☀4. End And Beginning
“When an ending becomes the beginning of a story.”
—AboutUS—
Hidup Tzuyu kembali seperti sebelumnya. Rutinitas membosankan seperti diantar jemput supir kemana pun. Dari mulai jadwal padat kuliah juga perawatan kulit dan rambut. Sepertinya sudah menjadi hal wajar bagi seorang Chou Tzuyu.
Namun, terlepas dari gaya hidupnya yang diimpikan banyak orang, Tzuyu telah kehilangan satu hal yang paling berharga. Yaitu hati.
Hatinya telah kosong, terombang-ambing oleh sosok yang—sangat ingin—ia benci.
Ya, walaupun orang itu pernah merenggut penglihatannya tapi Tzuyu tidak dapat memungkiri kalau orang itu yang juga menghadirkan sosok Tzuyu lain yang lebih hidup. Intinya, Tzuyu merasa bahagia jika disisinya.
Gadis itu baru saja menyelesaikan perawatan kulitnya saat ponsel pintarnya memunculkan sebuah notifikasi pesan dari Jungkook.
“Ini yang terakhir. Temui aku di taman yang ada di bukit belakang sekolah sore ini. Aku mohon.”
Gadis itu mendengus pelan, memilih mengabaikan pesan itu lalu memanggil supirnya untuk mengantar pulang ke rumah.
—AboutUS—
Entah sudah ke berapa kali, Jungkook melihat jam tangannya. Sudah pukul 16.30 KST, dan itu artinya, sudah hampir satu jam pemuda itu menunggu di sana namun gadis yang di tunggunya tak kunjung datang.
Pemuda itu mengeratkan genggamannya pada syal birunya. Memainkannya asal karena tidak punya kegiatan lain untuk di lakukan.
Bahkan ketika matahari telah berada di ujung barat, Tzuyu tetap tidak muncul.
Sebersit rasa kecewa terbit, Jungkook tersenyum masam. Mungkin, Tzuyu masih tidak bisa memaafkannya.
Tentu saja, perbuatannya memang terlalu mustahil untuk dimaafkan.
Tepat ketika sinar jingga sang surya menyorotnya bak lampu teater, sebuah flat shoes berwarna ungu pastel muncul dihadapan sepatu converse-nya.
Perlahan, Jungkook mendongak hingga sosok Tzuyu terlihat jelas sedang berdiri di hadapannya.
"Kupikir kau tidak akan datang," ujar Jungkook pada akhirnya. Agak kikuk sebenarnya karena sudah lama tak bertemu, tapi ia tidak peduli.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tak punya banyak waktu," balas Tzuyu dingin.
Jungkook tersenyum kecut, kembali menunduk hingga mendapati sebuah syal merah yang Tzuyu lilitkan di lengan kanannya.
"Kau masih menyimpan itu? Woah, kupikir kau sudah membuangnya."
Tzuyu mengernyit bingung. "Darimana kau tahu soal syal ini?"
"Tentu saja aku tahu karena aku yang memberikannya padamu."
"Mwo?"
Jungkook menghela napas, "Kau tak percaya?" Ia menunjukan syalnya yang berwarna biru tapi memiliki bahan dan motif yang sama dengan yang dililitkan di lengan Tzuyu pada gadis itu. "Kau lihat, kau pasti bisa tahu kalau syal yang ada padamu dengan miliku itu memiliki pola yang sama."
Tzuyu terdiam. Entah karena terlalu kaget atau tidak percaya. Gadis itu akhirnya mengambil tempat di samping Jungkook, tanpa berkata apapun.
Sang surya benar-benar telah tenggelam saat ini. Pencahayaan di sana kini telah digantikan oleh lampu taman.
"Jadi benar kalau syal ini milikmu?"
"Apa perlu aku menjelaskannya lagi?"
"Tapi—aku sudah mendapatkan syal ini jauh sebelum kita bertemu."
"Justru itu sebabnya, sejak awal kita memang sudah ditakdirkan."
Tzuyu memutar bola mata jengah, "Kenapa kau memberikan syal ini kepadaku? Apa maksudnya?"
Jungkook tersenyum. Ia yakin, bahwa cepat atau lambat, Tzuyu pasti menanyakan hal ini. "Apalagi, tentu saja karena aku mencintaimu."
"Kau tahu betul kalau aku ini korban dari tabrak larimu, Tuan Jeon."
"Tentu saja. Aku tahu itu. Memangnya ada aturan yang mengatakan kalau seorang pelaku tabrak lari tidak boleh mencintai korbannya?"
Tzuyu melengos. Jungkook masih sama saja, menyebalkan dan membuatnya berdebar, sial.
"Jadi—bagaimana?"
"Bagaimana apanya?!" sungut Tzuyu kesal.
"Kita—balikan? Aku tidak memintamu untuk memaafkanmu tapi, aku masih boleh memilikimu, kan?"
Tanpa ragu, Tzuyu menimpuk wajah Jungkook dengan tasnya. "Tidur sana! Hari sudah gelap, memangnya kau tidak akan mengantarku pulang?"
"Eh?!"
Tzuyu terlihat gelagapan. "Y-yasudah. Kalau kau tidak mau, aku bisa pulang sendiri!"
"Tunggu!" Jungkook menahan tangan Tzuyu saat gadis itu hendak melangkah pergi.
Ada jeda sesaat, keduanya saling berpandangan, sementara Jungkook memutar otaknya berpikir. Mengantarnya pulang? Apa itu artinya—
"Oh jadi—itu artinya, kau menerimaku kembali?"
"Hah? Kau bicara apa sih. Apa hubungannya?"
Tzuyu mengelak, tapi pipinya tetap merona, terlalu gugup dan memalukan. Pun akhirnya Jungkook terkekeh gemas melihatnya. Rasanya, sudah sangat lama ia tidak melihat ekspresi itu di wajah Tzuyu.
"Aku tahu, sampai kapanpun, perbuatanku memang tak layak untuk kau maafkan. Jadi—biarkan aku menebus dosaku dengan selalu ada disampingmu," bisik Jungkook tepat ke telinga Tzuyu, membuat pipi gadis itu semakin merona, merah.
Perlahan namun pasti tangannya menggenggam tangan Tzuyu. Berjalan beriringan, menuruni bukit itu dengan penerangan dari ponsel keduanya.
Dan ketika genggaman tangannya dibalas, Jungkook tahu kalau Tzuyu mulai kembali membuka hatinya untuknya.
Gelapnya malam mungkin bisa menutupi wajah merona mereka berdua tapi masing-masing diri mereka tahu betul kalau saat ini, jantung mereka sedang memompa darah begitu cepat hingga rasa menggelitik yang telah lama mereka rindukan telah kembali.
Pada akhirnya, kesalahan apapun itu, jika Tuhan yang telah menentukannya maka pasti akan ada jalan keluarnya. Dan dalam kasus mereka, jalan keluarnya bukanlah hukum ataupun permusuhan, justru percintaan.
Karena jika dibiarkan sejauh mana dan seberapa lama pun, jika kedua hati telah ditakdirkan bersama maka akhirnya pasti akan tetap bersama.
Mungkin ini merupakan akhir yang tepat untuk menjawab perselisihan mereka selama ini namun ini merupakan awal bagi kisah cinta mereka.
Bagaimana dan akan seperti apa kisah mereka nanti, hanya akan terjawab oleh waktu dan Tuhan yang telah merancang segalanya.
—TheEnd—
So, wdyt about this story?
Next to new story?
Voment!
💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top