MIHP - 15

Sengaja aku tahan sampai sekarang update-nya, aku tambahin 2 chapter lagi hehe. Soalnya habis ini mau hiatus sampai awal april. Harus persiapan PTS dan Ujian Praktek. Mohon doa nya semoga ujian aku lancar dan dapat nilai baik, aamiin.

Oh iya, yang juga pembaca Mafycho, mungkin resmi up di mangatoon juga mundur.

Enjoy💜

-

Usai pintu kamar tertutup, perempuan didekat pintu berbalik badan. Melemparkan tatapan permusuhan ke pria tinggi dibalut setelan formal di hadapan. Ia mendesis tajam, "Kau sengaja, kan?"

Alegra mengangkat kedua bahu dengan ekspresi acuh tak acuh seolah dia datang bukan secara paksa, namun atas perintah orang lain. Tanpa meminta izin, dia duduk di tepi ranjang penuh oleh aroma wangi bunga mawar. Harum wangi ini sama persis seperti aroma pada tubuh Madam Yu.

"Tuah Muda," panggilan diikuti helaan nafas panjang terdengar jelas, "Anda tahu saya akan menikahi pria lain. Lebih baik, menyerah saja. Usaha anda hanyalah sia-sia." Lanjutnya.

"Jika aku menginginkan sesuatu, maka aku harus mendapatkannya dengan cara apapun, baik itu cara baik-baik atau kotor. Aku tidak masalah apabila menggunakan salah satu dari dua cara tersebut. Tapi melihat kau terlalu ingin mengusir aku pergi, agaknya cara kedua adalah jalan terakhir yang perlu aku tempuh."

"Dengan segala hormat saya, mohon cari perempuan lain. Masih banyak perempuan-perempuan cantik dan suci di luaran sana yang bahkan lebih baik dari pada saya. Anda punya segalanya, pastinya semua perempuan itu tidak akan menolak anda."

"Untuk kali ini, aku setuju oleh kata-katamu. Tapi .... " Ale bangkit dari tepi ranjang. Berdiri dengan senyuman miring andalan, paras indahnya yang berhasil mencuri jutaan hati perempuan kini tengah menebar pesona secara sempurna.

Sepasang kaki panjang berjalan mendekat ke arah pintu, sontak saja Chou Tzuyu beringsut ke samping. Menghindari pelukan mendadak dari si mesum penggoda itu.

"Madam, kau bukanlah kucing, tapi kenapa begitu takut ketika aku ingin memeluk sebentar saja?" Ale bertanya sendu bersamaan suara lirih mengalun rendah dan dalam.

Ekspresi jijik terpampang jelas pada paras cantik Chou Tzuyu. Tidak repot-repot menutupinya sama sekali. "Karena aku bukan kucing! Aku manusia!"

"Tidak seru, Madam Yu jangan terlalu jujur. Ikutilah permainanku sebentar."

"Tidak berminat! Aku hanya ingin berkata bahwa aku akan menjadi istri pria lain, jadi berhenti mengejarku dan jangan pernah lagi menaruh mata-mata untuk mengawasi aku!"

Kedua tangan Ale terangkat, manik mata abu-abu pria itu berkilat main-main. Dari dulu hingga sekarang, belum ada seorang pun yang berhasil menundukkan sifat keras kepala seorang Alegra Wilson Brain.

Tentu saja, Chou Tzuyu juga tidak memenuhi kualifikasi untuk bisa meredakan sifat keras kepala Alegra. Namun setidaknya, dia berhasil mendorong mundur Ale ketika waktu genting tiba. Seperti saat ini, apabila mereka berdua terus berlanjut untuk berdebat, takutnya Chou Tzuyu berakhir buruk.

Ale dan Chou Tzuyu bertukar beberapa patah kata yang mana sering menghadirkan kejengkelan pada pihak si perempuan.

"Aku pamit dulu. Lain hari jika ada waktu, aku berjanji untuk mampir dan bertemu putri cantikmu. Dia benar-benar lucu dan manis, berbeda sekali dengan Ibunya yang lebih galak dari seekor singa betina hutan!"

"Kau—!" Apabila kemarahan Chou Tzuyu boleh di ibaratkan, maka penggambaran yang cocok baginya saat ini adalah manusia berkepala asap panas. Emosinya selalu naik seketika andai bertemu Ale.

Sedangkan Ale hanya tersenyum tampan kemudian keluar dari ruangan kamar pribadi beraroma harum mawar tersebut. Sedikit keengganan tampak jelas dari sorot binar mata abunya.

Tepat ketika berdiri diluar pintu dan Chou Tzuyu masih berada di dalam, sekedar ingin meredakan emosi dahulu sebelum keluar. Lirikan mata tajam Ale jatuh ke Sally yang sudah selesai makan.

Berhubung anak perempuan di kursi sudah selesai dan tidak berbuat apa-apa, maka dia membalas tatapan Ale.

"Ada apa?" Sally bingung ditatap terus menerus seolah dia ini adalah pencuri yang berhasil kabur sesudah mencuri uang sebesar ratusan jutaan dollar.

"Tidak ada gadis kecil. Aku pergi dulu, makan yang banyak supaya kau cepat besar. Siapa tahu kita cocok, aku bisa menjadi suamimu kelak."

Bertepatan kalimat selesai terlontarkan, suara bedebum keras terdengar dari arah belakang. Chou Tzuyu baru saja membanting pintu marah begitu mendengar ucapan melantur Alegra.

"Mama?" Kepala Sally sedikit miring demi melihat tubuh sang Mama yang tertutup oleh tubuh besar tinggi Ale. "Kenapa membanting pintu?" Mata besarnya berkedip lugu. Dia belum tahu status asli atau arti sebenarnya dari hubungan suami istri. Jadi dia tidak semarah Chou Tzuyu.

"Tuan Wilson Brain, silahkan keluar!" Sentak Chou Tzuyu, abai terhadap kalimat sang putri.

"Baiklah! Aku pulang dulu, sampai jumpa gadis kecil!"

"Sampai jumpa Ale, jangan lupa bawakan aku boneka jika datang lagi kemari. Mama pasti senang karena ada teman berkunjung ke rumah, selama ini selain Papa Roy, Joe, dan Bibi Elsa, tidak ada yang datang berkunjung."

Mengedipkan sebelah mata, Ale menyempatkan untuk membelai puncak kepala Sally yang terasa amat halus seolah sedang mengusap kepala kucing. "Aku belikan banyak boneka dan besok siang pengawalku akan mengantar semuanya."

"Serius?!"

"Tentu, seorang Ale tidak pernah berbohong," saat berkata, pria ini sengaja menoleh ke Chou Tzuyu yang setia melotot marah padanya. Harus bagaimana lagi supaya Madam cantik itu peka? Dia sedang melempar petunjuk jika dia sudah berjanji akan memberi atau merampas, maka dia serius dan bersikeras memenuhi janjinya. Entah itu pada diri sendiri atau pada orang lain.

***

Fero bersama pengasuh paruh baya masuk ke toko khusus alat tulis yang lumayan terkenal di kota. Sebagai murid pindahan, dia perlu banyak buku baru untuk dijadikan sebagai buku catatan dan buku tugas. Persediaan di rumah sudah habis belum lama ini, awalnya dia ingin pergi bersama Roy.

Tetapi karena Roy sibuk dengan persiapan pernikahan, alhasil Fero harus rela pergi bersama pengasuh.

"Selamat datang, Nona dan Tuan kecil. Silahkan masuk ke dalam, jika anda kesulitan mencari sesuatu, tolong katakan kepada saya."

Sambutan ramah penjaga pintu terdengar sampai ke bagian tengah toko—tempat dimana Fero dan pengasuh sedang memasukan beberapa pack buku ke keranjang merah. Lalu bergeser ke kiri, berganti memasukan lima lusin bolpoin serta pensil kayu.

Kepala kecil Fero menoleh ke arah pintu sebentar, lalu kembali memilah bermacam jenis pensil warna. Dia belum sadar pada awalnya, baru ketika selang lima detik, anak laki-laki itu langsung kembali menoleh ke arah pintu. Betapa terkejut dia saat melihat Januar datang bersama seorang perempuan remaja berusia lima belas tahunan mungkin?

Fitur wajahnya tidak menunjukkan bahwa perempuan tersebut adalah penduduk asli sini. Melainkan penduduk asli benua Asia. Setahunya Januar adalah campuran US-Indonesia. Seharusnya perempuan remaja di sana adalah keturunan darah Indonesia.

Alia berterima kasih karena telah diberi tahu bagian-bagian dari penyimpanan berbagai macam jenis alat tulis sekolah bagi anak kecil sampai anak kuliahan. Ia berkunjung ke US atas perintah Nenek, berhubung sekolah sedang liburan. Maka Alia setuju.

Kini dia sedang mengawal Januar mencari alat tulis baru, adik sepupunya bilang barang-barang di rumah semuanya sudah lama sedangkan teman-teman sekelasnya masing-masing punya buku dan alat tulis baru.

Normal untuk anak-anak ketika tertarik dengan benda bagus milik teman-temannya dan ingin ikut membeli.

Fero baru saja selesai membeli barang-barang penting yang wajib dia bawa ke sekolah. Tanpa sengaja keduanya berpapasan tatkala Januar ingin pergi ke rak berisi pensil warna dan krayon. Dua anak laki-laki itu saling melempar tatapan seolah musuh bebuyutan.

Berbeda dari Alia dan pengasuh yang justru bertukar salam sapa sebentar. Berasal dari Indonesia dan punya budaya ramah-tamah kepada orang yang lebih tua membuat Alia bisa akrab dengan pengasuh dalam sekejap serta bertukar beberapa kalimat seru. Setelahnya saling berpamitan.

"Januar, kamu musuhan sama anak laki-laki tadi?" Alia bertanya lewat bahasa Indonesia—sambil mengambil tiga merk pensil warna dari susunan rak paling atas.

Januar menyilangkan kedua tangan di depan dada, "Dia anak yang menjengkelkan, Januar benci. Dia juga mencuri perhatian Sally dariku."

Mau tak mau Alia tertawa. Memang siapa yang tidak tahu arti nama Sally bagi seorang Januar? Seluruh anggota keluarga hampir tahu bahwa Januar sedang cinta monyet dengan anak perempuan sekelas yang bernama Sally. Alia saja terheran-heran, anak kecil jaman sekarang belum lulus sekolah dasar sudah mau memulai kisah romansa.

Dia saja yang sebentar lagi lulus sekolah menengah pertama, belum pernah sekali pun berhubungan romansa atau jatuh cinta pada lawan jenis. Mungkin karena terlalu sibuk belajar dan jarang berinteraksi bersama para pemuda.

"Ternyata karena calon adik ipar, wah, apakah kalian berdua bisa dibilang rival saat ini?"

Januar langsung berkacak pinggang, membusungkan dada dengan gaya sombong tapi tetap percaya diri dan optimis, "Aku bukan rivalnya karena Sally pasti lebih pilih aku!"

"Kenapa begitu? Kan kalian berdua bukan sepasang kekasih, nggak ada alasan kuat biar Sally milih sepupu kecil Kakak ini."

"Kak Lia, lihat wajahku," Januar sengaja mengangkat wajah tampannya tinggi-tinggi, berniat pamer. "Nenek bilang aku anak laki-laki paling tampan, tau! Sedangkan si Fero itu jelek."

Astaga, bocah ini. Semua Nenek juga pasti berkata cucu laki-lakinya paling hebat dan paling tampan, memang kalau tidak memuji cucunya sendiri, mau memuji cucu siapa? Cucu presiden, begitu?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top