Uchiha's Destiny-Chapter 3

Jari telunjuk Sasuke mengetuk-ngetuk meja kerjanya, matanya tertuju pada sebuah surat kabar, terlihat ia sedang menimang sesuatu. Cukup lama pemuda bermata onyx itu berada dalam posisinya saat ini.

"Setidaknya kau harus memasang fotomu di pengumuman ini, ojou-san. Jadi aku tau bagaimana wajahmu," gerutu Sasuke. Ia pun mendesah putus asa, lalu menegakkan punggungnya. Ia meraih ponsel yang tergeletak di meja kerjanya.

"Ya, tak ada salahnya dicoba," gumamnya. Jari-jarinya menekan keypad, bergerak dengan cepat. Ia sedang menulis pesan, entah siapa penerimanya.

Sasuke kembali mengecek berkas-berkas yang diberikan sekretarisnya beberapa jam yang lalu. Belum ada lima menit, layar ponselnya menyala. Sebuah pesan masuk. Dengan cepat Sasuke membaca lalu membalas pesan itu.

"Ku harap kau bukan wanita yang membosankan, Haruno Sakura." 

♡♡♡  

SASUKE POV

Cherry's Cafe

Mataku menyusuri sudut cafe yang dijanjikan wanita bernama Haruno Sakura tadi. Kami sepakat untuk bertemu di cafe ini. Suasana  Cherry's Cafe  sore ini belum begitu ramai, baru beberapa pengunjung yang datang.

"Maaf tuan, sebelumnya sudah pesan tempat?" tanya seorang pelayan bercepol dua padaku.

"Ya, atas nama Haruno Sakura," jawabku. Haruno-san memang sudah memesan tempat sebelumnya.

"Mari saya antar." 

Aku pun mengikuti pelayan cafe dari belakang menuju meja yang sudah dipesan untuk kami. Meja yang dimaksud ternyata berada di sebuah sudut cafe itu.

"Terima kasih," ujarku dan pelayan itu pun kembali ke pekerjaannya. Ku lepas jas kerjaku dan ku longgarkan dasi yang ku kenakan. Aku ingin terlihat lebih santai. Mungkin memang harusnya aku ganti baju dulu sebelum kesini. Namun hal itu aku urungkan karena aku tak ingin membuat seorang wanita menunggu.

Mataku menyusuri setiap sudut Cherry's Cafe. Cafe dengan nuansa pink bunga sakura dengan paduan warna coklat tua, simple namun elegan. Dan aku yakin, pemilik cafe ini pasti sangat menyukai bunga sakura. 

Sakura.

Nama yang sama dengan nama wanita yang akan ku temui hari ini.

"Uncle Sasuke?" 

Aku menoleh saat seseorang memanggil namaku.

"Ichiru? Sama siapa di sini?" tanyaku.

"Sama ma...."

"Ichiru...." panggil wanita bermanik emerald yang tak lain adalah ibu Ichiru. Ichiru spontan menoleh. "Sudah mama bilang jangan berkeliaran di cafe. Ayo kembali ke ruanganmu," tegur wanita itu tanpa menghiraukanku yang tengah memperhatikannya dari belakang.

"Gomennasai, mama." Ichiru hanya nyengir dengan wajah polosnya. Dan aku pun ikut tersenyum melihatnya.

"Ayo kembali," perintah wanita itu. "Sekarang!" tegasnya.

"Nanti Ichiru kembali, tapi Ichiru mau ngobrol sama uncle dulu."

"He?" Ibu Ichiru perlahan memutar badannya. Manik emeraldnya membulat kala menyadari ada orang lain yang menjadi saksi keributan kecil dengan anaknya.

"A-a-ano, sumimasen," kata wanita itu kikuk. 

"Tak apa." Aku tersenyum memaklumi. "Kebetulan saya ada janji dengan seseorang, tapi dia belum datang. Jadi biarkan Ichiru di sini menemani saya sebentar, tak apa?" pintaku.

Jujur saja, aku masih tak percaya bisa bertemu dengan wanita yang telah membuatku patah hati pada pandangan pertama.

"Anda ada janji dengan seseorang di meja ini?" tanyanya padaku. Aku mengangguk membalasnya. Spontan, wajah wanita itu memerah seketika. Membuatku bertanya-tanya.

"Ne mama, doushita?" Ichiru angkat bicara.

"A-a-apakah Anda Uchiha Sasuke?" Ia tergagap.

"Ya, saya Uchiha Sasuke," afirmasiku.

"Maaf, sudah membuat Anda menunggu."

Tunggu. Sepertinya ada yang ganjil di sini.

"Saya Haruno Sakura."

JDER!

Aku membeku di tempat seketika.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga.

Empat.

Lima.

Tolong jangan dihitung berapa detik mataku terpaku pada sosok wanita bermanik emerald di hadapanku ini. Dan siapapun, tolong pukul aku. Aku ingin memastikan aku sedang tidak bermimpi.

"Uchiha-san? Anda baik-baik saja?"

Aku bisa mendengar wanita itu bertanya. Tapi entah kenapa lidahku seperti mati rasa.

"Aww..." teriakku tertahan. Aku menoleh, di sampingku sudah ada Ichiru yang memasang wajah polosnya setelah mencubitku lenganku. Tentu aku bisa merasakannya. Tapi sepertinya aku harus berterima kasih pada anak ini yang sudah membantu mengembalikan kesadaranku.

Aku melihat Haruno sudah duduk di hadapanku dengan wajah khawatirnya. Aku bersyukur kakakku tidak berada di sini saat ini, karena aku yakin dia akan menertawakanku karena hal ini.

"Sekali lagi, maaf sudah membuat Anda menunggu, Uchiha-san." Lagi-lagi Haruno meminta maaf padaku.

"Eto, bisakah kita bicara lebih santai?" pintaku. "Panggil aku Sasuke saja." Rasanya aneh jika aku dipanggil dengan nama depanku. "Dan juga, tak apa kan aku memanggilmu Sakura?" Mungkin sedikit lancang, pertemuan pertama kami -ralat,kedua- aku langsung meminta memanggil nama belakangnya. Tapi hal ini aku lakukan semata-mata aku ingin bisa mudah akrab dengannya.

"Baiklah, Sasuke-san." Sakura menyetujuinya.

"Sasuke," tegasku lagi.

"Ah, iya Sasuke-kun. Maaf."

Aku tersenyum. Kali ini, aku harus berterima kasih pada Itachi-nii yang telah meyakinkanku untuk bertemu dengan wanita yang memasang iklan itu. 

"Ichiru sayang.." Sakura memberikan isyarat pada Ichiru, anak  itu pun beranjak dari duduknya, menjauh dari kami.

"Kebetulan aku yang menjalankan cafe ini, jadi akan lebih enak jika tempat bertemunya di sini. Lagipula, lebih mudah untuk mengawasi Ichiru  juga." Sakura membuka obrolan kami. 

Sakura. Cherry's cafe, nuansa pink bunga sakura. Ternyata saling berhubungan dengan wanita bermanik emerald yang duduk dihadapanku. Aku tak pernah menduga hal ini sebelumnya.

"Aku juga tak menyangka, ternyata paman Hotaru yang menghubungiku." Sakura mendengus geli. "Aku tak ingin basa-basi. Kau sudah tau statusku kali ini, bukan? Apa kau benar-benar serius?" Sakura menatapku intens.

Aku bisa melihat jelas emerald miliknya. Dan baru kali ini ada seorang wanita yang berani menatapku seintens ini.

"Permisi." Seorang pelayan membawa sebuah nampan berisi dua cangkir minuman. 

"Jadi apa kau yakin mau menikahiku?" tanyanya lagi setelah pelayan itu meninggalkan meja kami.

Aku mengubah posisi dudukku. Jarak wajahku dan Sakura menjadi lebih dekat. Aku ingin benar-benar memastikan bahwa dialah wanita yang aku idamkan selama ini. Aku membalas tatapan intensnya. Tak seperti wanita yang lain yang langsung memalingkan wajahnya, Sakura tetap menatapku dengan tatapan yang sama.

"Aku tak peduli dengan statusmu," ujarku masih sambil menatapnya. "Dan kaulah wanita yang aku cari."

Sakura spontan memudurkan wajahnya. Dan ku dengar suara tertahan dari mulutnya.

"Apa yang kau tertawakan?"

"Kau ternyata berbakat jadi seorang playboy,"cibir Sakura.

"Jangan sembarangan menilai orang. Aku bahkan belum pernah memiliki kekasih sama sekali." Aku langsung merutuki diriku sendiri yang keceplosan.

"Belum punya kekasih ya...."Sakura mengangguk-anggukan kepalanya "USO!" Ekspresi wajahnya berubah seketika.

Glek!

Aku hanya bisa menelan ludahku sendiri dan mengalihkan pandanganku.

"Wanita yang selama ini melihatku, hanya menatapku dengan tatapan memuja. Dan aku sangat membencinya. Terlebih, saat aku mencoba membalas menatap mereka, mereka akan berpura-pura tak melihatku," ungkapku pada akhirnya.

"Ah, maafkan aku." Sakura terlihat menyesal.

"Tak apa." Aku tersenyum untuk membuatnya tak merasa bersalah. "Aku ingin mengenalmu dulu, mengenal Ichiru lebih dekat lagi, mungkin satu dua bulan sebelum kita melangkah ke arah yang lebih serius."

"Niat awalku memang seperti itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan, keputusanku nanti tergantung Ichiru. Aku ingin dia memiliki ayah yang juga meyayanginya, bukan hanya seorang pria yang berstatus suamiku. Ku harap kau mengerti, Sasuke-kun."

"Hn."

AUTHOR POV

Tak jauh dari tempat Sasuke dan Sakura, seorang pria berambut merah menyala tengah mengamati mereka di balik kacamata hitam yang dikenakannya. Senyum misterius tersungging di bibirnya.

♡♡♡    

Sasuke memarkir mobilnya di halaman rumahnya. Pertemuan pertamanya dengan Sakura berlangsung cukup lama. Terlebih Ichiru sempat itu bergabung bersama mereka. Namun Sasuke sendiri pun tak keberatan. Justru ia bisa mengenal lebih dekat calon anaknya. Tak masalah bukan ia menyebut Ichiru sebagai calon anaknya sekarang? Mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah hari itu karena hari sudah mulai gelap.

"Aku pulang." Sasuke masuk ke rumah. 

Rumahnya kali ini terasa lebih sepi setelah insiden ngambeknya Mikoto dan Fugaku. Kedua orang tua Sasuke benar-benar meninggalkan rumah. Tapi kejadian sebenarnya adalah orang tua Sasuke memilih untuk berlibur sampai anak bungsunya mendapatkan istri dan memberikan mereka cucu penerus Uchiha. Dan hal itulah yang membuat Sasuke tak ingin berpikir panjang lagi untuk mengikuti saran kakaknya. Yang tanpa dia ketahui malah bertemu dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. 

"Yo, Sasuke. Bagaimana pertemuan pertamamu?" tanya Itachi yang sedang duduk di ruang keluarga. 

"Darimana kau tahu aku menemui Sakura? Kau menguntitku?" Sasuke menatap Itachi penuh selidik.

"Heh? Jadi kau sudah seakrab itu?" Seringaian Itachi pun kembali muncul.

"Jadi kau benar-benar menguntitku, Itachi-nii?"

"Buat apa? Bersama Izumi lebih menguntungkan daripada harus menguntitmu, bodoh."

"Lalu?"

"Insting." Itachi mengedipkan sebelah matanya, yang spontan membuat Sasuke bergidik ngeri. Sasuke pun langsung ambil langkah seribu ke kamarnya sebelum melihat tingkah Itachi lainnya yang lebih menjijikkan.

♡♡♡ 



Ampuni saya yang makin menistai karakter karakter Kishimoto-sensei.. #NgumpetDalamKardus 

Ya ya ya, part ini makin gaje... Dan saya sendiri pun bingung kenapa bisa nulis seperti ini di part 3. .

Langsung ajah, saya selalu siap dibully kok.. wkwkwk

Sankyuu buat yang masih mau ngikutin.. XDD

salam,

Istrinya Syaoran

Li Kyuu   ♡♡♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top