Uchiha's Destiny-Chapter 8

AUTHOR POV

Sasuke melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah cukup lama berada di kafe bersama Sakura, ia memutuskan untuk pulang. Ia ingin membicarakan keinginannya bersama Itachi. Keberadaan orang tuanya, Sasuke pun tak mengetahuinya. Itachi selalu mengalihkan pembicaran ketika Sasuke menanyakan ayah dan ibunya. Mencoba menghubungi kedua orang tuanya langsung pun tak membuahkan hasil, karena baik ayah dan ibunya tak ada yang mengangkat telepon maupun membalas pesan singkatnya.

Setibanya di rumah, Sasuke langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang keluarga. Keadaan rumahnya masih sepi. Padahal seharusnya kedua kakaknya itu sudah dirumah.

Ponsel yang ada di tangannya berdering.

"Iya, Michiru?"

Michiru adalah asisten pribadinya di kantor. Alis Sasuke terlihat bertaut mendengarkan Michiru yang sedang berbicara di sebrang sana.

"Tidak bisa ditundakah? Harus besok? Baiklah kalau seperti itu. Aku akan ke kantor besok. Maaf merepotkanmu, Michiru." Sasuke mematikan sambungan telepon.

"Kalau dipikir-pikir, aku memang hampir lupa kalau aku ini yang menjalankan perusahaan ayah." Ia menghela napas kasar. 

Sasuke kembali menempelkan ponsel di telinganya. Menunggu seseorang menjawab panggilannya.

"Aku merindukanmu," ucapnya sambil memejamkan mata.

♡♡♡

SAKURA POV

Tak ada hal yang lebih membahagiakan daripada saat ini. Itulah yang aku rasakan. Entah kenapa, rasanya seperti beban di pundakku terangkat. Aku lega. Aku senang. Dan aku bahagia.

Lagi-lagi, Tuhan mengirimkanku sosok pria-ah, ku rasa malaikat. Kakashi ataupun Sasuke. Mereka seperti malaikat. Namun, Kakashi adalah Kakashi dan Sasuke adalah Sasuke. Tak ada yang bisa saling menggantikan. Mereka memiliki peran masing-masing dan Tuhan mengirimkan mereka untukku di saat yang tepat. Aku yakin itu.

Malam ini, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah dimana aku tinggal bersama Kakashi. Letaknya tak terlalu jauh dari kafe. Tak kurang dari 10 menit pun aku sampai.

"Ichiru sayang, sudah sampai. Ayo turun." Aku membangunkan Ichiru dan membuka seatbelt. Kami pun turun dan masuk ke rumah.

"Jangan lupa cuci kakinya sayang," pesanku pada Ichiru sebelum masuk ke kamarnya.

Aku langsung menuju dapur, mengambil air minum. Aku bersandar di dinding pembatas dapur dan ruang tamu. Mataku menyisir seisi rumah mungil ini. Rumah kami memang tak begitu besar, namun cukup untuk kami tinggali. Tak ada yang berubah sejak kepergian Kakashi. Aku sengaja membiarkannya seperti ini.

Masih teringat jelas momen kebersamaan kami dulu. Ya aku merindukannya. Jika dulu aku langsung menangis kala teringat kebersamaan itu, namun tidak dengan saat ini. Entah kenapa, rasanya aku ingin bertemu dengannya saat ini. Mengatakan semuanya bahwa aku sekarang baik-baik saja.

Aku berjengit kaget kala mendengar ponselku di saku mantelku berdering.

"Moshi-moshi.. Sasuke-kun? Ada apa?" tanyaku.

"Aku merindukanmu."

Sungguh, jika seseorang melihat wajahku saat ini, mungkin tak ada bedanya dengan kepiting rebus. Entah kenapa, pria ini membuatku kembali seperti remaja yang sedang jatuh cinta.

"Kita bahkan baru saja bertemu, Sasuke-kun," ujarku. "Ada apa?" tanyaku lagi.

Namun tak ada jawaban sama sekali.

"Sasuke-kun, kau masih di sana?"

Ia menjawabnya dengan bergumam.

"Sepertinya kau lelah. Kau harus istirahat," tambahku.

Tak ada jawaban lagi. Aku menghela napas.

"Istirahatlah. Penuhi hak tubuhmu."

"Bisakah aku ke sana sekarang?" gumamnya.

"Kita baru saja bertemu, Sasuke-kun. Dan kita juga bisa bertemu besok lagi. Sekarang istirahatlah," omelku.

"Ah, aku sudah mendengar omelanmu, Sakura." Ia terkekeh.

"Jadi sekarang kau berani menggodaku?"

"Tentu saja."

"Aku tutup teleponnya." Ancamanku pun keluar. Lagi-lagi ku dengar kekehan Sasuke.

"Apa  yang kau tertawakan?" sungutku.

"Diriku sendiri," timpalnya. "Kau tau, Sakura? Aku seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja saat ini."

Aku tertawa tertahan. Menertawaiku diriku sendiri juga yang merasakan hal yang sama seperti yang Sasuke rasakan.

"Kau istirahatlah sekarang."

"Kenapa jadi kamu yang menyuruhku istirahat sekarang?" tanyaku.

"Karena kau pasti juga lelah, setiap hari mengurus cafe sendirian."

"Aku punya karyawan, Sasuke-kun."

"Ya ya ya, tapi tetap saja. Istirahatlah. Sesekali kau perlu ambil libur juga, Sakura."

"Akan ku pertimbangkan."

"Aku yang akan memaksamu nanti."

"Coba saja."

"Kau menantangku, Sakura?"

"Menurutmu?"

"Ya Tuhan...."

Ku dengar nada bicara Sasuke mulai frustasi. Entah kenapa aku malah merasa senang. Mungkin akan lebih menyenangkan jika aku bisa melihat langsung ekspresinya.

♡♡♡

SASUKE POV

Mendengar suaranya saja sudah cukup membuat lelahku hilang.

"Ya ya ya, tapi tetap saja. Istirahatlah. Sesekali kau perlu ambil libur juga, Sakura," pintaku.

"Akan ku pertimbangkan."

"Aku yang akan memaksamu nanti."

"Coba saja," tantangnya.

"Kau menantangku, Sakura?"

"Menurutmu?"

"Ya Tuhan...."Aku mengusap wajahku. Ingin rasanya aku berlari dan muncul dihadapannya sekarang, melampiaskan kegemasanku saat ini.

"Istirahatlah, Sasuke-kun."

"Baiklah, kau juga harus istirahat sekarang."

Satu detik.

Sepuluh detik.

"Kenapa tidak ditutup teleponnya?"

"Aku menunggumu menutupnya, Sakura."

"Kau menelepon duluan, harusnya kau yang menutupnya, Uchiha Sasuke-kun."

"Aturan darimana itu?" kekehku. "Dan kau berani memanggilku seperti itu?"

"Ah, a-"

"Tunggu hukumanmu, Sakura."

"A-apa yang kau bicarakan, Sasuke-kun?"

Aku langsung menutup teleponnya.

Kejam? Mungkin. Tapi aku yakin Sakura tak menganggapku seperti itu. Lagi-lagi, aku tak bisa menahan senyum yang tersungging di bibirku.

"Kau seperti orang gila, Sasuke."

Aku berjengit kaget ketika mendengar suara kakakku, Itachi.

"Nii-niisan, sejak kapan kau di sana?" tanyaku.

"Belum lama. Sejak kau menggoda seseorang melalui telepon. Adikku ternyata sudah pintar menggoda sekarang ya?" cibir Itachi-nii.

"Jadi kakak menguping pembicaraanku?"

"Aku tak menguping, Sasuke. Tapi mendengarnya." Itachi-nii membela diri.

"Sama saja, Baka Itachi!"

Kakakku hanya tertawa dan berjalan menghampiriku.

"Jadi kau serius mau mengenalkannya pada kami, Sasuke?"

"Hmm," gumamku dan mengalihkan pandanganku dari kakakku. Jujur saja, aku malu saat ini. Kenapa harus Itachi-nii yang mendengarnya. Ah, tapi jika Izumi-nee yang mendengarnya pun akan sama saja. Akhirnya, aku pun hanya bisa menghela napas dan merutuki kebodohanku.

"Aku juga sudah memberi tahu ayah dan ibu tentang hal ini, Sasuke."

"Harusnya aku saja yang memberi tahu mereka, kak."

"Kau yakin bisa berbicara langsung dengan mereka?"

"Setidaknya aku bisa mengirim pesan dulu."

"Apa yang kau takutkan, Sasuke?"

"Aku takut mereka tak menyetujui setelah mengetahui status Sakura."

Dan aku tak tahu, kenapa baru sekarang aku terpikir akan hal ini? Bagaimana jika ayah dan ibu tak menyetujuinya? Haruskah aku meninggalkan Sakura? Atau menentang ayah dan ibuku?

Aku tak mungkin jika harus meninggalkan Sakura. Aku tak ingin ia kembali mengalami penderitaannya dulu.

"Kita lihat saja nanti." Itachi-nii menepuk bahuku. "Sekarang istirahatlah, kau besok harus ke kantor kan?" Itachi-nii beranjak menuju kamarnya.

Dan sekarang, aku tak merasakan kantuk sama sekali.

Sialan.

♡♡♡

"Sasuke...."

Aku bisa mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar. Dengan paksa, aku membuka mataku.

"Sasuke..."

"Iyaa..." jawabku. Aku meraih jam di nakasku. Jarum pendek menunjukkan angka 7. Setidaknya aku bisa memejamkan mataku meski hanya dua jam saja.

Aku pun bangun, menyeret kakiku ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah itu aku pun turun menuju meja makan. Ku lihat Izumi-nee beraktivitas seperti biasa. Menyiapkan sarapan untuk kami.

"Ohayou, ojiichan."

Hotaru tersenyum kepadaku. Aku langsung menghampirinya dan mengacak rambutnya.

"Hotaru kan sudah sisiran, kenapa diacak lagi?" Ia memanyunkan bibirnya, membuatku ingin mengacak rambutnya lagi.

"Ah, maafkan ojiichan, Hotaru." Aku pun duduk disamping Hotaru yang sedang menyantap sarapannya.

"Tenang saja, Sasuke. Semua akan baik-baik saja," ucap Izumi-nee sambil meletakkan secangkir kopi di hadapanku.

"Jadi, Izumi-nee sudah tahu juga? Pasti dari Itachi-nii ya?" lirihku.

"Hei, jangan lesu. Semangat! Kau punya kami berdua." Izumi-nee menepuk-nepuk bahuku, seperti mengalirkan energi untukku.

"Terima kasih, kak."

"Hotaru, hari ini papa yang antar ya? Ojiichan harus ke kantor."

"Siap, Papa!"

Hotaru dan Kak Itachi pun pergi. Izumi-nee membereskan meja makan. Aku pun langsung bersiap ke kantor karena ada pertemuan yang harus ku hadiri.

♡♡♡

AUTHOR POV

Setelah selesai bersiap-siap, Sasuke pun langsung berangkat ke kantor. Pertemuan pun di mulai sejam setelah Sasuke tiba. Di tempat lain, Sakura menjalani aktivitasnya seperti biasa. Mengantarkan Ichiru dan ke cafe.

Dan hari itu pun berlalu begitu cepat, dan tak terasa sudah hampir sore. Suasana kafe mulai ramai. Seorang lelaki yang masih lengkap dengan setelan kerjanya pun terlihat memasuki Cherry's kafe, iris onyxnya menyusuri setiap sudut kafe itu. Namun ia tak menemukan seseorang yang dicarinya.  Kakinya pun tak ragu melangkah menuju sebuah ruangan, dimana hanya sang pemilik kafe yang menempatinya. Sasuke membuka pintu dan menemukan Sakura yang sedang duduk memainkan jemarinya.

"Ada apa, Sakura?" Sasuke membelai rambut Sakura, tak urung membuat gadis itu berjengit kaget.

"Sasuke-kun, kau mengagetkanku."

"Ada apa?" tanya Sasuke lagi.

"Bagaimana jika orang tuamu tak menerimaku?"

Bukan jawaban yang Sakura dapatkan, namun Sasuke malah memeluknya. Tanpa ia ketahui, Sasuke pun merasakan ketakutan yang sama. Apalagi setelah kakaknya memberi tahu bahwa kedua orang tuanya sudah tiba di rumah.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Sasuke, teringat akan ucapan kakak iparnya.
"Siap pergi sekarang? Kita harus segera menjemput Ichiru dulu."

Sakura mengangguk.

Mereka pun pergi meninggalkan kafe dan menuju sekolah Ichiru. Hari ini, Sasuke memang bebas dari mengantar-jemput Hotaru, karena kakaknya  sendiri yang akan melakukannya kali ini.

♡♡♡

Sasuke turun dari mobil, diikuti Sakura dan Ichiru. Sasuke menggendong Ichiru, sementara tangan kanannya menggengam tangan Sakura. Keduanya bersama-sama menarik napas dalam-dalam dan menghempuskannya.

Mereka melangkah perlahan. Tepat setelah berada di depan pintu rumah Sasuke sudah terbuka, keduanya saling beradu tatap. Sasuke dapat merasakan tangan Sakura begitu dingin. Gugup, itulah yang mereka rasakan saat ini.

"Tadaima..." ucap Sasuke.

Baik Sasuke maupun Sakura mendengar langkah seseorang dari ruang tengah rumah Sasuke.

"Okaerina-..." Mikoto, ibu Sasuke-lah yang pertama mereka lihat.

Sakura menggengam erat tangan Sasuke ketika bertemu dengan wanita waruh baya yang Sakura yakini adalah ibu Sasuke.

"Mikoto, ada apa?"

Sasuke dapat mendengar suara ayahnya. Hanya selang beberapa detik saja, ayahnya berdiri di belakang ibu Sasuke.

"Anata, dia..." Mikoto membisikkan sesuatu pada Fugaku. Keduanya menatap Sakura. Sakura sendiri merasa seperti ditelanjangi saat ini. Kemudian tatapan kedua orang tua itu beralih pada seseorang digendongan Sasuke, yang tak lain adalah Ichiru.

 "Sasuke, kau yakin tak salah pilih?"tanya Fugaku sambil menatap Sasuke.

Mendengar pertanyaan itu, Sasuke mengeratkan genggamannya.

"Sasuke, mau sampai kapan kau berdiri di situ? Cepat masuk," suruh Itachi yang juga muncul dari ruang tengah. "Ayah, ibu, ayo kita bicarakan di dalam saja,"tambahnya.

"Ayo, Sakura..." Sasuke mengangguk menyakinkan Sakura.

♡♡♡

YATTA!!!

Mumpung lagi mood, jadi update.. eh ga sih sebenernya gegara liat scence Sasuke gendong Sakura hahahaha dan liat kalian yang kasih bintang-bintang dan ngomen.. Aku ngerasa tertantang buat lanjutin hihi

Tapi maaf ya kalo ga banyak... XD

Dan kalo boleh jujur, aku gelindingan nulis part awal di  chap kali ini.

Makasih buat kalian yang masih nungguin, kasih vote dan komen..

Makasih banyakk.. Aku tanpa kalian hanya seonggok remah-remah (?) di sini..

See you next chap~~

Hope it will be soon


XOXO

Li Kyuu, istrinya Syaoran

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top