MELODY

Mengenal Kang Taehyun adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan, apalagi jatuh cinta pada pria yang tak pernah peka terhadap sekitarnya. Dia hidup seperti di planet ciptaannya sendiri. Mengurung diri dalam sebuah kehidupan yang sangat membosankan, garis bawahi ini adalah pendapatku.

Pria dengan tinggi 175 cm itu meneguk sodanya, kembali mengarahkan pupil matanya yang mungkin sudah lelah karena terlalu lama membaca. Aku menggeleng heran melihat tingkahnya yang kelewat kalem itu. Kadang dia juga kepedean, savage bahkan sangat menawan di saat bersamaan. Herannya, aku adalah satu diantara ribuan wanita yang jatuh hati dengannya.

Lagi-lagi ia meneguk sodanya, melupakanku yang sejak tadi memerhatikannya.

Aku dan Taehyun hanyalah teman partner dalam sebuah projek menyanyi, Taehyun dan aku dipasangkan dalam acara Showcase yang diadakan oleh sekolah. Setiap 3 bulan sekali, sekolah ini akan mengadakan evaluasi terhadap murid di jurusan music, tari, bahkan menyanyi dengan hasil penilaian berdasarkan penjurian. Nanti hasil penilaian ini akan membantu proses murid-murid berprestasi untuk memasuki dunia entertaint korea.

Sebenarnya aku sangat senang dengan hal ini,sebab ada banyak hati yang iri dengan posisiku mengingat Taehyun adalah siswa paling terkenal di sekolah ini, belum lagi ia termasuk dalam trainee dari salah satu agency korea. Tak ayal bukan jika showcase kali ini akan jadi tolak ukur keberhasilannya untuk debut.

Dan aku? Jangankan dilirik olehnya, sedari tadi aku hanya bisa menghela napas memandangi wajahnya yang tampan itu.

"Apa kau betah memandangiku sebegitu lama?" celetuknya sadar jika aku memandanginya.

"Siapa yang tak betah, kau kan tampan." Balasku, langsung membuatnya terkekeh. Ia menutup bukunya, melipat tangan di depan dada sembari memandangiku.

"Apa itu ada hubungannya dengan duet kita?"

Kita? Wah, mendengar kata itu seperti baru saja aku dilempari bunga. Terdengar manis, dan sangat indah. Abaikan perasaan berlebihan ini. Aku memang begini pada dasarnya, tanya saja lawan bicaraku ini.

Hingga hari ini, aku bersyukur sekali Tuhan berpihak padaku. Mengingat hari pertama kami bertemu tak terasa membuat lengkungan senyumku mengembang, Taehyun mengibaskan tangannya.

"Khalayanmu itu pasti tinggi sekali, sampai kau tersenyum begitu lebarnya."

"Enak saja, aku tidak mengkhayal." Elakku, namun ia malah tertawa sambil mengelus kepalaku, membuat pipiku memanas.

Sebegitu mudahnya orang jatuh cinta sepertiku ini terbawa perasaan karena hal ini.

"Kau tau? Dalam beberapa minggu ini mengenalmu, aku sedikit mengubah kebiasaanku agar bisa menyesuaikan diri dengan karakter pianistku ini." Aku mendengarkan ucapannya dengan seksama, tak luput juga memerhatikan ekspresi manisnya saat mengingat betapa petakilannya sikapku. Keras kepalanya aku serta kebodohan yang ku buat saat kami latihan. Aku terkekeh, dia baru saja seperti tengah memamerkan keahliannya menilai sikapku selama kami kenal.

"Aku mengubah aturan yang ku tetapkan dalam hidupku, setelah mengenal kamu. Aku bahkan melanggar hal yang ku anggap aneh selama ini karena kamu. Mungkin terdengar klise, tapi setelah menjalani latihan dan mengenal karaktermu yang aktif, ceroboh, petakilan, suka menggoda."

Otomatis aku menyela mendengar kata-kata terakhirnya itu, "Hei aku gak gitu! Kamu mengada-ngada." Taehyun terkekeh, ingin menimpali ucapanku namun ku potong dengan telunjukku yang menutup mulutnya. Tubuhku sudah condong menghadap tubuhnya yang jelas saja, aksiku ini sebentar lagi akan menuai komentar netizen maha nyerocos.

"Gak usah ngomong, aku gak enak dengarnya."

Taehyun bangkit, membuat aku mengerucutkan bibirku kesal, sikap dinginnya kambuh, baru juga mau baper karena kata-katanya itu. Udah di jatuhin sedalam-dalamnya oleh Taehyun sialan ini. Ia menarik lenganku menyebabkan paha besarku menabrak meja.

"Nariknya santai dongini kebentur astaga" ucapku kesal. Taehyun dengan polos berjalan meninggalkanku, membuat jiwaku membara. Terpaksa aku mengikutinya dengan kaki tertatih menuju ruang latihan kami yang sudah selesai di gunakan dari kelompok lain.

Ransel yang ku bawa melorot, membuat beberapa buku yang ku pegang jatuh.

"Sial sekali, manusia kurang peka itu udah sampai duluan." Celetukku sambil membereskan buku-buku itu dan memasukkannya ke dalam tas. Menambah berat tasku mencapai tingkat maksimal.

"Makin pendek ini badan kalau bawa buku sebanyak ini."

Setelah sampai diruang latihan aku segera menyambar bangku di bawah piano dan menaruh tas di samping bangku. Namun kejanggalan terjadi saat aku menatap deretan tuts piano itu. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk not balok itu membuatku terkejut. Juga kehadiran sosok Taehyun dari belakang tubuhku. Menyerobot mengambil kalung itu. Sayang, aksinya itu membuat jantungku berdegup tak karuan. Wajahnya berada di dekat kepalaku, sedikit saja aku menoleh maka akan sangat fatal bagiku.

"Kau ini kenapa? itu kalung untukmu." bisiknya, menyibak rambutku, kemudian memasang kalung itu di leherku.

"Kau tau, aku suka sekali dengan permainan pianomu. Ucapnya membuat jantungku ingin meloncat dari sarangnya, gigiku gemertak menggigit bibir bawah kuat-kuat. Suara Taehyun yang pelan menyapu gendang telingaku.

Terlalu singkat memang, tapi aku menyukaimu. Ucapnya lagi, aku berbalik spontan. Ia tersenyum masih dengan posisinya, namun memberi jarak antara wajah kami.

Kenapa?

Kau bodoh apa memang terlalu bodoh? Aku menyukaimu sejak kita latihan pertama kali.

Aku diam, Taehyun berdiri di dekat piano, menekan tuts terakhir. Lalu menekan yang selanjutnya hingga sampai di tuts tempat jariku berada.

Terkadang ada aturan dalam kehidupan yang harus kita langgar. Ia menoleh.

Seperti? tanyaku menekan tuts piano.

Seperti jatuh hati pada orang yang tak pernah kita sangka.

Otomatis aku terdiam, Taehyun menggenggam tanganku erat. Ia mengangguk pelan menandakan keseriusan dari ucapannya. Aku serius, aku suka kamu.

Semua terjadi begitu saja, mengalir seperti melodi yang kumainkan. Seperti alunan nada yang Taehyun nyanyikan, terus mengalun menuju puncaknya. Dan aku menjadi orang beruntung yang mengenalnya, juga memilikinya.

Aku menunduk memandang liontin dengan berlian di bagian notnya, lalu tersenyum memandangi Taehyun yang sudah menyiapkan micnya.

Percayalah, keajaiban Tuhan itu tidak pernah kebohongan belaka. Mereka yang percaya akan merasakn hal itu. Jadi, sekarang yakinlah akan hal itu.

tbc

percayalah aku lagi gabut tingkat dewa. Lagi patah semangat tingkat akut. Berasa gimana gitu...wkwkwkwkwk

okelah sekian cuap singkat diriku. Byeee kechupp manjaahh buat yang baca hihi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top