DELAY

Setelah mencuci muka, aku segera menuju kasur yang kini terlihat menggoda. Namun suara ketukan jendela di dekat balkon membuatku terjingkat kaget. Berjalan perlahan menuju jendela dan segera membuka hordennya. Sosok tinggi jangkung dengan senyum lebarnya melambaikan tangan sambil menenteng satu box ayam goreng kesukaan kami.

Yeonjun, ia masuk seenaknya melewati pintu balkon dan langsung duduk di lantai beralaskan karpet kesayanganku. Ia mengeluarkan cola dan sebox ayam. Sedangkan aku hanya menatap ayam itu penuh antusias, sayang pikiran rancu meneriakiku agar menahan hasrat , 'baru sikat gigi ntar sikat gigi lagi.' Aku menggeleng lemah, melihat Yeonjun menawarkan sepotong paha ayam dengan dilumuri saus Samyang kesukaanku, sialan!

"Ntar sikat gigi lagi." Ucapnya menyodorkan ayam itu.

"Hemat odol." Jawabku membuatnya cekikikan, lalu menggigit ayam itu dengan lahapnya, menyisakan saus di sudut bibirnya yang sexy itu. Aku meneguk saliva, Yeonjun semakin gencar menggodaku dengan ayamnya.

"Ntar aku beliin sama pabrik odolnya," lagi-lagi ia terkekeh melihat aku mencebik kesal. Kakiku dengan tega menendang tulang keringnya, hingga ia mengaduh kesakitan, belum lagi ayam di tangannya terbang ke karpet kesayanganku.

"Yah kena karpetnya. Yeonjun, bersihin gak! Aku marah loh sama kamu!" Pria itu menatapku heran, lalu mengambil tisu dan membersihkan bekas ayam itu. Ia menarik tanganku agar duduk didekatnya, lalu menggeser box ayam serta botol cola.

"Kamu suka ayam, kan? Chiken Lover, mana tahan!" Kekeh Yeonjun , aku bersidekap menatap ayam yang kemerahan karena sudah di lumuri saus Samyang. Astaga, ini menggoda sekali batinku. Melihat cabai yang mulai meleleh. Yeonjun tersenyum penuh kemenangan saat aku dengan lahap mengambil satu potong ayam.

"Nah gitu dong," ia ikut melahap lagi, sesekali melirik kearahku yang menikmati makanannya.

"Kamu kenapa malam-malam begini kesini? Mau terciduk sama ayah?" tanyaku, Yeonjun meneguk colanya. "Kangen kamu." Ucapnya, kembali meneguk cola. Yeonjun mendesis ketika suara ketukan pintu mengangguk aksinya. Ia segera menutup box ayamnya, dan berlari kea rah samping kasurku sekedar bersembunyi.

Tak lupa aku menendang botol cola itu kesembarang arah. Lalu berlari kecil menuju pintu, menampilkan Mama yang tengah membawakan sesuatu untukku.

"Mama, ini apa?" tanyaku saat menyambut benda itu. Mama menuntunku menuju bibir kasur. Aku melirik sedikit kearah Yeonjun yang tiarap. Mama sudah duduk manis di sampingku, beliau menggenggam tanganku erat.

"Besok calon tunangan kamu bakalan ke sini." Aku tersedak air liurku sendiri ketika mendengarnya, belum lagi kehadiranku kekasihku, Yeonjun yang saat ini bersembunyi. Apa kabar dengan hatinya?

"Mama serius mau jodohin aku? Mah, aku bisa cari sendiri." Ucapku berusaha mengelak keinginan mama, namun yang kudapat tatapan penuh harap dari mama.

"Kamu gak bisa selamanya percaya sama pria yang kamu harapin, mereka hanya bisa buat kamu menunggu. Hati kamu tidak selapang itu untuk bersabar menanti." Tatapanku tertuju kebelakang mama, tepat di mana Yeonjun tengah menunduk lemas, ia berani memunculkan diri karena Mama masih tak menyadari.

"Aku percaya sama dia, tapi untuk menerima seseorang yang baru, itu perlu waktu. Jatuh cinta gak segampang itu, Ma." Mama mengelus punggung tanganku, kini ia beralih mengelus wajahku yang memelas padanya. "Jika dia, pria yang kamu sayang itu datang sebelum calon tunangan kamu datang, Mama sama Ayah bakalan restuin kalian," aku membulatkan mataku. Mama langsung pergi begitu saja, sedangkan Yeonjun sudah berdiri menatap arlojinya.

"Ku pikir, ini terlalu rumit. Apa bisa aku datang sebelum calon tunangan kamu datang." Kini ia yang gelisah, aku tahu Yeonjun ada jadwal ke luar negeri dalam beberapa hari ini, urusan bisnis katanya. Dan bertepatan dengan itu, pria yang melamarku akan datang di saat ia masih di luar negeri.

"Percaya sama aku. Aku gak bakalan buat dia milikin kamu."

Setelah kata terakhir yang Yeonjun ucapkan hari itu membuatku semakin tidak karuan untuk melakukan aktivitas, bahkan sekedar menulis naskah novel yang ku projectkan sama sekali tak membuahkan satu katapun.

Yeonjun tak memberi kabar apapun padaku.

"Apa dia bisa menepati janjinya?" gumamku di depan layar computer yang terus menampilkan lembar kerja Word. Tak bisa ku pungkiri, pria yang ayah dan mamaku puja puji setiap makan itu membuatku semakin gelisah. Mereka berdua seakan sekongkol untuk menolak hubunganku dengan Yeonjun, bahkan dengan tega menyuruhku untuk berkencan dengannya. Untungnya, saat itu aku terselamatkan dengan panggilan dari penerbit yang mengontrakku. Mereka ingin membicarakan project baruku itu. Pria itu dengan sok bijaknya ingin mengantarkanku ke kantor, jelas saja aku menolak mentah-mentah tawarannya itu. Aku tahu, dia tengah cari perhatian pada ayah dan mama.

Trriiingggg

Bertepatan dengan itu, mama membuka pintu kamarku lalu berkacak pinggang. "Mau ikut Mama gak? Beli baju , calon tunangan kamu mau datang besok."

Sepersekian detik aku memegang telpon yang terus berdering dari Yeonjun, namun Mama terus berceloteh, membuatku harus menutup telpon Yeonjun dan memilih mendengarkan ucapan Mama kalau pria sialan itu akan melamarku besok. Benar-benar menyebalkan pria itu! Dan Yeonjun juga!

"Malah melamun! Pria yang kamu sayang itu pasti gak bisa datang, kan? Mana ada pria yang bisa menepati janjinya! Omong kosong! Memberi harapan, di depan mata kamu ada pria yang siap meminang kamu! Tapi kamu begini, haduh!" Mama kembali berceloteh dengan pedasnya di depanku yang sudah memutar kursi menutup aplikasi word dan menelungkupkan wajah di meja. Malas mendengar khutbah Mama yang panjang kali lebar itu.

"Mau ikut gak?" tanya Mama sekali lagi, aku menggeleng dengan cepat.

Bunyi bedegum pintu membuatku bangun bergegas menelpon balik Yeonjun, dan untungnya pria itu merespon panggilanku dengan cepat.

"Kenapa dimatiin?" aku terkekeh, "tadi ada Mama, beliau bilang pria itu bakalan datang besok! Kamu kapan bisa datang? Aku gak mau nikah sama orang itu, kenal aja enggak!" dumelku, sambil memainkan pulpen di tangan. Kali ini pria di seberang telpon itu yang terdengar mendesah berat, dan aku yakin Yeonjun tengah tertekan dengan keadaan ini. Sebenarnya bukan aku memaksa dia, tapi aku sudah berharap besar pria itu datang hari ini, paling tidak sebelum pria itu datang.

"Kamu percaya Tuhan?" tanyanya, keningku berkerut mendengarnya.

"Tentu saja!"

"Percaya sama Tuhan, kalau kamu dan aku memang sudah jadi bagian takdir-Nya. Kamu gak perlu khawatir." Nasihatnya, pipiku bersemu. Yeonjun memang ahli membuat debaran jantungku seperti ini. Tapi, bagaimana bisa ia sesantai ini sedangkan aku seperti perawan kehilangan segelnya karena gelisah!

"Tapi..." elakku, yang disela langsung oleh Yeonjun,

"Tuhan lebih tau, siapa tau aku saat ini ada di belakang kamu!"

Aku ingin menertawainya, yang benar saja! Mana mungkin pria itu datang secepat itu, dipikir balik luar negeri ke Korea itu seperti berkedip!

"Mana mungkin, kamukan masih lama di sana!" dumelku, menelungkupkan kepala.

"Siapa bilang?" bisikan halus serta usapan lembut di kepalaku saat ini membuatku terperanjat kaget. Tubuhku otomatis berbalik melihat siapa yang berani menyentuh kepalaku.

"Yeonjun!" pria itu menyambut pelukanku dengan riangnya.

"Bagaimana bisa?" tanyaku melepaskan pelukan kami. Ia hanya tersenyum hingga matanya menghilang karena terlalu sipit.

"Sudah ku bilang, kamu dan aku itu sudah jadi takdir-Nya." Pria itu tertawa melihat wajahku yang memerah karena malu. Selanjutnya ia membisikkan sesuatu, yang membuatku berteriak gembira.

"Will you marry me?"

"Mama....dia udah lamar aku. Bilangin ke pria sialan itu!!!" teriakku, memeluk Yeonjun.

"Makanya kalau di telpon itu diangkat, gak tahu kabarnya kan, kalau aku itu gak jadi berangkat." Ucapnya mencubit pipiku gemas.

"Mana aku tahu. Aku gak perduli, yang penting kamu udah ada di sini," ucapku.

"Jadi? Yes or Yes?" tanya Yeonjun.

TBC

Hai-hai semua....selamat pagi, selamat beraktivitas. Hari ini aku bawa anak aku Yeonjun wkwkwkwk. Lagi mandek banget sama ide, ada yang bisa kasih ide? Atau mau request? Atau ada yang mau curhat? Biar aku dapat ide nulis, tenang pasti bakalan di balas kok. Aku suka dengerin orang curhat juga kok hehe

Boleh pesan di wp, boleh juga chat pakai nomor ini hihi

087885882686 - WA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top