FGD, Focus Group Discussion atau Focus Gibah Discussion?
Prompt 1 : FGD
A focus group discussion involves gathering people from similar backgrounds or experiences together to discuss a specific topic of interest. It is a form of qualitative research where questions are asked about their perceptions attitudes, beliefs, opinion or ideas.
.
Karakter : Dazai Osamu, Nakajima Atsushi, Kunikida Doppo, Yosano Akiko, Ranpo Edogawa, Tanizaki Jun'ichiro
.
Setelah membaca papan pengumuman yang berisi jadwal ujian akhir, para siswa Bungou Academy Yokohama mulai kalang kabut mencari cara untuk melewati pekan jahanam itu. Namun, berbeda dengan mereka, Kunikida punya ide tersendiri untuk menanggung kebodohan beberapa temannya.
Secara tidak langsung mengatai bodoh, sih, itu.
"FGD?" Atsushi mengulang apa yang dikatakan oleh Kunikida, si kelas. Pemuda berkacamata itu mengangguk sebagai respons.
"Dengan FGD, kita bisa menyatukan pikiran terkait pemahaman tentang materi. Selain menambah pengetahuan, metode ini juga bisa meluruskan persepsi sehingga kita bisa satu pikiran," jelas Kunikida. Dari bangkunya, Dazai menyahut.
"Kunikida-kun bicaranya formal banget kayak kepala sekolah pas lagi amanat. Jadi ngantuk aku," sahutnya sambil menenggelamkan wajah di atas tumpukan kedua lengan. Si kacamata menoleh horor dan ....
Puk!
"Ittai!" pekik Dazai setelah kepalanya terkena hantaman buku teks sastra yang tebal. "Kunikida-kun kejam ...."
"Kalau kau sampai remedial lagi, jangan harap aku mau membantumu!" tukas Kunikida tanpa perasaan.
"Heee? Kok gitu? Kalau Kunikida-kun tidak membantuku bisa-bisa aku remedial sampai kiamat, dong!"
"MAKANYA JANGAN REMEDIAL!" sambar Kunikida galak.
Dazai mengeluh, "Ah, Kunikida-kun marah-marah terus. Nanti keliatan tambah tua. Lupa pas acara pekan olahraga kemarin Kunikida-kun dikira guru sama anak tingkat satu?Atau dipanggil Om sama anak TK pas lagi ada karnaval?"
"DAZAII—"
"Ano, Kunikida-san," panggil Atsushi.
Kunikida mendelik dengan tatapan mematikan sambil mencekik leher Dazai yang happy happy aja disiksa. Wah, jangan-jangan Dazai masokis, itu alasannya tubuhnya penuh perban. Atsushi langsung ngumpet dibelakang Tanizaki yang sudah berkeringat dingin.
"APA?!"
"Ma-maaf, lanjutkan aja."
Lah, harusnya dihentikan, tuh. Kasihan Dazai mau sekarat.
Tapi orangnya juga pengen mati, sih.
"Yahooo! Siang-siang gini kalian mesra amat."
Semua kepala langsung tertoleh ke pintu. Atsushi mengernyit masam. Mesra? Mereka mau saling bunuh itu, loh!
"Eh, Rampo-san sama Yosano-san? Rapatnya udah kelar?" ujar Tanizaki berbasa-basi.
"Ya, begitulah. Alot sih, mereka suka bikin semuanya jadi ribet dulu," sahut Rampo dengan bibir mengerucut.
Ranpo dan Yosano, dua siswa berbeda gender itu memasuki ruang kelas dan langsung duduk di kursi dekat Atsushi dan Tanizaki. Ranpo menaruh semua makanan ringan yang dipanennya dalam perjalanan menuju kelas di atas meja dan mulai membuka satu keripik kentang edisi terbatas. Melihat kedatangan si jenius, Kunikida melupakan niatnya untuk membuat Dazai tinggal nama di atas nisan.
"O iya, Kunikida, soal FGD itu gimana? Udah tanya ke mereka?" ujar Yosano.
"Tadi sementara kujelaskan, sih. Kalian mau atau tidak?" Kunikida melempar pertanyaan pada tiga orang yang secara ajaib sudah duduk bersama.
"Aku mau," ujar Atsushi.
"Aku juga mau, tapi Naomi kayaknya harus ikut juga sama aku, sih. Hehe ...."
Idih, home sweet alabama!
"Tidak masalah, kok. Asal bisa fokus aja," ujar Ranpo to the point. Ia tengah membuka lolipop rasa stroberi kemudian mengemutnya.
Kunikida mendelik pada orang terakhir yang belum menjawab.
"Dazai?"
"Tanizaki-kun, 'kan bawa Naomi, berarti aku boleh bawa Chuuya juga, 'kan?" ujar Dazai.
"NO!" tolak si trio pinter secara bersamaan.
Atsushi memasang wajah kecut. Bisa ia bayangkan bagaimana kacaunya semua hal jika si pendek dari sekolah sebelah itu ikut. Terakhir kali mereka dihukum membersihkan toilet laki-laki selama seminggu karena properti sekolah yang rusak gara-gara ulah double black itu. Lagian ... itu dua orang suka gelud tapi masih aja temenan.
Dazai pundung seketika.
"Ok, sudah diputuskan. Besok, jam lima setelah kelas selesai di indekosnya Kunikida," ujar Rampo.
"Siap!"
Waktu diputuskan, tempat juga disetujui. Namun, ada-ada saja kelakuan salah seorang dari mereka yang suka mengulur waktu. Kunikida mungkin akan meledak jika saja ia diibaratkan sebagai bom waktu. Kepala Atsushi terantuk-antuk kemudian tersentak beberapa kali karena sempat curi tidur. Tanizaki sibuk manjain Naomi. Ranpo akan menghabiskan makanan ringan terakhir dan Yosano yang sudah hafal kelakuan si karet Dazai hanya bisa menunggu dengan pasrah untuk kemudian bersiap memotong leher anak itu.
"Sore, teman-teman!" Dazai membuka pintu dengan bersemangat disertai cengiran lebar.
"SORE MATAMU! INI SUDAH GELAP!" sembur Kunikida.
"Tadi 'berendam' di sungai mana lagi?" tanya Ranpo.
Dazai berjalan masuk sambil menggaruk kepala belakangnya. Mulutnya misuh-misuh karena kegagalan yang ia temui hari ini.
"Dekat jalur kereta api. Tapi malah diselamatin sama bapak-bapak trus dibaca-bacain. Dikira kesurupan," keluh Dazai.
Ranpo mencibir, "Kau itu mana bisa kesurupan."
Perkataan itu sukses membuat Dazai menoleh dengan mata berbinar pada Rampo.
"Soalnya kau setannya, sialan!" sambung Kunikida mencibir.
"You've hit the point, Kuni-kun!" sahut Ranpo.
Dazai pundung lagi.
Atsushi ketawa canggung di tempatnya melihat 'keakraban' teman-temannya ini. Kunikida mendengkus dan mulai mencoba mengambil atensi untuk segera melaksanakan agenda mereka hari ini. Alat perang dikeluarkan; catatan, buku teks pelajaran, alat tulis. Setelah mengobservasi kesiapan para partisipan, Kunikida melirik pada bagian meja yang ditempati Dazai yang masih kosong. Pemuda itu tersenyum penuh arti padanya.
"Kuni-kun, pinjam pulpen sama kertasnya, dong. Buku sama pulpenku hanyut di sungai," ujarnya.
Kunikida menjerit, "NIAT HIDUP ATAU TIDAK?!"
Lupakan tentang keributan dari double trouble itu, meski secara harfiah Dazai yang selalu bikin Kunikida menjerit kesetanan akibat tingkah ajaibnya.
"Ok, fokus. Jadi hari pertama pelajaran sastra jepang," cetus Kunikida sambil membuka catatannya. Desahan panjang yang bernada malas dari kepala abu-abu, jingga dan cokelat langsung menyambung kalimatnya. Alih-alih menanggapi suara menyebalkan itu, Kunikida memulai dengan sub materi yang pertama. Kemudian dilanjutkan oleh Tanizaki dan Atsushi. Ranpo mengoreksi beberapa bagian.
Sementara itu, Dazai ....
"Wow, si bengek kesangkut skandal gay!" seru Dazai heboh sendiri.
"Si bengek siapa, Dazai-san?" tanya Tanizaki.
"Jangan dihiraukan," desis Kunikida. Namun, sepertinya hanya jadi angin lewat.
Dazai menunjukkan layar ponselnya. "Si Akutagawa itu, yang suka manggil Atsushi jinko."
"Heh?!" Atsushi memekik kaget karena diseret-seret.
Tanizaki membaca headline berita tersebut. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum terkesima.
"Wah, nolak Higuchi!" Tanizaki terkejut.
"Iya, 'kan?! Ampun deh, untung aku hiraukan. Bisa-bisa aku jadi mangsanya."
"Tapi bukannya dia memang pernah PDKT-in Atsushi?"
Kasian Atsushi yang tersedak air minum.
"Oi, oi," ujar Kunikida memperingatkan. Namun, kedua orang itu tampak tidak menganggap keberadaannya.
"Gosip apa, sih? Kok bisa tahu, Zai?" tanya Yosano yang mulai kepancing. Kunikida menoleh penuh harap pada Ranpo yang dibalas kedikan bahu yang ambigu.
"Ini, loh, Yosano-san. Anak kelas 2-C yang tiap hari kerjanya batuk mulu. Heran dah, kok dia bisa populer? Orang bengek begitu. Eh, iya. Kalau tidak salah Atsushi-kun pernah chat-an, ya?"
Atsushi memasang wajah kagetnya spontan.
"Iya, katanya si Akutagawa itu aneh, gelagatnya kayak orang lagi PDKT," jawab Tanizaki mewakili.
Makasih banget, loh, Tanizaki-san! Atsushi mencibir dalam hati.
"Wah, bahaya tuh! Atsushi-kun, kalau kena flirting lagi bilang aja, nanti kita hantam bersama!" seru Dazai sok mengayomi.
"OI, INI MAU GOSIP APA BELAJAR?!" seru Kunikida lantang.
Krik krik.
"Zai, kau belum follow ig-ku," ujar Ranpo.
"Eh, iya kah? Ok, nanti aku follow, deh, Ranpo-san. Sekalian promosi, follow si ketos jenius Ranpo Edogawa."
"Idih, alay!" cibir Ranpo, "Lanjutin gosipnya, gih. Penasaran!"
Kunikida hanya bisa memandang nelangsa keempat rekannya itu.
Ini mah bukan Focus Group Discussion lagi, tapi Focus Gibah Discussion!
End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top