku tidak sendirian, rekanku yang lain juga ikut terlibat baku hantam dengan musuh di depan kami.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Tendangan dan pukulan sudah tak terelakkan lagi, aku sempat kewalahan karena mendapat dua lawan sekaligus. Mereka dengan sengaja menarik tanganku untuk menjauh dari rekan-rekanku yang lain.

Krak

"Argghhh"

Teriakanku menggema karena lawanku mematahkan bahuku, menginjaknya dengan sepatu mereka.

Aku meringis kesakitan, mencoba menahan sakitnya bahu ku yang terasa nyut-nyutan. Ku berdiri, aku seorang tentara, aku tidak boleh menyerah menjaga ibu Pertiwi.

Dugh

Ku rasakan hidungku mengalirkan darah saat sepatu itu mendarat manis disana.

Sayup-sayup ku dengar suara air mengalir, berarti mereka sudah membawaku terlalu jauh dari rekanku. Ini tidak boleh terjadi, andaikan aku tidak selamat dan meninggal, jasadku harus tiba di depan keluargaku, khususnya Mama, perempuan yang paling ku sayang di dunia ini. Perempuan yang sudah melahirkan diriku.

Maafkan Melvi Ma. Melvi sayang Mama selalu.

Dorrr

Byurrrr

🐣🐣🐣

Dikit aja gaes biar gak batuk🏃

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top