MIHP - 18

Mobil hitam melaju kencang membelah jalanan kota yang beruntungnya senggang hari ini. Kecepatan mobil berkurang usai jarak tempuh ke Perusahaan Jeon tidak jauh lagi. Chou Tzuyu memutar stir ke kiri dan berbelok masuk ke halaman depan kantor. Gedung berlantai dua puluh di depannya benar-benar dibangun sebegitu megah.

Salah satu penjaga pintu berlari mendekat dan ingin bertanya siapa identitas Chou Tzuyu, tetapi terhenti karena perempuan itu lebih dulu memberikan kunci mobil dan berkata sambil lalu begitu saja, "Madam Yu, ingin bertemu Presdir Jeon."

Penjaga tadi menerima sodoran kunci mobil pribadi kepunyaan Madam Yu. Si perempuan legendaris yang selalu mendukung pemilik Gala Club—tempat malam pertama yang langsung melejit tatkala pertama kali promosi di Ibu Kota. Benarkah dia sungguhan bertemu Madam Yu? Penjaga tadi bergegas pamer ke teman sesama penjaga pintu.

Usia mereka bisa dibilang masih muda karena baru berusia dua puluh lima tahunan, bekerja sebagai penjaga di sini karena gajinya lebih tinggi dari perusahaan lain. Bahkan untuk posisi penjaga pintu, banyak anak muda berebutan. Dan kedua anak muda beruntung ini sering datang ke Gala Club.

Mereka dulu sedih karena tidak datang ke Club ketika Madam Yu turun ke lantai dasar dan berbincang bersama pewaris tunggal kelurga Brain—Alegra Wilson Brain. Apalagi pada saat itu Madam Yu tidak memakai masker sama sekali dan wajahnya terlihat jelas.

Andai saja di dalam Club boleh memotret, maka wajah tanpa masker Madam Yu sudah pasti tersebar luas ke media sosial anak-anak muda.

Resepsionis berkerut kening heran, perempuan tinggi dengan tubuh seperti model itu kenapa datang memakai masker? Bukannya dia tidak pernah melihat seorang tamu datang dengan memakai masker, tapi para tamu terdahulu sering melepas masker ketika sampai di resepsionis.

"Maaf, Nona. Adakah yang bisa saya bantu?" Tanya perempuan dengan setelan jas maroon. Kemeja ketat dibalik jas terlihat seakan bisa sobek kapan saja karena payudara besarnya, para kancing baju sudah bekerja keras. Apalagi make up yang terlalu tebal dan berlebihan. Ini tempat kerja formal atau rumah gadis-gadis jalang?

Chou Tzuyu tak habis pikir. Perempuan berlebihan seperti itu dibiarkan begitu saja. Dia tidak ingin membuka masker sama sekali dan lantas menjawab, "Bertemu Presdir Jeon."

"Presdir Jeon?" Tatapan mata si perempuan penjaga meja resepsionis berubah menelisik. Menilai Chou Tzuyu dari atas ke bawah, berhubung perempuan beranak satu itu mengenakan kemeja hitam tanpa lengan dan celana jeans panjang.

Maka kulit putihnya tampak kontras bila dibandingkan warna kemeja. Belum lagi sepasang manik mata karamel dan sepasang alis tipis terkesan lembut nan halus—si perempuan penjaga meja resepsionis sontak menggigit bibir bawah.

"Maaf, Nona. Bisakah saya tahu jam berapa anda membuat janji dengan Presdir kami?"

"Tidak ada janji, aku datang kemari spontan dan tidak ada konfirmasi lebih dahulu."

"Kalau begitu mohon maaf, anda harus menunggu setidaknya satu jam. Presdir sedang ada tamu penting."

"Katakan saja aku, Ma—"

"Cintaku," panggilan menjijikan berasal dari arah samping kiri. Sosok bertubuh gempal datang menghampiri meja resepsionis dan memeluk si perempuan tadi begitu mesra. "Ini sudah masuk jam istirahat, ayo makan siang diluar bersamaku."

"Tuan, anda memang pengertian." Balas perempuan resepsionis tak kalah manja.

Menyaksikan kejadian itu langsung di depan kedua matanya. Tiba-tiba Chou Tzuyu merasakan keinginan besar untuk muntah di meja resepsionis sekarang juga. Ia tidak berbohong, dia serius, sangat-sangat serius. "Ugh!"

Seketika tatapan dari Kepala Badan Humas teralihkan ke sosok Chou Tzuyu. Mata pria tua gemuk itu langsung menyala usai melihat sosok ideal si tamu yang berasal entah dari mana ini. Si perempuan resepsionis menatap marah ke Chou Tzuyu.

Perempuan itu sok misterius dan sombong sekali, mungkin hanya salah satu dari sekian banyak perempuan yang sempat ditiduri oleh Presdir dan terbawa perasaan. Huh! Perempuan jalang!

"Nona—siapa nama Nona cantik ini? Perkenalkan, saya adalah Kepala Badan dari Kehumasan perusahaan." Ucap Tomi dengan kedua mata bergerak jelalatan. Kulit anak gadis di depan sangatlah putih, tampak halus dan pastinya akan lembut ketika disentuh.

Chou Tzuyu rasanya ingin menampar wajah pria gemuk yang tak tahu malu. Pantas saja si perempuan resepsionis berani bertindak tidak sopan, ternyata mengandalkan kekuatan seseorang dibalik layar.

"Siapa aku tidaklah penting, lebih baik berikan aku buku pendataan pengunjung supaya aku bisa segera tanda tangan dan langsung menemui Presdir Jeon." Tekan Chou Tzuyu, tatapan matanya berubah dingin.

Dua orang di meja resepsionis agak bergetar takut di bawah tatapan dingin lawan bicara. Si perempuan resepsionis ingin berkata marah sebelum temannya yang tadi pergi sebentar karena mag sedang kambuh, ternyata baru saja datang dan langsung terkejut.

"Madam Yu! Anda datang kembali ke sini!"

Apa?

Madam Yu?

Dua orang sebelumnya langsung terkejut. Apalagi si perempuan resepsionis yang sudah berani bertindak lancang. Wajah cantiknya yang dibaluri bedak tebal seketika berubah pucat bagaikan mayat.

Sedangkan Tomi berubah sopan sepersekian detik. Setidaknya laki-laki tua yang gemuk itu tahu bagaimana caranya berakting jika diperlukan. "Maafkan saya, Madam! Mata saya terlalu buruk karena tidak mengenali anda!"

Elina—si resepsionis lama yang sudah pernah melihat Madam Yu datang bersama pemilik Gala Club. Heran akan dua reaksi orang di dekatnya. Tetapi dia tidak mau berpikir lebih, dia kembali fokus ke Madam Yu sembari memberikan buku absen untuk para tamu, "Silahkan anda tanda tangan di sini, Madam Yu."

"Ya, terima kasih." Balas Chou Tzuyu seadanya. Ia menuliskan nama, keperluan, dan tanda tangan. Setelahnya semua selesai. Dia lanjut berkata, "Aku ingin bertemu Presdir. Di lantai berapa dan ruangan mana dia berada? Pertama kali ke sini waktu itu, aku hanya tahu letak ruang rapat dan tidak memperhatikan sekitar untuk menghafal."

"Ah, kalau begitu saya antarkan saja! Mari, Madam! Tapi Presdir sedang ada tamu, anda nanti bisa menunggu di sofa depan meja sekretaris utama."

"Oke, sekali lagi terima kasih," kalimat terhenti ditengah. Surai hitam sepanjang pinggang bergerak lembut ketika dia menoleh ke belakang, "Saat bertemu Presdir, aku harus bertanya apakah perusahaan ini juga memperkerjakan seorang pelacur dan pria tua tidak berguna yang hanya tahu kecantikan seorang perempuan."

Elina terkejut. Kaget sekaligus takut, "Madam Yu .... Bella berbuat salah kepada Anda? Mohon maafkan dia karena dia belum lama masuk ke sini!"

"Belum lama masuk?" Pertanyaan Chou Tzuyu diwarnai sarkastik tingkat tinggi yang mana membuat Bella berdiri tegang dengan kepala tertunduk ke bawah, takut.

"Status masih pegawai baru, memakai pakaian seolah jalang ditempat malam, riasan tebal seperti perempuan tua mesum, pakaian sengaja diperketat hingga lekukan dada terlihat jelas. Kau itu sedang bekerja secara sopan dan hormat, bukan menjual diri. Jika ingin menjual diri, datang saja padaku. Siapa tahu kau bisa lolos seleksi menjadi salah satu perempuan penghibur Gala Club."

Para pegawai perempuan yang tidak sengaja dengar itu sebab sedang lewat karena ingin pergi ke tempat makan diluar perusahaan, bersorak senang.

Akhirnya si jalang Bella dimarahi! Selama ini ketika Presdir datang, Bella sengaja berdandan menggoda tetapi Presdir hanya bersikap dingin, dan perempuan itu berbalik mencari pria tua dengan jabatan lumayan tinggi sebagai senjata.

Kedua tangan Bella terkepal erat, dia ingin marah, namun posisinya terlalu rendah dibandingkan Madam Yu. Bila ini adalah sebuah permainan, maka Bella berada di level lima sedangkan Madam Yu sudah berada di level mendekati seratus—sempurna.

Elina ikut takut, Madam Yu ini—kedudukannya tinggi mengingat sekretaris Presdir pernah menitipkan kotak berisi cincin padanya yang harus diberikan kepada Madam Yu. Jelas sekali jika posisi Madam Yu bagi Presdir tidak boleh terabaikan. Dia harus hati-hati.

Ini salah Bella sendiri, terlalu sombong hanya karena berhasil menggoda seorang Kepala Badan.

***

Chou Tzuyu sampai di lantai tempat ruangan Jeon Jungkook berada. Elina pergi lebih awal karena dia ingin pergi sendiri setelah diberi petunjuk. Sesampainya di depan ruangan Jeon Jungkook, dia mencari seseorang di meja sekretaris, namun kosong.

Mungkin sedang istirahat juga. Perusahaan ini terbilang mewah, setiap lantai selalu ada kantin khusus. Kemungkinan besar sekretaris utama pun sedang istirahat ke kantin.

Namun minus kantin di sini tidak lain adalah menunya yang kebanyakan vegetarian—sesuai perkataan Elina. Perempuan tersebut banyak mengoceh selama bersama dirinya. Kepalanya serasa nyaris pecah mendengar ocehan panjang.

Melihat kanan-kiri, seluruh ruangan yang ada di sini pintunya tertutup. Chou Tzuyu bisa membuka masker hitam dengan leluasa. Awalnya dia tidak ingin dilihat masyarakat karena takut keberadaannya diketahui oleh Jeon Jungkook atau keluarganya. Tapi sekarang, rasanya sudah menjadi kebiasaan untuk selalu memakai kecuali ditempat-tempat tertentu.

Dia risih menjadi tontonan banyak orang.

Tangan kanan Chou Tzuyu memutar kenop pintu hati-hati, suara derit pintu tidak terdengar sama sekali. Tapi sebuah suara lembut menghentikan gerakan tangan Chou Tzuyu. Suara perempuan? Dan sedang menangis?

Suara tangisan seorang perempuan bersahutan dengan suara Jeon Jungkook yang lembut dan menenangkan.

Ekspresi cantiknya tanpa sadar berubah suram, melupakan tujuan awal mengapa dia bisa sampai berada di sini. "Dia masih sama saja," gumamnya penuh kebencian yang entah ditujukan pada siapa. Dirinya sendiri yang merasa sedih, atau kepada Jeon Jungkook yang selalu menipunya.

"Tolong biarkan aku menginap ke rumahmu malam ini, aku berjanji hanya satu malam, hiks."

"Tolong hentikan air matamu, kau boleh datang ke rumahku kapan saja, para pembantu juga merindukan kue buatanmu. Sudah .... berhentilah menangis. Jangan memaksakan diri, lambat laun semuanya pasti bisa teringat kembali."

Iris karamel menghilang usai kelopak mata berkedip. Bulu mata panjang lentik bergetar menahan air mata. Belum lama ini pria itu memakainya bagaikan barang, lalu sekarang, sudah mendapatkan perempuan baru?

Chou Tzuyu mendorong pintu hingga terbuka lebar. Manik mata jernih tampak berkilauan akibat genangan air mata yang akan terlihat jelas bila dilihat dari dekat.

Dua lawan jenis sedang berpelukan mesra di depan jendela besar yang memaparkan langsung keindahan langit siang di hari cerah.

Mereka benar-benar pasangan serasi. Perempuan itu—perempuan pemilik toko kue yang belum lama buka, lokasinya tidak jauh dari tempat Paman Smith.

Masker hitam terjatuh ke lantai, Chou Tzuyu meremas kenop pintu sekuat dia bisa. Tak perduli apabila tangannya berubah sangat merah. Ketika dia ingin pergi, tatapannya tidak sengaja bertemu dengan tatapan sepasang netra hitam pria di seberang.

Jeon Jungkook terkejut, namun terlambat. Chou Tzuyu sudah lebih dulu berlari pergi meninggalkan ruangan kerjanya, kontan dia mendorong Pinky mundur.

"Ah!" Pinky refleks berteriak ketakutan, apalagi dia jatuh ke samping dimana lokasi meja kerja berbahan besi milik Jeon Jungkook berada.

Terpaksa Jeon Jungkook menangkap Pinky dan meminta maaf sekaligus memeriksa apakah terjadi sesuatu pada tubuh lemah perempuan itu. Karena kondisinya baik-baik saja, Jeon Jungkook lantas berlari pergi meninggalkan ruangan. Menyusul Chou Tzuyu.

***

Elina terlonjak kaget karena Madam Yu berlari kencang dan menabrak banyak pegawai. "Madam Yu!" Teriaknya. Hal ini mengundang tatapan orang yang baru saja lewat ataupun orang yang baru saja ditabrak. Kompak sama-sama melihat ke arah pintu.

Bodohnya, Chou Tzuyu refleks berhenti dan menoleh ke sumber suara. Kini paras cantiknya yang memerah menahan tangisan terekspos. Ia tersadar selang dua detik sesudahnya dan buru-buru pergi meninggalkan perusahaan.

Pegawai bernama Steven menyenggol siku tangan Elina. Bertanya kacau, "Dia Madam Yu apakah?"

Elina menampar lengan teman sekantornya tersebut, "Susun kata dengan benar dulu baru bertanya. Astaga, aku rasa aku baru saja melihat boneka hidup."

***

Chou Tzuyu kembali pulang ke rumahnya. Masuk ke dalam rumah grasak-grusuk dan mengundang perhatian Ellie yang tengah sibuk memasak karena sebentar lagi Sally akan pulang.

Ellie mematikan kompor, melepas celemek dan memindahkan mangkuk berisi sayuran serta ayam goreng dari meja pantri ke meja makan. Baru kemudian berlari mengetuk pintu ruang kamar Chou Tzuyu.

Dia semakin cemas usai suara tangisan pilu terdengar dalam ruang kamar.

Ellie memutar kenop pintu dan tidak terkunci. Dia berlari mendekati ranjang, duduk di tepian. Tangan kanannya bergerak membelai puncak kepala perempuan yang saat ini tengkurap sambil menangis dengan wajah tersembunyi ke bantal.

Chou Tzuyu menangis dan Ellie diam. Satu-satunya sumber suara pada ruangan tersebut adalah isak tangis kesedihan. Tzuyu berencana datang ke Perusahaan Jeon tepat setelah Ellie bilang kemarin sore Jeon Jungkook datang ke sini. Chou Tzuyu ingin berlagak sombong dan berkata bahwa dia akan menikahi Roy dan meminta pria itu menyerah dalam berjuang.

Namun kenapa? Kenapa dia menangis ketika melihat pria itu berbalik ke pelukan perempuan lain ketika beberapa minggu terakhir selalu berkata cinta padanya dan berjanji akan berjuang demi mendapatkannya serta putrinya?

Jika akhirnya menjadi seperti ini, lebih baik Jeon Jungkook tidak memberikan dia harapan yang pada akhirnya akan hilang dan usai.

"Tuan Jeon menyakitimu?" Sekian lama, akhirnya Ellie berani bertanya.

Chou Tzuyu bangun, masih menangis tersedu hingga kesulitan berbicara, "Ke—kenapa? A—aku harusnya tidak lagi mencintainya, tapi kenapa? Kenapa aku menangis saat dia begitu lembut kepada perempuan lain?"

Ellie diam, tapi tubuhnya bergerak maju. Memeluk Chou Tzuyu, dia berkata penuh kasih sayang, "Menangis lah sebanyak kau mau. Mungkin karena kau mencintainya terlalu dalam di masa lalu, dan hatimu hanya ingin dia walau pikiranmu berkata lain. Chou Tzuyu, hati adalah inti emosional manusia, dan inti emosional perempuan sangatlah luar biasa dampaknya. Bila masih ada sisa rasa cinta di hati, maka hal wajar apabila kau sedih dan menangis ketika melihatnya bersikap lembut kepada perempuan lain."

Jeon Jungkook ....

Kapan kau pergi dari hati ini?

Chou Tzuyu tak tahu berapa lama dia bisa bertahan dengan topengnya yang sudah mulai retak dan menunjukkan banyak celah.

Kelembutan dan cintai pria itu, dia sangat mendambakan dua hal tersebut dari seorang Jeon Jungkook, dulu. Sampai masa ketika dia dibuang dengan sia-sia seperti sampah bersama putrinya, dia mulai membencinya dan menaruh dendam.

Akan tetapi benci di hati belum terlalu kuat untuk memadamkan rasa cinta teruntuk pria tersebut.

Dia—telah salah menjatuhkan hati ke seorang lelaki brengsek. Sekali laki-laki punya tabiat buruk, selamanya akan demikian. Chou Tzuyu membenci dirinya sendiri karena masih saja menyisakan beberapa titik rasa cinta setelah bertahun-tahun berlalu.











🦋🦋🦋
Apakah ada penjabaranku yang susah dimengerti? :( jujur akhir-akhir ada kendala, yakni mati kata dan sering belibet sendiri waktu nulis.

Yang ada rekomendasi cerita bagus, fresh, dan kalimat penjabarannya simpel tapi jelas. Bisa komen dong🤧 makaciii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top