MIHP - 17

Suara dentingan keras tiba-tiba terdengar memekakkan telinga. Perempuan di dalam ruang kamar apartemen terlonjak kaget hingga berubah posisi menjadi duduk. Ekspresi wajahnya pucat pasi, lalu berubah ketakutan tatkala ada suara seperti seseorang sedang menata sesuatu.

Pinky menurunkan kedua kaki putihnya yang terbuka, piyama tidur sebatas paha tampak kusut akibat gerak tubuhnya yang terlalu banyak semasa tidur. Bibirnya bungkam tanpa ada keberanian bersuara walau sekali atau sekedar gumaman pelan.

Ia berdiri, lalu berjalan lambat mendekati pintu. Tubuhnya berjongkok di depan pintu, mengintip suasana diluar kamar. Karena apartemen selalu terang setiap malam, pandangan mata tidak akan mengabur oleh kegelapan.

Dari celah lubang kunci, mata kiri Pinky mendapati sosok perempuan bertubuh sangat tinggi. Bila dikira-kira, tinggi badan perempuan diluar mungkin mendekati dua meter. Rambut pendek sebahu berwarna hitam dan bahu lurus bagaikan seorang pria.

Siapa perempuan ini? Bagaimana bisa orang asing masuk ke apartemen ketika apartemen selalu dikunci?

Pinky ingat jelas jika selain Jeon Jungkook dan pasangan Smith, tidak orang lain yang tahu sandi pintu apartemen pribadinya. Jelas-jelas orang ini penyusup! Tapi tanda tanya mengenai bagaimana cara perempuan ini masuk kemari masih belum terpecahkan.

Pinky berusaha melihat wajah perempuan asing bertubuh tinggi di ruang tamu. Namun perempuan itu tidak mau berbalik sama sekali, seakan tahu andai dia berbalik maka identitas rahasianya bisa terbongkar. Dan semua berakhir sia-sia.

Lima menit Pinky terus berjongkok sembari mengintip dari celah lubang kunci pintu. Kedua kakinya terasa pegal dan keram, kantuk kembali menghampiri dirinya. Tetapi dia tidak boleh tertidur! Dia harus tahu perempuan ini, ingin rasanya dia berlari ke sana dan marah, berani sekali menyusup ke tempat tinggal orang lain secara sembarangan!

Akan tetapi niat tersebut dipaksa urung setelah perempuan tinggi itu mendadak mengeluarkan pistol dan membelainya lembut seolah benda mati tersebut merupakan kekasihnya.

Pinky tidak berani berbuat macam-macam karena lawan punya sebuah pistol. Jika dia ditembak, maka tamat sudah riwayatnya!

"Sebentar lagi, kita akan bertemu kembali."

Apa maksud perkataannya?

Bertemu kembali?

Memangnya mereka pernah bertemu sebelumnya? Pinky rasa belum pernah sama sekali, perempuan yang dia kenal dekat hanya Bibi Elsa—hanya beliau seorang. Dia cenderung pendiam dan tidak mudah bergaul sehingga temannya pun amat minim.

Jangan-jangan ....

Perempuan bertubuh tinggi itu merupakan bagian dari masa lalu yang telah dia lupakan entah karena apa? Dulu Pinky tersadar di apartemen sendirian dengan kondisi tidak ingat siapa pun atau siapa namanya.

Namun semua keperluan pribadinya terpenuhi, dia tidak kekurangan uang, atau apapun itu. Semuanya tersedia, seolah-olah ada seseorang dibalik layar sengaja menolongnya.

Perempuan asing perlahan tapi pasti, menyimpan kembali pistolnya kemudian berlalu meninggalkan ruangan. Membuka pintu lalu pergi entah kemana. Pada saat yang bersamaan, Pinky baru berani membuka pintu kamar dan berlari ke ruang tengah.

Ia mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Andai pendapatnya benar bahwa perempuan tadi adalah bagian dari masa lalunya dan termasuk orang paling penting baginya, maka dia harus mencari tahu!

Kenapa perempuan asing tadi datang secara diam-diam, bukan secara langsung saja? Bukankah jika mereka berdua punya hubungan dekat di masa lalu, orang itu harus selalu berada di sisinya ketika dia tersadar?!

Pencarian berlangsung lebih dari dua puluh menit, dan hasilnya kosong. Pinky tak menemukan petunjuk apapun, seketika tubuhnya meluruh ke ke kursi meja makan. Memijat kening hati-hati, "Siapa kau sebenarnya? Seharusnya kau menemani aku selama aku berada pada masa sulit jika benar kita punya hubungan dekat di masa lalu."

Dia mengerang frustasi. Kepalanya terasa sakit sekali ketika diajak untuk bekerja sama demi mengingat kenangan-kenangan lama. Seakan otaknya pun menolak mentah-mentah untuk mengenang memori dari masa lalunya. Seberapa buruk itu sampai akibatnya sedemikian rupa?

Pinky sangat ingin tahu tentang bagaimana masa lalunya sebelum dia tersadar tanpa ingatan apapun. Teka-teki seperti ini justru menjadi beban pikiran bila tidak segera menemukan jawaban yang diinginkan.

Dia perlu bertemu Jeon Jungkook besok siang dan menceritakan kejadian barusan. Mungkin saja pria itu bisa membantu dengan kekuasan yang di genggamnya sekarang.

***

"Minji, berhentilah menangis. Aku mohon, putraku akan datang lagi ke rumah putrimu besok. Berdoalah semoga putrimu bersedia, bagaimana pun juga kau adalah Ibu kandungnya. Seburuk apapun hubungan Ibu dengan anak perempuannya, ikatan darah tetap lebih kuat, dan emosi seorang perempuan tidaklah sekejam itu."

Ana tanpa lelah terus menghibur Minji yang sejak siang tadi datang kemari, berkeluh kesah karena hatinya gelisah, tidak bisa tenang sebelum bisa bertemu sang putri dan mendapatkan maaf dari putrinya.

Belum lama mereka berdua bersama dan saling bertukar kasih sayang, takdir memecah kembali hubungan mereka selama bertahun-tahun. Minji sangat merindukan putrinya, andai saja bertahun-tahun lalu dia bisa membela putrinya lebih jauh dan menentang keputusan sang suami.

Mungkin bencana besar pada waktu itu bisa dihentikan.

"Hiks .... aku bersalah pada putriku, harusnya aku membelanya mati-matian di masa lalu .... harusnya aku tidak meninggalkan dia sendirian di kondisi hamil muda. Aku Ibu yang jahat, putriku pasti sangat membenciku Ana." Isak tangis Minji semakin kencang dari sebelumnya.

Melihat tangisan temannya malah bertambah parah, Ana jadi kebingungan. Dia menepuk bahu Minji dengan teratur lalu berkata menenangkan, "Sudah, sudah, putrimu sekarang telah menjadi seorang Ibu. Dia pasti tahu rasa sakitnya dibenci oleh seorang anak yang telah kita lahirkan susah payah."

Minji mengangguk dengan sedikit kesulitan karena sesenggukan parah, hasil dari menangis lebih dari tiga jam penuh. Ana berpikir kedua mata Minji adalah danau air mata, bisa-bisanya terus mengeluarkan air mata selama tiga jam berturut-turut. Apakah matanya tidak kering?

"Untuk saat ini, fokus saja pada proses penyembuhan Jaehyun. Putramu juga anakmu, dia butuh banyak perhatian dan dukungan supaya bisa kembali bangkit." Saran Ana yang langsung mengubah topik.

"Kesehatan putraku naik drastis setelah tahu sebentar lagi bisa bertemu adiknya. Sekarang dia bisa berjalan lancar dan nafsu makannya meningkat, aku pikir putraku akan terus diam karena psikologisnya terganggu usai diculik begitu lama." Jawab Minji, kedua mata merahnya berubah tajam oleh amarah. "Aku berharap penculik putraku cepat-cepat bertemu malaikat maut."

Dengan lemah Ana buru-buru menutup mulut Minji, khawatir, "Minji-ya, jangan berkata buruk begitu."

"Memangnya kenapa?" Sungut perempuan yang duduk di sisi ranjang rumah sakit. "Mereka harus mendapatkan hukuman! Berani sekali menculik putraku dan langsung kabur!" Lanjutnya menggebu.

Ana pikir pemandangan Minji ketika marah mirip seperti Chou Tzuyu ketika masih remaja. Dia memang tidak begitu lama menghabiskan waktu berdua dengan putri angkatnya, tetapi dia bisa memahami betul bagaimana emosi anak perempuan itu ketika muda.

Saat Chou Tzuyu marah atau kesal, dia akan berkata buruk hanya di depannya. Lalu bersikap manja bagaikan anak kecil. Namun sekarang, Chou Tzuyu sudah tumbuh dewasa dan menjadi seorang Ibu. Ana jadi rindu kenangan indah masa lalu.

"Saat marah, kau mirip putrimu." Ujar Ana setelah tertawa kecil sebab teman baiknya memang terlihat lucu sekali tatkala dilanda emosi.

Minji berhenti marah-marah, bersiap ingin menangis kembali. Kapan saja, apabila ada seseorang entah sengaja atau tidak di sengaja—mengungkit atau membahas tentang putrinya, dia secara refleks akan selalu ingin menangis sedih. Karena seketika juga, dia teringat hubungan buruk diantara mereka berdua.

Pria yang duduk di sofa—tepatnya di sudut ruangan, tanpa sadar bergumam takjub. Padahal barusan Minji menangis tersedu-sedu seakan dunia diprediksi hancur esok hari, lalu marah-marah ibaratkan ayam betina yang mematuk pengganggu anak-anaknya, dan sekarang—mau menangis lagi?

Emosi perempuan memang sulit dimengerti. Beruntung Ana tipikal perempuan yang jarang menangis kecuali memang sudah diambang batas, dan belum pernah sekali pun Jihmun melihat istrinya menangis, lalu marah, lalu menangis lagi. Bukannya seperti itu justru tampak mengerikan?

Dia takut seseorang dirasuki karena cepatnya perubahan emosi yang tidak masuk akal.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top