MIHP - 16
Jeon Jungkook menyusuri lorong lantai dasar dari Jeon Florist, para pegawai baru yang dia seleksi secara langsung—memberikan salam hangat penuh hormat ketika tak sengaja berpapasan. Jeon Jungkook membalas sapaan seadanya.
Joe datang dari balik dinding yang terdapat belokan. Pertama-tama perempuan itu terkejut sampai ternganga, baru kemudian segera tersadar dan tersenyum hangat sembari berkata ramah, "Selamat datang, Presdir. Ada hal penting apa sampai Presdir bisa meluangkan waktu untuk datang kemari?"
"Bukan masalah besar, aku datang karena ada sesuatu yang ingin aku katakan pada Pemimpin dari bidang pangan dan kesehatan yang mengelola setiap makan siang para pegawai."
Tanda tanya muncul di atas kepala Joe. Presdir jauh-jauh datang kemari hanya demi mencari pemimpin dari bidang pangan dan kesehatan? Bukankah ini berlebihan?
Ayolah, Joe yakin seratus persen pekerjaan seorang Presdir itu banyak meskipun hanya datang rapat, mengemukakan pendapat, mengoreksi dokumen-dokumen, dan tanda tangan.
Mantan Presdir dari perusahaan lamanya saja, bisa sampai dua jam penuh sibuk dengan pekerjaan menandatangani dokumen-dokumen yang bertumpuk. Itu pun disertai keluhan, Presdir bilang suruh memberikan dokumen atau surat ketika masih sedikit, jangan ditimbun.
Jemarinya nyaris patah karena pegal.
Lalu Presdir Jeon?
Pria ini sepertinya sungguhan pemimpin yang sering menganggur, ya?
"Ternyata mencari pemimpin bagian bidang pangan dan kesehatan. Kalau begitu mari saya antar," Joe mengulurkan tangan kanan ke samping. Menunduk sopan. Urusan Presdir bukanlah urusan pribadinya. Jadi tak usah ikut campur dari pada pusing menebak-nebak.
"Jika kau tidak sibuk, silahkan. Aku berterima kasih atas perhatianmu." Sahut Jeon Jungkook. Tersenyum ramah diakhir. Sebab Joe adalah sahabat baik Chou Tzuyu, wajib baginya untuk selalu bersikap ramah dan memberikan kesan bagus.
Joe seketika bersemu malu. Dalam hati berteriak bagai orang gila walau pun wajahnya tetap berusaha kalem seakan tidak terjadi apa-apa. Demi Tuhan! Kenapa dia baru sadar kalau Presdir Jeon ternyata juga imut saat tersenyum ramah seperti tadi?!
"Sama-sama, Presdir. Ini sudah tugas saya, mari."
Joe mengambil posisi sebelah kiri Jeon Jungkook dan berjalan bersama sembari saling bertukar kata tentang perkembangan bisnis bunga akhir-akhir ini.
Mungkin karena dibangun oleh Presdir Jeon yang terkenal tampan dan kaya raya—para perempuan muda sampai renta usia, tak jarang malah datang langsung ke perusahaan untuk meminta tim mempersiapkan acara-acara yang bertemakan bunga dan harus terkesan mewah.
Padahal acaranya paling cuma acara makan malam bersama keluarga. Joe pikir semua konsumen itu berlebihan, menghabiskan jutaan dolar demi sebuah rangkaian bunga? Orang kaya memang selalu membuat hatinya menjerit penuh tangis oleh fakta berupa kenyataan bahwa dia begitu miskin.
Sesampai di depan ruangan bertuliskan Pangan dan Kesehatan, Jeon Jungkook lantas segera masuk setelah berpamitan. Joe juga pergi tanpa ingin menetap lebih lama, dia sudah mendapatkan tugas untuk bertemu konsumen yang komplain karena staf salah mengirim jenis bunga.
Masih tersisa waktu satu jam, dia bisa sampai ke tempat konsumen tepat waktu.
Waktu bergulir cepat. Selepas berbincang bersama pemimpin bidang, Jeon Jungkook keluar dari kantor diantar oleh salah satu pegawai yang bekerja pada bidang tersebut.
Ponselnya berdering selama perjalanan keluar, dia merogoh saku celana, melihat nama sang Ayah tertera pada layar ponsel. Jungkook menjawab sambungan telefon, "Halo, Pa, ada apa?"
"Minji datang lagi kemari, dia menangis terus karena sangat ingin bertemu putri dan cucunya. Bisakah kau datang ke rumah sakit bersama Chou Tzuyu dan Sally?"
"Aku tidak bisa berjanji. Tapi aku bisa mencoba datang ke rumahnya sore ini, semoga saja dia belum berangkat bekerja."
"Mengapa kau terdengar pesimis? Apakah Tzuyu belum merespon pesan atau telefon darimu setelah kejadian saat itu?"
"Belum. Mungkin saja karena kejadian itu, atau mungkin tidak. Namun kebenaran bahwa pesan dan telefon dariku tidak pernah dijawab lagi olehnya .... membuat semangatku menurun."
Helaan nafas panjang terdengar sedih dari sambungan telefon. Jihmun diam sesaat, lalu memberikan wejangan dan nasihat supaya putranya bisa lekas mendapat ampunan total dari perempuan tercinta.
Jeon Jungkook mendengar secara serius sembari terus melangkah keluar meninggalkan area perusahaan berlantai dua tersebut, kemudian masuk ke mobil dan sambungan terputus.
Sebagai langkah pertama, dia bisa datang ke rumah Pinky sebentar untuk meminta bantuan perempuan itu memasak makanan kesukaan Chou Tzuyu semasa remaja dulu.
Resto dengan menu makanan Korea Selatan lumayan sulit ditemukan karena di sekitar sini kebanyakan berisi makanan Italia atau Prancis.
***
Ellie baru saja datang kembali usai pamit sebentar, berbelanja ke mall terdekat. Persediaan bahan makanan untuk satu bulan ini habis lebih awal karena dia mengambil setengah dari jatah bulanan atas perintah Chou Tzuyu.
Kaki Ellie berhenti di halaman depan yang sudah bersih pasca disapu oleh pegawai lain. "Tuan?" Ellie melirik ingin tahu punggung tegap milik pria yang berdiri di depan pintu sembari menenteng tote bag coklat.
Detik kemudian, Jeon Jungkook sontak berbalik ke belakang lantaran suaranya familier di telinganya. Ternyata pemilik suara yang sempat terdengar adalah perempuan paruh baya yang sering mengasuh Sally selama Chou Tzuyu sibuk bekerja.
"El-Ellie?" Eja Jeon Jungkook terbata, ingatannya terlalu samar-samar tentang pengasuh Sally.
"Ya, Tuan, saya adalah Ellie pengasuh Nona Sally. Kedatangan Tuan ke sini ... ingin bertemu Nyonya?" Ketika sampai ke bahasan Chou Tzuyu, suara perempuan paruh baya itu perlahan berubah lirih.
Jeon Jungkook tersentak sebentar, lalu menggosok leher bagian belakang dengan canggung. Sepertinya Ellie tahu hubungan buruk antara dia dan Chou Tzuyu di masa lalu. Buktinya Ellie menampilkan ekspresi sedikit hati-hati seakan takut lawan bicara bisa saja terganggu.
"Benar, aku ingin bertemu Chou Tzuyu dan Sally karena ada urusan penting yang perlu aku bicarakan bersama mereka berdua." Timpal Jeon Jungkook yang telah kembali normal dari perasaan canggung.
Ellie berjalan ke arah teras. "Maaf, Tuan. Nyonya dan Nona sedang berada diluar. Anda bisa kembali besok sore, usahakan bicara dulu kepada Nyonya agar Nyonya berada di rumah ketika anda datang."
"Ah, baiklah. Akan aku lakukan. Jadi mereka sedang ada dimana sore-sore begini? Bukannya Tzuyu harus bersiap-siap berangkat kerja?"
"Nyonya dan Nona sedang berkunjung ke rumah Tuan Roy. Mulai lusa nanti, Nyonya ambil cuti selama tiga bulan ke depan. Jadi pekerjaan beliau tidak banyak karena pengganti untuk sementara waktu sudah terjun membantu ke cabang utama Club."
Roy, Roy, dan selalu Roy.
Seberapa penting pria itu bagi sosok Chou Tzuyu dan putrinya? Berpikir bahwa dirinya tersakiti saat ini, pun bukanlah kebenaran, karena pada dasarnya, dia lebih dulu menorehkan luka pada Chou Tzuyu saat masih remaja. Kesalahannya terlampau fatal hingga terkadang dia merasa malu harus berhadapan lagi dengan Chou Tzuyu.
Namun Jeon Jungkook pandai menutupi rasa malunya.
Hubungan lekat antara Roy dan Chou Tzuyu bukanlah kabar baru, melainkan kabar lama yang sudah dibicarakan banyak orang.
Orang-orang tahu jika Roy adalah penyelamat sekaligus dermawan seorang Madam Yu, dan sebagai balas budi atas kebaikan besar Roy. Maka Madam Yu berdedikasi untuk terus membantu Roy menjalankan bisnis.
Pria tampan lemah lembut disandingkan dengan perempuan sombong dan angkuh. Pasangan ini terdengar serasi, ya? Lalu dia bukanlah siapa-siapa, hanya bayangan masa lalu yang tiba-tiba muncul ke masa depan.
Jeon Jungkook pamit pada Ellie dan pulang ke rumahnya. Tidak ada mood atau tenaga untuk datang berkunjung ke rumah sakit. Ia menelfon sang Ayah terlebih dahulu dan memberi kabar mengecewakan ini. Hatinya sesak bagaikan ditekan sebuah batu besar.
Seharusnya dia sadar akan posisi, tetapi manusia sering kali tamak dan egois jika berkaitan dengan hati dan perasaan. Cinta tidak pernah memaksa. Namun dia ingin memaksakan cintanya kepada perempuan yang dulu pernah dia buang setelah dia gunakan sesuka hati.
Menyesali masa lalu tidak akan membuat kita bisa kembali ke masa tersebut untuk merubah segalanya. Terpenting, Jeon Jungkook jangan sampai lengah di tengah jalan. Tekadnya selama bertahun-tahun harus bertahan hingga akhir. Game dengan tujuan memperebutkan satu perempuan baru saja dimulai, jalan masih terlalu panjang untuk diakhiri begitu cepat.
Jeon Jungkook berbelok ke taman kota yang sepi sekali, hanya ada sekitar dua sampai lima orang. Kakinya melangkah ke pohon besar yang berdiri di paling tengah. Di dekatnya ada kursi putih kosong, dia duduk di sana. Sendirian dengan perasaan tenang adalah cara terbaik ketika ingin menurunkan kesedihan hati.
Dia tersadar mengapa Chou Tzuyu sangat suka melihat bunga saat sedih, karena keindahan bunga dan pemandangan asri tumbuhan lebih ampuh digunakan sebagai obat penetral hati yang berkecamuk oleh berbagai emosi.
"Suatu saat, aku pasti akan mendapatkanmu, hatimu, dan putri kita."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top