🌻6🌻
Pandu sedang asyik-asyiknya senyum-senyum sambil membaca cerita di ponselnya saat muncul sebuah notifikasi chat. Di sana tertulis nama "Ireniki".
Menjeda bacaannya, lelaki itu kini beralih ke aplikasi obrolan daring.
Ireniki: "Aku kaget tiba-tiba kamu mampir."
Pandu mengirimkan stiker tertawa untuk membalas pesan tersebut.
Pandu: "Penasaran soalnya, udah setahun nggak aktif di wattpad, 'kan? Terus mulai pertengahan tahun kemarin tiba-tiba epic comeback."
Pandu: "Yang beneran epic banget."
Ireniki: "Haha, iya, sibuk ngurusin buku yang udah terbit dan sekalian istirahat."
Pandu tersenyum. Temannya yang satu ini bernama lengkap Irene Nikita, hobinya sama dengan Pandu, yakni membaca dan membuat cerita fiksi. Hanya saja, nasib mereka berbeda, setelah tiga tahun menulis dengan nama pena Ireniki, Irene telah berhasil menerbitkan novel perdananya. Kemudian, tak lama setelah itu, bagai banjir keberuntungan, novel-novelnya yang lain (yang pernah dipublikasikan di platform tersebut) juga ikut terbit. Total sejauh ini ada lima novel terbit dengan jarak waktu enam sampai dua belas bulan per bukunya.
Kalau dibandingkan denganku …. Lamunan Pandu segera ia buyarkan. Matanya kembali ke pesan teks dari Irene.
Ireniki: "Epic-nya gimana emang?"
Pandu: "Soalnya biasanya kamu kalau nulis cerita itu kaya anime, jadi misal romance/teenfic terus nanti ada kaya fantasinya sedikit, atau scifi-nya sedikit, kadang pseudo juga tp g masalah sih."
Ireniki: "You know me so well."
Pandu: "Girl I love you~"
Pandu terkikik, ia penasaran apa tanggapan Irene setelah ia melempar salah satu potongan lirik lagu itu sebagai bahan lawakan. Di balasannya sudah muncul keterangan 'dibaca', tetapi, dua menit berlalu belum ada balasan, lelaki itu tentu saja mengernyit.
Tangan Pandu kembali ketak-ketik, niatnya ingin memanggil Irene. Hanya saja, begitu ia akan menekan tombol kirim, gadis di seberang ruang obrolannya menyahut.
Irene: "ape sih u apee."
Pandu mengirimkan stiker tertawa. Kemudian ia mulai melanjutkan obrolan.
Pandu: "wkwk njir, lama amat balesnya. Kamu nggak baper kan tadi?"
Irene: "hah? Aku? Baper?"
Irene mengirimkan stiker kepala muntah.
Pandu: "Nah, epic-nya tuh, kamu sekarang nulis teenfic yang pure romance-drama gitu ya sekarang? Kaya, ga ada bumbu-bumbu fantasi/scifi-nya."
Irene: "Yes, ganti suasana baru. Kuharap itu nanti jadinya nggak jelek."
Irene: "btw, kamu nggak nulis lagi?"
Pandu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut sebelum akhirnya menjawab dengan jujur.
Pandu: "Belum ada rencana balik nulis, nggak siap, lebih ke baca aja sekarang mood-nya."
Irene: "Ya udah, kapan pun kamu balik, ntar aku juga mampir ke ceritamu. Sana, balik baca!!!!!!."
Pandu mengirimkan stiker orang dengan sikap hormat sempurna.
Ia menutup aplikasi obrolan daringnya dan kembali ke bacaan, itu adalah sebuah cerita fiksi tentang seorang siswa yang sering ikut relawan untuk datang ke yayasan penyintas kanker, dan ada bumbu cinta segitiga terjalin di sana.
Memang Pandu akui, dia jarang dan cukup pemilih dalam membaca cerita romansa, baik itu remaja atau orang dewasa. Salah-salah dia bisa ngantuk di tengah jalan saat menikmatinya. Hanya beberapa cerita romansa yang membuat Pandu merasa betah membacanya, dan "You at The End of The Unseen Thread" milik Irene adalah salah satunya.
Menurutnya, Irene adalah gadis yang keren, dia berani keluar zona nyaman dan masih bisa menjaga kualitas karyanya, terlepas tugas kuliah yang Pandu tahu pasti itu sangat membebaninya. Ia ingin seperti Irene.
Dibandingkan denganku, yang cowok, aku ternyata emang benar-benar tidak berguna.
Jam menunjukkan pukul sembilan saat samar-samar ia mendengar suara dua orang sedang mengobrol, sama-sama tenggelam dengan suara televisi yang sudah lirih di ruang tamu.
"Yah, Pandu tadi bilang kalau dia pengin kuliah."
"Ya kuliah ya kuliah aja dong."
"Bukan begitu maksud Mama, maksudnya, kita ada duitnya nggak? Pandu tadi rencananya, paling nggak kita siap uang pendaftaran sama paling nggak trimester pertama."
"Ya kalau soal duit gampang nanti dicari."
"Jangan gampang-gampang dulu bicaranya…."
Lama-lama suara itu semakin tenggelam, Pandu hanya tidak mau memfokuskan dirinya ke percakapan itu. Jantungnya sudah berdegup kencang saat nada suara mereka perlahan-lahan mulai meninggi dan memanas walaupun mereka tetap menjaga volumenya agar tetap imbang dengan suara televisi.
Antusiasme dan keyakinan Pandu untuk kuliah pun semakin goyah.
*
Hari-hari esok berlangsung seperti biasanya, tidak ada yang spesial. Pandu kembali bekerja dan memutuskan untuk segera menuntaskan pekerjaannya seperti yang sudah-sudah.
Pada akhirnya memang ia kembali terjebak di rutinitas yang membosankan, tapi dia akan berusaha untuk bertahan sampai akhirnya dia bisa memulai rutinitas yang baru, bersama seorang gadis yang kini mengambil alih kubikelnya untuk numpang menyetak tugas gambar.
Semalam, setelah menghabiskan waktu bersama Irene. Lea tiba-tiba saja menghubunginya melalui pesan pribadi (tentu saja, siang hari saat mereka harus dadakan bolos ke sekolah, mereka sempat bertukar kontak). Isinya singkat, walaupun begitu, mampu membuat Pandu kembali tergerak.
"Sementara, Kakak bertahan saja di rutinitas Kakak yang membosankan, pelan-pelan, Kakak bakal keluar dari lingkaran itu. Semangat SBMPTN! ENAM BULAN LAGI COY!"
Pandu tanpa sadar mengulas senyum sambil memandangi gerakan tangan Lea yang cekatan mencetak lembar-lembar gambar.
"Kak."
"Hm."
"Omong-omong, udah beli buku latihan soal SBMPTN?" tanya Lea, masih tidak memalingkan pandangan dari layar monitor.
"Lah, belum!"
"Nanti mau beli? Aku temenin, deh. Sekalian nanti aku kasih tahu mana buku yang oke dan yang enggak. Itu rekomendasi teman SMP-ku dulu yang sekarang sekolah di SMA, sih."
"Oke, pulang kerja langsung, yak." Lea mengangguk menjawab ajakan Pandu.
Setelah delapan jam kerja yang membuat Pandu spaneng, ia segera mengajak Lea untuk sekalian menaiki motornya saja dan ia bersedia mengantarnya pulang nanti, ditambah bonus, Pandu juga harus dengan sukarela menahan cuitan-cuitan dan ejekan dari para pegawai kantor.
Sudah biasa.
Motornya segera melaju ke toko buku langganannya membeli novel karena kebetulan, hanya toko itu yang buku-bukunya selalu diskon barang cuma sepuluh atau dua puluh persen dari harga asli, Lea pun setuju-setuju saja karena dia juga membeli buku latihannya di toko tersebut.
Sesampainya di sana, Lea menuntun Pandu untuk naik ke lantai dua. Di sana, di sebelah tumpukan novel, ada tumpukan buku nonfiksi dan buku pelajaran. Di bagian tumpukan buku pelajaran lah Pandu bisa melihat berbagai varian buku latihan soal dengan berbagai diskon yang ditawarkan.
"Nah, ini," ujar Lea sambil menunjuk buku setebal lima sentimeter, "ini bagus, aku sama temenku, semua pakai buku ini buat latihan."
Pandu mengambil buku tersebut. "Bank Soal The Prince Untuk SBMPTN 2019."
"Yep!" Lea mengangguk-angguk.
"Oke deh," kata Pandu sambil membawa buku tersebut.
Mereka berdua tak langsung pulang meski sudah mendapat buku latihan. Lea menemani Pandu yang justru sibuk memilah-milah novel dengan asik.
"Kakak, nggak apa-apa ya, latihan soal sambil baca novel?" tanya Lea.
"Nggak langsung dibaca, nanti buat motivasi dan dibaca pas udah kelar SBMPTN." Pandu menjawab sambil tersenyum, matanya berbinar-binar saat menemukan novel yang ingin ia beli, dan Lea memperhatikan itu.
Tak sampai setengah jam, mereka kembali turun ke lantai satu dan sudah membayar di kasir. Pandu menyerahkan satu buku Bank Soal dan dua buah novel dengan dua buah genre yang berbeda. Ia langsung membayar dengan uang tunai dan acara mereka untuk membeli buku latihan selesai sudah.
"Aaah!" Lea mengambil napas panjang dan mengembuskannya dengan dramatis. "Rasanya tiba-tiba jadi inget kencan sama Mas Pacar."
Pandu berhenti dari kegiatannya memakai helm.
"Lea…."
Yang dipanggil menoleh.
"Kamu punya pacar?"
*
Hai! Ketemu lagi kitaaa, btw kalian tau ga sih aku suka sekali bab 6 di versi ketiga ini (iya, di g-docs ku, ini naskah versi 3) karena aku bisa mengenalkan tokoh baru potensial bernama Irene! Terus juga aku bisa membuka pengenalan lebih lanjut soal Lea.
Lalu, untuk Pandu, hehe, gimana menurut kalian sejauh ini tentang Pandu?
Coba jawab, inline di sini! Apakah ada yang kesel? Atau relate? Atau "ih apa siih anjg lebay" gitu? Hehe.
Hehehehehehehheheheheheheh.
Dah ah, gitu aja, sampai jumpa lagi di bab berikutnya!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top