bab 2
*
Terhitung sudah 2 minggu acara penyambutan itu di tunda, tapi selama itu pula beredar gosip tentang sosok kepala sekolah baru mereka. Bagaimana sosoknya yang katanya masih muda dan tampan hingga apa alasan hingga calon kepala sekolah baru mereka belum juga datang.
Terdengar suara berisik yang berasal dari para gadis yang berada di kelas ShikaNaru. Mereka terlihat bergerombol mengerubungi sebuah meja yang dimana di duduki oleh seorang gadis berambut pirang pucat yang di kuncir poni tyle . ino namanya.
Suara jeritan ala fans girl terdengar memenuhi ruang kelas. Samar-samar Shikamaru bisa mendengar kata-kata seperti ' benarkah ' ' tampannya ' hingga ' he's so sexy ' dll
" ya tuhan... Apa mereka takbisa diam "
Gerutu Shikamaru.
" engh~ "
Shikamaru menaikkan alisnya dan memutar kepalanya kebelakang, dimana bangku Naruto berada.
" kau kenapa ?"
Ia menatap Naruto yang tengah menumpukan kepalanya pada meja. Wajahnya terlihat meringis menahan sakit. Samar-samar Shikamaru juga melihat tangan Naruto yang mengusap dadanya di balik meja.
" engh~ tak apa. Sshh~ "
" kau tak terlihat baik-baik saja !"
Naruto tak menjawab. Ia tengah bergulat dengan rasa sakitnya, hingga -
" AKH ! Aku tak tahan "
Teriyak Naruto dan berlari keluar kelas. Seluruh siswa/i yang mendengar teriakan cempreng itu #plak# otomatis memandang heran pada sang empu suara.
Bahkan saat Naruto berlari keluar-pun mereka masih memandang punggung sempit itu hingga hilang pada salah satu tikungan.
Kedua pipi Shikamaru memerah saat tak sengaja melihat dada sang Uzumaki yang terdapat titik basah di kedua sisi dimana dada sintal - walau tak sesintal milik wanita- itu berada.
" ingat kiba, Shika... Ingat kekasihmu, sial !"
Rutuk Shikamaru. Bisa-bisanya dia berpikir cabul pada sahabatnya sendiri. Sebenarnya dia bukanlah orang yang mesum #belum maksudnya#uhuk# tapi melihat pemandangan menggiurkan di depannya, pria mana yang tak berpikir mesum.
" oi Shika... Kenapa Naruto ?"
Tanya gadis berkuncir pony tyle ino namanya. Gadis itu mengernyit heran karna tak ada sahutan dari pria nanas itu.
*
*
Naruto menatap pantulan tubuhnya pada cermin di depannya. Seluruh kancing kemejanya sudah terbuka semua memperlihatkan tubuh mulus berkulit tan miliknya. Ia menyibak sisi kiri kemajanya.
Di sana dibagian bawah perut tepatnya bawah pusar, terdapat luka melintang bekas operasi. Ia mengelus luka yang masih sedikit menonjol itu. Sedangkan matanya tak lepas dari kaca yang menampilkan tubuhnya.
Pamannya bilang itu adalah luka bekas operasi usus buntu saat setelah ia keluar dari rumah sakit. Tapi anehnya kenapa harus sepanjang itu.
" apa yang kau sembunyikan paman "
Ujarnya dengan tatapan sendu.
*
*
" paman ?"
Pria bersurai merah itu menatap keponakannya yang barusaja keluar dari pintu dapur direstoran keluarga. Restoran itu adalah peninggalan kedua orang tua remaja yang barusaja keluar dari pintu dapur. Walau tak terlalu besar tapi tempat itu tetaplah ramai pengunjung.
" ada apa naru ?"
" emm, sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan ini .... Em.."
Remaja pirang itu menunduk sedikit gugup untuk bertanya.
" katakan saja"
" emm, itu.... Ada bekas jahitan di bawah perutku.. Itu bekas oprasikan ?"
Ia bisa melihat tubuh pamannya yang menegang, gerakan tangannya yang sejak tadi mencatat terhenti tapi hanya sementara.
" usus buntu,,,, ya.. Kau oprasi usus buntu karna terlalu banyak makan ramen "
Remaja itu merengut.
" itu tidak bersangkutan ~ huh "
Remaja itu berbalik kembali masuk ke dapur. Sedangkan sang paman menatap pintu yang tertutup itu sendu.
*
Naruto berjalan kembali ke kelasnya dengan kepala tertunduk. Entahlah, kepalanya pusing. Banyak sekali hal yang berkecamuk di benaknya, dari pamannya yang sepertinya membohonginya hingga-
" ya ya ya ya... Jangan memikirkannya lagi naru, itu memalukan "
Rutuknya, wajahnya bersemu merah saat mengingat pertemuannya dengan orang itu. Apa lagi, apa yang tadi orang itu lihat.
" ck,, ero oji-san "
....Beberapa saat yang lalu....
Naruto terus melangkah, tujuannya adalah kamar mandi. Ia harus menuntaskan masalahnya dulu. Dangan sebelah tangan yang tetap mengelus kedua sisi dadanya secara bergantian. Ia menyusuri kolidor sekolah. Ia kembali menunduk menatap dadanya. Menghembuskan nafas lelah.
" basah "
Ia menghembuskan nafas lelah, ia harus mengganti kemeja sekolahnya. Ia memutar langkah menuju loker siswa laki-laki. Baru juga berbelok ia dikagetkan dengan sosok tubuh tegap dengan setelan formal yang pria itu pakai lengkep dengan wajah dinginnya.
" HUA !! "
" Aaaaa ! "
Suara dua teriyakan memenuhi lorong sepi itu. Yang satu adalah suara yanga kita kenal milik Naruto, dan satunya adalah teriyakan imut ya- eh? Imut?
Naruto mendongak menatap pria ber jas hitam di depepannya. Tak mungkin kan pria dengan tampang datar itu yang berteriyak dengan imutnya ! Sebenarnya pria di depannya tadi sekilas melebarkan matanya terkejut saat akan menabrak remaja di depannya.
Naruto mengeejapkan matanya menatap pria di depannya yang balik menatapnya datar. Tatapan Naruto bergulir kebawah tepat pada apa yang ada di dekapan pria itu.
" maa "
Balita mungil bertubuh gempal itu memiringkan kepalanya kesamping menatap pria bersurai pirang di depannya.
" huaa ! I-itu it-itu -"
Naruto memundurkan langkahnya dengan tangan kanan yang menatap horror pada benda bulat, imut, berambut hitam yang ada di gendongan pria didepannya.
Teriyakan Naruto membuat balita itu menjengit takut dan menyembunyikan wajahnya pada dada sang pria dewasa.
" ck "
Pria itu berdecak kesal menatap Naruto yang ada di depannya. Pria dengan rambut model mencuat pada belakang kepalanya itu mengalihkan tatapannya pada balita di gendongannya.
Ha'ah... Sekarang Naruto merasa bersalah saat ia mendengar isakan dari sang balita walau teredam dada sang pria
Naruto mendengar gumaman-gumaman menenangkan oleh pria itu pada sang balita. Ah... Naruto baru tau jika pria yang menggendong balita itu adalah tou-san nya. Saat pria itu bergumam ' anak tou-san yang tampan jangan menangis, hn '
Naruto memandang takut-takut pria didepannya. Ia menatap pria di depannya, Pria itu mengernyit seperti menahan sakit. Pria itu tengah berusaha mengangkat lengan kanannya untuk mengelus punggung mungil putranya.
" emm ma-maaf, ap-apa boleh a-aku mencoba menenangkannya ? "
Naruto dengan takut-takut mengajukan pertolongan pada sang pria yang dibalas tatapan tajam oleh sang pria. Naruto menunduk takut.
" j-jika tak boleh j-juga ta- , eh?"
Pria di depannya menyodorkan sang balita di depan Naruto. Naruto mengambil balita itu dan mendekapnya. Ia ayunkan tubuhnya kekanan dan kekiri, bibirnya terus berceloteh dengan sesekali tangannya menunjuk pada beberapa tempat mengajak komunikasi dengan sang balita.
Pria itu menatap sang putra yang sekarang sudah kembali tenang dangan kepala yang bersandar manja pada dada sintal sang remaja pirang. Tatapan putranyapun tak lepas mengikuti arah tangan yang sejak tadi menunjuk ke beberapa tempat.
Pria itu memalingkan wajahnya saat menatap pemandangan indah di depannya. Terdapat semburat merah samar di pipinya. Ia mengumpat dalam hati. Pemandangan di depannya sungguh menggoda iman.
Awalnya dia hanya ingin tau nama sang siswa yang tertera di name tag yang ada di dada kanannya tapi malah kebablasan kebawah. Tepat di pucuk dada sang siswa yang terlihat basah dan mencetak dengan jelas isi dibalik kemeja putih itu.
Naruto menatap balita yang ada di dekapannya. Balita itu tengah menunduk memainkan kerah bajunya. Hihihi ... Naruto terkekeh geli menatap wajah serius balita itu. Balita itu mendongak mendengar kekehan pria yang menggendongnya dan meringis memperlihatkan gusinya menatap Naruto dan kembali ke kesibukannya.
" emm ano, ma'af jika aku lancang tapi... boleh aku tau siapa namanya ?"
Sasuke yang mendengar suara pemuda itu menoleh. Lama pria itu diam ia melirik pada sang putra yang tengah sibuk memainkan kerah baju pemuda itu.
" menma.... Uchiha menma "
Sedetik kemudian naruto merasa wajahnya memanas mendengar suara berat sang pria.
Puk
Puk....Puk
Perhatiannya teralih, Naruto meringis dan kembali menunduk menatap sang balita.
" mma mamm hmmm "
Menma menepuk-nepuk dada Naruto yang tengah menatapnya berbinar dengan warna bolamata yang sama dengan dirinya. Menma berguman dengan birir yang terkatup rapat membuat pipinya semakin bulat.
Pria dewasa itu kembali menatap pada remaja di depannya. Dia kembali mengumpat dalam hati saat tatapannya tak sengaja menatap kembali pada dada remaja di depannya.
" ekhem "
Dia berdehem untuk mengambil perhatian.
Berhasil.... Naruto yang mendengar deheman itu menatap tou-san nya menma.
" i-itu "
Naruto yang mengerti apa yang di maksud oleh sang pria langsung memerah. Dengan cepat menyerahkan kembali menma pada pria itu dan langsung tancap gas.
" E-ERO OJI-SAN "
Kedua pria beda usia itu hanya bisa mengedip tak mengerti menatap ramaja kuning yang barusaja berlari pergi. Pria dewaja itu mendengus mendengar kalimat sang remaja.
..... Itulah kejadian beberapa saat yang lalu.....
#Nyutt~
" Argh ! itai itai itai.... Yah sensei, lepaskan telingaku ! Sakittt! "
" Uzumaki-san apa yang kau lakukan di sini ?"
Naruto menoleh pada siapa yang telah berani menarik telinganya dan dia malah menemukan wajah sangar sensei berkulit pucat dengan rambut hitam panjang yang menatapnya dengan senyun yang ganjil karna kedua alis hitam itu tengah menukuk turun.
" aku dari toilet Ochi-sensei , akh !!"
Naruto kembali berteriak saat sang sensei menarik telinganya lebih keras.
" berhenti memanggilku dengan panggilan lucu itu !"
" iyaiyaiya... Aduh aduh, tapi lepaskan.. shh "
Orochimaru melepaskan jewerannya dan bersedekap menatap siswanya.
" a- "
" sensei !"
Belum juga Orochimaru menyelesaikan ucapannya seseorang terlebih dahulu memanggilnya. Seorang guru wanita berambut merah jambu berjalan mendekat kearah mereka. Guru itu tak sendiri, ia tengah menggendong seprang balita. Balita itu tengah menangis.
" oh Haruno-sensei ada apa"
" menma-chan "
Seperti familiar dengan suara yang memanggilnya balitaitu menoleh dan semakin menangis. Ia merentangkan tangannya meminta gendong pada sang pria pirang.
" sensei biar aku yang gendong "
Sakura memicing menatap Naruto. Ia kembali menatap balita yang menangis di dekapannya yang sudah mulai batuk. Belum juga dia memberikannya pada Naruto tapi pria itu sudah lebih dulu mengambilnya.
Ia bisa melihat Naruto yang dengan telaten mengusap wajah sang balita dengan tanggan miliknya untuk menghapus airmata balita itu.
Naruto sibuk dengan balita di dekapannya dan tak mengindahkan ocehan sensei prianya itu.
" Ah sensei dimana yang lainnya ?"
" mereka ada di aula untuk acara penyambutan Kauchou baru kita "
" kalau begitu aku pergi dulu "
Tanpa perduli balasan dari sensei-nya Naruto langsung melesat pergi dengan Menma di pelukannya. Tak menghiraukan panggilan kedua gurunya.
*
*
Merasa sudah agak jauh Naruto memelankan langkahnya. Ia membuang nafas lega dan tertawa yang disahuti oleh tawa Menma pula.
Samar-samar ia mendengar suara seseorang menanggil nama Menma. Ia mendekat ke arah suara itu dan menemukan seorang wanita paruh baya yang tengah berjalan cepat kesana-kemari. Naruto mendekat.
" ano, oba-san... Anda mencari Menma?"
Wanita paruh baya itu mendongak.
" naru-chan "
Tes
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top