Uchiha's Destiny-Chapter 2

SASUKE POV

Aku kembali melakukan aktivitasku di perusahaan tak lama setelah Itachi-nii meledekku habis-habisan. 

Payah?

Aku mendengus kala mengingat kata-kata kakakku. Apa yang salah jika aku masih single? 

Ah lupakan kata-kata kakakku yang sialan itu. Yang harus aku lakukan saat ini adalah mencari seorang wanita yang mau melahirkan anakku. Ya tentu saja kami harus menikah. Aku bukanlah seorang pria yang hanya ingin menyebar benih tanpa sebuah ikatan. 

No!

Itu adalah larangan tak tertulis yang ku buat untuk diriku sendiri.

Sekarang, bagaimana aku bisa menemukan wanita itu?

Bukan aku terlalu percaya diri, tapi harus ku akui memang banyak wanita yang suka mencuri pandang kepadaku dimana pun aku berada. Namun tak ada seorangpun yang berani melihatku saat aku membalas menatapnya. 

Cih.

Sepertinya aku perlu mencari udara saat ini.

Ku tekan tombol telepon untuk menghubungi sekretarisku.

"Michiru, jika ada yang mencari saya bilang untuk menemui saya lagi besok. Saya ada acara di luar... Ya, terima kasih."

Aku langsung meletakan kembali gagang telepon. Ya, ada nikmatnya juga jadi atasan, kau tak perlu cari-cari alasan untuk mangkir dari pekerjaan. Tunggu, bukan berarti aku suka melakukannya. Bagaimana pun juga, masa depan Uchiha Corps ada di tanganku. Usaha ini dirintis ayahku dengan susah payah, bagaimana mungkin aku akan menghancurkannya begitu saja? Aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini. Tapi bukan berarti karena kau menikmati pekerjaanmu lalu kau mengabaikan hal yang lain bukan? Sesekali lakukan hal lain untuk membuatmu bersemangat lagi.

Kekasih.

Ya itu salah satu hal yang tak pernah terpikirkan olehku saat ini.

"Kau tahu Naruto bukan?"

Sekilas pertanyaan ibuku melintas dalam pikiranku.

Uzumaki Naruto.

Dia adalah teman masa sekolahku dulu, dulu akrab dan sekarang, seperti yang kau lihat. Mungkin aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga akhirnya komunikasi kami terputus. Akankah dia masih ceroboh dan bodoh seperti saat sekolah dulu? Ku harap tidak. Dan bahkan aku tak tahu siapa wanita yang ia nikahi.

Apa sebaiknya aku harus meminta tolong padanya. Tapi bagaimana untuk menemuinya saat ini?

Argh, sialan.

Ku sambar kunci mobilku lalu bergegas meninggalkan ruanganku. Aku benar-benar butuh udara segar saat ini. Entah akan kemana, yang penting aku harus keluar dulu.

♡♡♡

"Nandayo, Itachi-nii?" semprotku langsung ketika melihat nama kakakku terpampang di layar ponselku. Dan hal yang paling ku benci adalah saat dia langsung tertawa seperti sekarang ini. "Hentikan ketawamu yang sangat menjijikan itu, aniki!"

Bukan menjijikan yang sebenarnya, tawa yang seakan sangat senang dengan respon kekesalanku. Dan satu hal lagi yang ingin aku lakukan jika dia di depanku ingin sekali aku menghajarnya.

"Tolong jemput Hotaru di sekolah ya. Aku dan Izumi masih ada banyak kue yang harus dibuat. Kau juga sedang tidak di kantor kan?"

Aku hanya menghela napas. 

"Kami siapkan salad spesial untukmu nanti, Sasuke. Kakak tutup teleponnya."

Klik.

Aku menatap layar ponselku dengan kesal. Tepat kakakku selesai bicara dan telepon pun terputus. Aku bahkan belum mengiyakan.

Dan menyogokku dengan salad?

Aku seperti anak kecil yang mudah dibodohi. Tapi  tanpa harus disogok pun, aku akan tetap menjemput Hotaru. Gadis kecil itu terlalu manis untuk menjadi anak dari pasangan suami istri itu. 

  ♡♡♡  

AUTHOR POV

Setengah jam kemudian, Sasuke pun tiba di sekolah Hotaru. Suasana sekolah sudah cukup ramai saat itu. Banyak orang tua murid yang sudah menunggu anaknya. Tak lama setelah itu, satu per satu murid pun keluar dari gedung sekolah. Mereka mencoba mencari orang tua masing masing. Sasuke pun turun dari mobilnya dan memutuskan untuk menunggu Hotaru di sebuah bangku yang berada di bawah pohon.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Hanya tinggal beberapa anak yang masih berada di halaman sekolah menanti orang tuanya. 

"Hotaru..,"panggil Sasuke saat melihat keponakannya keluar dari gedung sekolah.

"Ojiichaaann!" Hotaru melambaikan tangannya. Seorang anak laki-laki berdiri di samping Hotaru membuat Sasuke mengernyitkan keningnya. Sasuke pun memutuskan untuk menghampiri mereka berdua.

"Halo jagoan." Sasuke berjongkok lalu mengusap kepala anak laki-laki itu. Baru kali ini Sasuke bertemu dengan anak itu sejak ia diminta untuk menjemput Hotaru.

"Ojichan, namanya Ichiru," bisikHotaru tepat di telinga Sasuke.

"Ichiru?" Sasuke menatap Hotaru.

"Mmm," jawab Hotaru sambil mengangguk.

"Halo, Ichiru. Panggil Sasuke ojichan," Sasuke memperkenalkan dirinya.

"Uncle Sasuke..." lirih Ichiru.

"Ok, jadi itu nama panggilan dari Ichiru?Yosh... sampai ketemu lagi besok, Ichiru-kun." Sasuke kembali mengusap kepala Ichiru.

"Ojichan, tunggu sampai Mama Ichiru jemput dulu ya?" pinta Hotaru pada Sasuke.

"Ichiru belum dijemput juga?" tanya Sasuke.

Ichiru mengangguk lagi. 

"Sepertinya dia masih canggung," batin Sasuke.

"Oke," kata Sasuke. Dengan sigap, Sasuke menggendong Hotaru dan Ichiru dengan kedua tangannya menuju bangku yang ia tempati sebelumnya.

Hotaru dan Ichiru asyik bercanda, tak urung membuat Sasuke tersenyum melihatnya.

"Sepertinya memang ada benarnya juga ancaman dari ibu," gumam Sasuke. Pria bermanik onyx itu kembali asyik dengan pikirannya. 

"Ichiru...." 

Lamunan Sasuke buyar kala mendengar suara seorang wanita. Ia menoleh ke sumber suara dan seketika pandangan Sasuke pun terpaku pada sosok wanita yang mengenakan dress selutut, berdiri tak jauh dari mereka duduk saat ini.  Wanita bermanik emerald itu berjalan menghampiri mereka, rambut merah muda yang  senada dengan warna bunga sakura dibiarkan tergerai begitu saja.

Berapakah umurnya? Sudahkan dia punya kekasih? Sepertinya aku bisa memasukannya dalam list calon istriku. Sasuke bertanya-tanya dalam hati dan spontan membuatnya terkekeh.

"Mama..." Ichiru berlari menghampirinya.

Ekspresi wajah Sasuke berubah seketika kala mendengar sebutan yang muncul untuk wanita itu dari Ichiru. Sasuke menatap Ichiru yang berada dalam pelukan wanita yang telah melahirkannya itu.

Patah hati itulah yang dia rasakan. Jatuh cinta pada pandangan pertama dan langsung dipatahkan pada saat itu juga. Pupus sudah harapan Sasuke untuk bisa memiliki wanita itu.

"Hotaru-chan, terima kasih ya sudah mau menemani Ichiru," kata wanita itu. 

"Sama-sama, aunty."

Wanita itu pun berojigi pada Sasuke sebagai tanda terima kasih. Melihat interaksi keduanya, Sasuke yakin keponakannya sudah mengenal orang tua Ichiru.

"Arigatou, uncle," kata Ichiru. Matanya menatap Sasuke dengan intens, kemudian tersenyum. Hal itu membuat Sasuke bertanya-tanya sendiri. 

Setelah kepergian Ichiru dan ibunya, Sasuke dan Hotaru pun juga segera pulang. 

  ♡♡♡ 

Uchiha Bakery 

Sepulang menjemput Hotaru, Sasuke memang tidak langsung pulang ke rumah, melainkan langsung menuju toko kue kakaknya. Ia memarkir mobil di halaman toko yang cukup terbilang luas. 

"Tadaima." Hotaru masuk ke toko dan Sasuke mengikuti dari belakang, membawa tas sekolah Hotaru. 

"Araa... Putri kecil kami sudah pulang ternyata." Izumi yang sedang menyusun kue pun langsung menghentikan aktivitasnya dan segera menghampiri Hotaru.

"Terima kasih, Sasuke," kata Izumi. Izumi pun langsung mengajak Hotaru naik ke lantai dua. Di lantai tersebut untuk ruang santai. Bisa dibilang, yang digunakan untuk berjualan sekarang ini adalah ruko. Namun baik Itachi ataupun Izumi lebih memilih tinggal bersama kedua orang tuanya. 

"Ah, sudah pulang rupanya." Itachi muncul dari arah dapur lengkap dengan clemek kebanggaannya. "Sankyuu na, Sasuke."

"Hn." Jawaban andalan Sasuke keluar lagi. "Dan mana salad untukku?" tagihnya.

Itachi yang mendengar itu pun langsung tertawa. Dia benar-benar tak menyangka adik semata wayangnya itu benar-benar maniak salad.

"Hentikan tawamu, aniki!"

"Tenang, duduklah dulu, Maniak Salad." Itachi menggiring adikknya untuk duduk di bangku tunggu. Tangan Sasuke sudah mengepal mendengar julukan dari kakaknya itu. "Kakak ada berita bagus untukmu." 

"Dan ini untukmu, Sasuke. Sesuai yang dijanjikan tadi." Izumi kembali dengan semangkuk salad di tangannya. 

Melihat makanan kesukaannya di depan mata, mata Sasuke langsung berbinar. Tanpa menunggu lama, dia segera melahap salad buatan kakaknya itu. 

Itachi dan Izumi hanya menggelengkan kepala melihat kelakukan seorang pria yang hampir berkepala tiga itu. Benar-benar lahap dan bahkan tak sampai sepuluh menit, mangkuk itu sudah kosong.

"Kau lapar atau doyan?" cibir Itachi.

"Jadi, Itachi-nii, apa berita bagus yang kau maksud itu?" tanya Sasuke, tak menganggapi cibiran Itachi.

"Sebentar..." Izumi meninggalkan mereka berdua.

"Ini soal keinginan ayah dan ibu kemarin."

Mendengar hal itu, Sasuke langsung menelan ludahnya sendiri. Ia langsung teringat dengan seorang wanita, lebih tepatnya ibu dari teman keponakannya.

"Kakak baru saja melihat ini." Izumi menyodorkan koran ke arah Sasuke.

"Apa maksudnya?" Sasuke bertanya balik.

"Bacalah dulu, bodoh!" Sebuah jitakan melayang ke kepala Sasuke. Siapa lagi jika bukan Itachi pelakunya?

"Mencari seorang pendamping hidup." Sasuke mengernyitkan keningnya membaca tulisan dengan font yang paling besar. Ia langsung menatap kedua kakaknya bergantian.

"Yap, peluang untukmu Sasuke. Kau kan juga sedang mencari pendamping hidup. Dan kakak rasa, itu tepat sekali buat keadaanmu sekarang ini. Bukan begitu, sayang?" Izumi tersenyum menatap Itachi.

Melihat hal itu membuat Sasuke mual seketika. Dan satu hal lagi yang ingin dia hindari, melihat kedua pasangan itu bermesraan. 

"Apa salahnya dicoba, Sasuke? Kau sendiri jugabelum menemukannya kan? Calon istri?" Itachi menyeringai.

Namun semenyebalkannya sifat kakaknya itu, Sasuke membenarkan perkataannya kali ini. 

"Haruno Sakura, umur 28 tahun, status.." Sasuke membaca informasi pribadi dari wanita yang memasang iklan itu. "JANDA?" pekik Sasuke yang membuat Itachi dan Izumi terperanjat ditempatnya.

"Aniki, oneesan! Terima kasih untuk bantuan kalian. Tapi , NO! Aku tak mau yang satu ini." Sasuke melempar koran di tangannya. 

Itachi mengambil koran itu dan...

BLETAK!

Lagi-lagi kepala Sasuke menjadi sasarannya.

"Kau ini bodoh atau tolol?"

"Jelas aku manusia, Baka Itachi!" umpat Sasuke.

Itachi hanya menghela napas melihat kelakukan adiknya.

"Dengar Sasuke." Itachi duduk di samping Sasuke, merangkulnya. "Kami hanya ingin membantumu. Kau tahu sendiri bukan? Ayah ibu jarang meminta sesuatu dan kalaupun mereka meminta, tak akan sampai seperti sekarang ini." Itachi melepaskan rangkulannya. "Tak ada salahnya kan dengan status perempuan itu? Kita tak pernah tahu apa yang menimpanya dan kakak yakin sebenarnya dia juga pasti tak ingin menyandangnya. Terlebih juga umurnya pun masih muda. Dan juga, bacalah baik-baik lagi isinya." 

Saya ingin mencari pendamping, bukan hanya untuk diri saya sendiri. Tapi juga untuk anakku yang menginginkan sesosok ayah yang menyayanginya.

Sasuke pun menuruti kata kakaknya. Entah kenapa membacanya membuat Sasuke trenyuh. Ia terdiam cukup lama, merenungkan kata-kata kakaknya.

"Baiklah," kata Sasuke pada akhirnya.

"Berjuanglah, Sasuke!" Itachi menepuk bahu Sasuke. "Dan pastikan dia juga bisa membuatkan salad untukmu." Itachi tersenyum miring. Pria dengan rambut kucir ekor kuda itu memang gampang sekali merubah sifatnya, termasuk saat ini. 

 ♡♡♡   

Woahahahaha... saya kembali lagi dengan part 2 yang semakin errr.. absurd.. wkwkwk

Ya beginilah, tulisan saya.. Silakan dibully.. wkwk

tapi kasih saran, masukan juga ya.. 

sankyuu buat yang udah mau ngeluangin waktu buat baca FF gaje ini. ^^

sampai jumpa di chap selanjutnya yang saya sendiri pun juga nggak tau kapan bisa update... #HarapMaklum #Moody

salam,

Istrinya Syaoran, Li Kyuu 


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top