MIHP - 6
Lara tidak akan pernah lupa menawarkan sebuah cinta serta bahagia selepas menghadirkan benci dan luka.
-
"Mama." Jungkook kembali menutup pintu ruang rawat. Mengambil langkah pasti mendekati bangkar Ana. Duduk di kursi samping, menatap ibunya dengan mata binar bahagia. "Ma, Tzuyu memberikan aku kesempatan."
Ana tersenyum, bisa merasakan kebahagiaan besar melalui sorot mata putra semata wayang, "Hal bagus sudah di mulai. Gunakan semua peluang sebaik mungkin. Berhati-hatilah dalam mengambil keputusan maupun tindakan, jangan sampai membuat Tzuyu tidak nyaman."
"Aku akan mengingat itu semua. Apa perasaan Mama menjadi lebih baik sekarang?"
"Tidak terlalu, tapi mendengar kabar baik darimu. Tubuh Mama serasa sedikit ringan dan lega, Mama sangat bahagia. Bisakah kau mengajak Tzuyu lain kali untuk datang ke sini? Mama ingin melihat cucu Mama."
Jungkook sedikit berfikir, permintaannya tadi di tolak mentah oleh Tzuyu. Mungkin dia harus menggunakan alasan kesehatan Mama supaya wanita itu mau membawa putri mereka ke rumah sakit. "Aku tidak berjanji, Ma. Aku sudah mencoba memintanya untuk membawa Sally ketika wawancara nanti, tapi dia menolak dan kesal kepadaku."
"Ah, begitu rupanya. Baiklah, Mama juga tidak berharap banyak, asalkan cucu Mama baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup."
Kesedihan Ana tidak bisa Jungkook tanggung. Dia sangat menyayangi ibunya, permintaan Ana layaknya kewajiban bagi dirinya untuk terpenuhi.
"Aku akan mencoba lagi, Ma. Dia pasti akan mau jika aku memberitahunya bahwa yang Mama ingin bertemu Sally." Ucap Jungkook, mencoba memberikan harapan dan mengurangi kesedihan di benak Ana.
Mendengar kalimat ini, Ana mulai sumringah. Bibir pucatnya mengukir senyum lembut seperti biasanya, berkata senang, "Aku berharap juga begitu."
Pembicaraan tiada henti terus berlangsung di antara anak dan ibu. Awan mendung nampak dari jendela yang terbuka lebar, angin dingin masuk menerobos tanpa sopan santun, tidak permisi sama sekali. Menyebarkan hawa dingin menusuk kulit menembus hingga tulang.
Jungkook undur diri, menaikkan selimut untuk Ana. Kemudian berjalan mendekati jendela terbuka, hendak menutupnya kembali. Tatapannya tidak sengaja terhenti ke bawah, mendarat pada wanita yang baru saja dia bicarakan dengan Ana.
Tzuyu dan anak perempuan, anak itu pasti Sally.
Jungkook senang, tidak berharap keinginan ibunya terkabul begitu cepat. Tuhan memang selalu baik kepada orang-orang baik, tidak akan mengulur waktu untuk mengabulkan permintaan orang berhati bersih.
"Ma, aku melihat Tzuyu dan Sally di halaman depan rumah sakit!" Seru Jungkook. Menutup jendela tergesa-gesa, terakhir mendorong kancing membuat jendela tertutup semakin kokoh dan tidak akan terbuka jika di terpa gelombang angin lain yang lebih besar.
Ana membuka matanya yang belum lama terpejam, mencoba untuk duduk. Tidak kuasa menahan bahagia bisa bertemu sebentar lagi bisa bertemu dengan putri dan cucunya.
Jungkook berlari ke bangkar, membantu tubuh ringkih Ana duduk sempurna. Ia menyelipkan bantal, menatanya di belakang punggung Ana. "Ma, lain kali jangan bersemangat seperti ini. Tubuhmu masih sangat lemah."
Ingin menjawab nasihat putranya, Ana di landa batuk. Jungkook mengambil tisu dan menutup mulut ibunya, satu menit kemudian batuk mulai reda. Jungkook menarik tangan berisi tisu, ada darah lagi di sana.
Ana juga menatap darah di tisu, khawatir Jungkook akan merasa sedih melihat kondisinya tidak kunjung membaik. Ana memegang lengan kanan putranya, "Bukan masalah, hanya sedikit darah. Berhenti bersedih dan tunggu Tzuyu datang. Bujuk dia agar mau bertemu dengan Mama."
Lamunan Jungkook terbuyar. Membuang tisu ke tong sampai mini bawah bangkar. Hatinya sakit seperti terhimpit beban berat dalam satu kali hentak sekaligus. Mencium kening Ana dan berlari keluar.
Tzuyu pasti datang ke ruangan di ujung lorong.
Menunggu setidaknya 2 menit membuat Jungkook tidak sabaran. Bagaikan menunggu 2 tahun saja. Dia sangat ingin menemui putrinya lagi. Melihat wajah cantik berpipi gembil itu.
Tzuyu keluar dari lift, tangan kirinya di gunakan menyangga kotak berisi kue yang akan di berikan ke Paman Ello. Sedang tangan kanan ia gunakan untuk menggenggam tangan mungil putrinya. Menuntun dan menjaga anaknya agar tidak lari sembarangan.
"Sally jangan berlarian, oke?"
Sally mendongak, mengangguk patuh membawa getaran gelombang pada dua kepang manisnya, "Baik, Ma. Kalau begitu berikan Sally banyak kue."
"Kau ini, selalu saja makan. Tidak takut menjadi anak gendut?"
"Tidak! Teman Sally ada yang gendut, dia sangat lucu. Sally sering menusuk perutnya, seperti menusuk sepotong jeli. Menyenangkan, Sally ingin punya perut seperti itu, Ma!" Ia mulai merengek. Ingin menjadi gendut, mempunyai perut besar yang lembut dan kenyal saat di tusuk.
Tzuyu di landa pening kepala, terkadang suka bingung menanggapi permintaan aneh-aneh putrinya. Meski ini tidak seaneh permintaan putrinya di ulang tahun ke lima tahun lalu.
Melihat animasi anak macan di televisi, Sally ingin berkunjung ke kebun binatang. Tzuyu menyetujui putrinya yang ingin melihat anak macan.
Sesampainya di sana, putrinya menangis kepada petugas penjaga kebun macan. Merengek bising meminta satu anak macan sebagai hadiah ulang tahun, Sally ingin merawat anak macan hingga besar. Kemudian di jadikan transportasi menuju sekolah, ingin di pamerkan ke teman-teman.
Perlu berjam-jam membuat perhatian Sally luput dari anak macan.
Tzuyu menolak lembut permintaan aneh Sally, "Sayang, tubuh gendut lebih rentan dan mudah terserang penyakit. Makan terlampau banyak makanan tidak bagus bagi kesehatan. Fero juga tidak suka anak gendut. Mau di jauhi Fero?"
Nama Fero membuktikan keajaibannya.
Sally segera menggeleng keras seperti kepala mainan anak monyet, "Tidak!" Balasnya setengah berteriak. "Sally tidak mau gendut!"
"Anak bagus." Senyum tidak bisa tertahan untuk keluar, Tzuyu terkekeh pelan. Menautkan jemarinya dengan jemari Sally lebih erat. Alis kirinya terangkat melihat Jungkook berada di kursi tunggu ruangan Paman Ello.
Sally melepas tangan Tzuyu. "Paman tampan!" Teriakan memekik menggemaskan mengalun memenuhi lorong sepi.
Sepasang kaki kecil berlari kencang mendekati Jungkook. Tzuyu ikut mempercepat langkah kaki, berteriak tidak terlalu kencang di sela langkah cepatnya, "Sally! Jangan berlari! Kau bisa terjatuh!"
Begitu kalimat itu selesai di ucap. Langkah kaki kecil Sally limbung, sudah siap tersungkur di atas lantai dingin.
Jungkook bangun, bergerak gesit menangkap tubuh kecil putrinya, "Kau sangat ceroboh." Cecarnya.
Sally masuk ke pelukan Jungkook. Tersnyum manja, menganggap ungkapan kesal tersebut sebagai angin lalu. Dia justru meminta hal di luar dugaan, "Paman, berikan satu tanganmu!"
Jungkook memberikan tangan kanannya, Sally meletakan tangannya sendiri di atas sana. Senang bisa merasakan kehangatan besar ini kembali. Tangan Papa Roy tidak sehangat tangan Paman Tampan.
"Sally, kemari." Suara Tzuyu terdengar tidak ramah. Nada suaranya khawatir disertai takut.
Sally menggeleng tanpa menoleh, berkata lugu, "Tidak mau. Tangan Paman Tampan sangat hangat, Sally menyukainya. Mama cobalah memegang tangan Paman Tampan, Mama pasti juga akan menyukainya."
Tidak perlu. Tzuyu bahkan masih ingat betul sentuhan hangat telapak tangan lebar itu di setiap jengkal tubuhnya. Hafal benar segala getaran hasil sentuhan sensual pria tersebut. Tzuyu masih begitu ingat.
"Tidak. Sally lepaskan tangannya, yang kamu lakukan tidak sopan kepada orang asing."
Jungkook mengangkat wajah, menatap lamat wajah cantik yang merunduk menatap ke dirinya, lebih tepatnya ke arah Sally yang sibuk memegangi tangan hangatnya. Sepertinya anak kecil ini tidak memiliki pemikiran untuk melepaskan tangan Jungkook dalam waktu dekat.
"Tzu, aku perlu bicara." Ucap Jungkook. Membawa tubuh kecil Sally masuk ke dalam dekapan, ia gendong dengan mudah meski hanya menggunakan satu tangan.
"Jika bukan hal penting, lebih baik tak perlu," tukas Tzuyu cepat. Menahan hati dalam jangka pendek ketika berdekatan dengan Jeon saja sudah membuat dia kelimpungan, mana mungkin dia tahan untuk bersama lebih lama. Bisa-bisa sisi emosionalnya terpancing.
"Tentang Mama."
Tzuyu menarik tubuh Sally masuk ke gendongannya. Mengabaikan wajah bulat kesal memerah di sang putri. Ia memberikan kotak kue ke Sally, "Masuk ke dalam. Makanlah duluan bersama Paman dan Bibi, Mama akan segera kembali."
Senyum pongah membentang secerah mentari siang. Sally memeluk kotak berisi kue, turun dari gendongan kemudian masuk ke dalam ruangan setengah berlari. Sesudah melewati pintu, Sally kembali berlari keluar, "Mama cepat kembali!"
"Iya sayang, makan sedikit, ya? Kau bisa sakit perut memakan kue terlalu banyak."
"Oke!"
Lorong sepi menyisakan Tzuyu dan Jungkook.
"Ikut aku sebentar menemui Mama." Jungkook memulai percakapan kembali. Mengajukan perintah sekali dan langsung di turuti oleh Tzuyu. Menggunakan Mama sebagai alasan memang cara cukup jitu saat ini.
Di perjalanan, Tzuyu berujar, "Sebenarnya apa yang terjadi pada Mama?"
"Kau akan melihatnya nanti, dia sangat merindukan dirimu dan ingin menemui Sally. Tapi aku rasa kau tidak ingin Sally mengetahui orang-orang di masa lalumu. Benar bukan?"
Mendelik pada punggung lebar di depan, Tzuyu lalu membuang muka. Sepasang alis kembar menukik ke dalam lembut, "Aku hanya tidak ingin Sally mengetahui keberadaan dirimu."
Tersenyum simpul. Jungkook diam, tidak membalas ucapan lawan bicara. Jika di lanjutkan, maka akan menimbulkan pertikaian tiada berujung pada akhirnya.
Lebih baik dia diam dan memberikan peluang bagi keheningan melanda mereka berdua sementara waktu sebelum mereka sampai di ruangan Ana. Kamar nomer 207.
"Kau bisa masuk lebih dulu," mundur dan berdiri di samping pintu yang terbuka. Jungkook menahan pintu dengan satu tangan.
Tzuyu masuk. Berjalan lambat, netranya menatap wanita paruh baya terduduk di atas bangkar. Wajah yang dulunya cantik dan segar, sekarang telah berubah nampak sangat pucat dan keriput. Sorot mata hangat penuh kasih sedikit kehilangan cahayanya.
Mama Ana tidak baik-baik saja.
"Tzuyu, putriku." Nada lemah cukup ringkih dan rentan mampu membuat orang mengetahui kondisi fisik orang itu pastilah sangat tidak bagus.
Kelopak mata Tzuyu terpejam erat. Menahan rasa rindu kepada wanita baik hati seperti Ana. Salah satu orang baik hati selain Mingyu di masa lalunya dulu. Ana mempercayai dirinya dan meragukan putranya, naasnya, Ana tidak memiliki bukti untuk membuktikan Tzuyu mengandung cucunya.
"Mama," nafasnya terkecat. Tenggorokan kering serak, suaranya tidak kembali terdengar. Seperti saluran tenggorokannya baru saja di sumbat suatu benda padat bermuatan besar.
"Kemarilah."
Jungkook memasuki ruangan, menutup kembali kedua pintu yang terbuka. Mendekati Tzuyu, mendorong bahunya dari belakang. Menuntunnya mendekati Ana.
Jungkook merasa bahagia, ini adalah kontak fisik antara dirinya dengan Tzuyu yang paling lama setelah sampai di New York. Kemarin-kemarin, Tzuyu selalu melepaskan diri dan menjauh dari sentuhannya.
Sesampainya di samping bangkar, Tzuyu menyentuh tangan Ana, "Ma, kenapa kau bisa berakhir seperti ini?"
"Kesehatan Mama memburuk, Mama sangat mengkhawatirkan kehidupanmu setelah pergi dari keluarga Jeon dan Keluarga Lorentzo. Kakakmu Jaehyun juga telah di temukan setelah hilang bertahun-tahun, dia masih melakukan perawatan kesehatan dan melakukan tes mental secara rutin. Keluargamu akan datang tidak lama lagi."
Mendengar Jaehyun akhirnya kembali membuat Tzuyu senang, lega, dan rindu. Kakaknya sangat menyayangi dirinya, andai saja waktu itu Jaehyun masih ada di sisinya. Pasti Tzuyu akan memiliki tempat pulang terakhir yang bisa di andalkan.
"Aku yakin kau pasti merindukan kakakmu," Kata Jungkook. Tangannya masih tersampir di bahu kiri Tzuyu. Memberikan usapan ringan teratur.
"Dia kakakku, tentu saja aku merindukannya."
Ana menatap ke pintu lalu menatap Tzuyu, "Apa cucuku tidak ikut datang ke sini?"
"Dia berada di ruangan 210 Ma."
"Dia sakit? Cucuku sakit apa?"
"Tidak, Paman Ello sakit, beliau adalah istri dari pengasuh Sally. Kami datang menjenguknya hari ini."
"Syukurlah, Mama leg mendengarnya. Bisakah Mama melihatnya?"
Ragu-ragu menghantam hati dan pikiran. Tzuyu tidak tega memberikan kalimat penolakan
Tapi di sisi lain, dia sungguh tidak ingin Sally mengetahui orang-orang dari masa lalunya.
"Ma," Jungkook memberikan sinyal peringatan.
Ana paham, tidak berusaha membujuk Tzuyu lebih jauh supaya mau membawa Sally kemari, "Mungkin lain kali, Tzuyu. Melihatmu sehat dan bertambah cantik seperti ini membuat Mama bahagia. Dan Mama akan lebih bahagia lagi kalau kau mau memaafkan Jungkook atas semua kesalahannya di masa lalu. Dia benar-benar ingin berubah dan mendapatkan kalian kembali."
"Ma, maaf. Tzuyu belum bisa."
Menebak akan di beri jawaban sedemikian rupa, Ana menjelaskan kembali, "Hidup Mama tidak akan panjang. Maukah kamu mengabulkan permintaan Mama?"
"Selagi Tzuyu mampu."
"Menikahlah dengan Jungkook, sebelum Mama pergi. Aku ingin melihat kalian berdua menikah di depan mataku."
Menarik nafas gusar, Tzuyu merunduk, "Sekali lagi Tzuyu meminta maaf karena tidak bisa mewujudkan impian Mama. Aku ijin pergi, Bibi Ellie sudah menungguku."
Pergi begitu saja tanpa berpamitan lebih dulu. Tzuyu mendorong pintu tergesa, keluar dari ruang rawat Ana.
"Jung, kejar dia."
"Baik, Ma."
Ia berlari keluar, mengejar Tzuyu dengan langkah berlari. Tangannya mencekal satu langan ramping bersuhu dingin, "Chou Tzuyu."
"Apa?!" Berbalik kemudian. Kedua mata lebar milik Tzuyu memerah, siap menangis kapan saja. "Berhenti, Kak!"
"Tzu...."
"Aku lelah. Aku hanya ingin hidup bahagia bersama putriku, itu saja! Kalian semua hadir dalam hidupku dan membuatku selalu merasa terancam! Terancam rasa takut akan kehilangan putriku, terutama dirimu, Kak."
Menarik lembut tangan Tzuyu, Jungkook melingkarkan satu lengannya di pinggang ramping sang pasif. "Maaf jika aku membuatmu takut kehilangan putri kita. Aku tidak pernah berencana memiliki salah satu dari kalian karena aku ingin memiliki kalian berdua sekaligus. Kamu dan putri kita."
"Tidak, hiks. Kau tahu? Aku selalu berfikir akan memukulimu ketika kita bertemu kembali. Tapi aku tidak bisa, aku masih tidak bisa melihatmu terluka sampai detik ini. Aku membencimu dan membenci perasaanku untukmu!"
Secercah harapan baru saja di tumbuhkan dalam jiwa pria Jeon. Apa maksud dari perkataan Tzuyu adalah sedari lama wanita itu memikirkan dirinya setiap saat? Dan hati Tzuyu juga masih mencintainya hingga kini?
Tersenyum haru, ibu jarinya menghapus bulir embun dari mata seindah purnama berbentuk sempurna— salah satu bagian favorit Jeon Jungkook yang hanya di miliki Chou Tzuyu.
"Ini yang ingin aku dengar dari bibir manismu semenjak datang ke New York. Kau masih mencintaiku, dan aku berjanji akan terus berusaha membuatmu merasa aman menitipkan cintamu di atas namaku."
Berkata demikian. Jungkook menekan tengkuk Tzuyu, sedikit mendongakkan kepala wanita tersebut agar dia bisa melihat jelas ekspresi di wajah menawan ini.
Tidak perduli dimana mereka berada sekarang.
Jungkook menyatukan bibir keduanya.
Sama, nyawanya seperti di bawa kembali ke masa lalu. Dimana dia begitu leluasa memainkan bibir ini sesuka hati, bisa meraupnya kapan saja lalu menikmati rasanya hingga puas. Memburu nafsu pada sang adik angkat.
Kini lain, dia sungguh berniat menyalurkan keseriusan cintanya untuk Chou Tzuyu. Tidak ada nafsu, melainkan kelembutan dan kehangatan layaknya api unggun di musim dingin.
Tzuyu menutup mata, bulu mata lebatnya yang menggumpal karena air mata sedikit bergetar merasakan lidah pihak lain menyelip masuk di antara bibirnya.
Menggoda lidahnya untuk bermain bersama.
Beruntung pada jam sore sampai malam, lorong ini lebih sering sepi. Perawat dan Dokter sibuk di lantai bawah.
"Ma?"
Suara Sally menyadarkan kewarasan Tzuyu. Tangannya mendorong dada bidang Jungkook spontan. Menatap tidak percaya bahwa baru saja dia terkalahkan oleh sisi emosionalnya dan membiarkan pria itu mencium bibirnya.
Sally mendekat, menatap Tzuyu bergantian dengan Jungkook. Di usianya yang masih bisa di bilang kecil, dia sudah mengerti arti ciuman antara dua orang dewasa.
Januar pengajarnya. Anak laki-laki itu pernah berkata, “Kata Mama, dua orang dewasa berciuman berarti mereka saling mencintai.”
Lalu anak itu mengajak Sally membuat janji bersama, keduanya harus berciuman ketika menginjak usia dewasa. Sally menolak langsung.
Januar memang suka membuat ribut dengan Sally, namun aslinya dia menyukai wajah cantik Sally. Mengganggunya setiap hari di sekolah agar mendapatkan perhatian dari Sally.
Jadi bisa di sebut, Januar menyukai Sally tapi malu mengajak berteman. Sehingga suka membuat ribut, bila keduanya sering berdebat. Secara otomatis Sally sering berbicara dengannya dan sering memperhatikannya.
Sally memegang tangan Tzuyu yang menggantung di samping tubuh wanita itu, "Mama, apa Mama mencintai Paman Tampan? Bisakah dia menjadi Papa Sally?"
"Apa yang kau katakan, Sally?" Tzuyu bingung. Siapa yang mengajarkan hal berbau romantika orang dewasa kepada putrinya?
"Paman bersedia." Serobot Jungkook, menyahut meski tidak di inginkan olah Tzuyu.
Sally melompat senang, "Mama! Sally akan punya Papa!"
Part agak bawah blm revisi. Ada typo komen aja💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top