Final Destination [ END ]
TWO SIDES CHAPTER V
Warning:
1.Ff ini mengandung unsur kekerasan
2.Typo Bertebaran
=========--------=========
Shownu memekik kuat ketika Wonho mengacungkan pistol hitam yang terpacu menuju tepat membidik kearah dirinya.
Shownu ingin merebut paksa benda berbahaya tersebut namun ia seakan kaku dan tak mampu berkutik saat melempar pandangan kearah Kihyun yang tampak mati ketakutan.
Suasana semakin bertambah tegang tatkala Wonho bermain-main dengan senjata api yang ia pegang dan mempertontonkan sisi wajah iblisnya yang seolah bersedih.
Tatapan mata Wonho benar-benar kelam dan kosong,hatinya yang porak poranda tak bisa disembuhkan kembali dan benar-benar hancur rata dengan tanah bagai diterpa angin yang berhembus sangat dahsyat dan kencang.
"Wonho hyung.."
Langkah Kihyun hendak berjalan kearah Wonho namun derap kakinya berhenti ketika Shownu menahannya untuk tetap diam ditempat.
Kihyun melempar pandangan getirnya saat melihat tangan Shownu yang memerintahkan dirinya untuk tak beranjak sedikitpun,Shownu hanya tidak ingin keselamatan Kihyun terancam melihat bagaimana jiwa Wonho yang semakin menjadi-jadi dan bisa saja bertindak nekat tanpa memandang siapa pun termasuk diri Kihyun sendiri.
Kedua mata Wonho memerah,ia menggertakkan rahangnya keras dan menatap tajam diri Shownu yang juga beradu tegang dengannya.
"Yoo Kihyun!!"
Wonho meradang,emosi dilingkup hatinya makin tak terkendali saat melihat tangan Shownu yang begitu lancang menyentuh permukaan kulit kekasihnya.
Lagi dan lagi ia menodongkan pistol itu dengan ekspresi seolah ingin membunuh musuh yang selama ini mengusik dirinya dalam kedamaian.
"Hyung!! Ingatlah dirimu dan sadarlah!!"
Teriak Kihyun sekeras mungkin mencoba untuk menyadarkan Wonho yang telah merasuk dalam buaian ilusi iblis dan sukses menjebloskan hatinya kedalam lubang hitam yang suram.
Kihyun menitihkan air mata memohon untuk diri Wonho agar pria itu mampu melepaskan sisi iblis yang seolah tak mau pergi dari jiwanya.
Shownu memberanikan dirinya kali ini,Ia mengambil kesempatan disaat Wonho lengah dan berjalan mendekati Wonho bermaksud merebut paksa senjata api jenis revolver itu dari tangan Wonho.
Namun ia kalah cepat,Wonho menghindar dengan tanggap dan memundurkan langkahnya kebelakang saat melihat Shownu yang berjalan mendekat dengan langkah yang lamban dan berhati-hati.
Wonho merasa posisinya sedang diancam tatkala mendapati Shownu yang melangkah lebih dekat menuju kearahnya tanpa gentar sedikitpun.
"MAJU SELANGKAH,KAU AKAN MATI!"
Cecar Wonho semena-mena mengacungkan benda berbahaya itu dengan darah yang mendidih.
Pelarian jiwanya yang terus berputar tanpa arah memaksakan sisi iblis itu senantiasa bersemayam dan tetap setia menaungi jiwa kosongnya yang amat suram.
"Kihyun-ah .. menjauh!!"
Peringat Shownu dengan air muka tegang,Kihyun menggeleng keras dan bersikukuh untuk tetap menghampiri Wonho yang telah oleng dari kesadaran yang sepenuhnya.
"Hyung!!!!!!"
Pekik Kihyun lantang disituasi yang kian pelik,Tubuhnya menggigil hebat dan keringat dingin mengalir deras jatuh dipelipisnya.
Keadaan Wonho semakin tak bebas dan tersudutkan ketika Shownu berusaha mendekati dirinya dan dengan emosi yang memburu berulang kali ia peringatkan secara lantang untuk tidak mendekat atau sesuatu yang buruk akan terjadi dalam waktu dekat.
"Kau berani juga ya?? Hahaha"
Wonho memperlihatkan rekahan tawa gusi merah mudanya yang seolah-olah bahagia tanpa sebab.
Ia membasahi bibir atasnya yang setengah kering,pandangannya samar-samar dan semua objek yang ia tangkap mendadak berubah menjadi dua bayangan yang sama namun bergerak secara tak stabil.
"Aku bilang jangan mendekat!!!!!!!"
Pekik Wonho dengan urat-urat leher yang menegang keluar lalu bagai kehilangan kesadaran ia menarik pelatuk pistol itu tanpa berpikir panjang saat melihat Shownu yang menghampiri dirinya untuk selangkah lebih dekat lagi.
DORRRR!!!
Perputaran waktu bagai berhenti seiring dengan bunyi letusan peluru yang dilepaskan.
Nafas seakan tercekat dan mati rasa pada detik yang bersamaan saat tubuh itu ambruk dengan bersimbahnya darah berwarna merah segar nan kental keluar dari dada kanannya.
Kedua mata Wonho melotot hebat,tangannya yang memegang pistol yang sudah kosong akan peluru secara refleks terjatuh melenting diatas lantai hingga menimbulkan bunyi keras yang memekik tajam dari pistol yang jatuh menyapa lantai keramik putih dimana ia berpijak.
Wonho merasakan pening yang menusuk-nusuk tajam tanpa belas kasihan pada sekujur kepalanya dan kedua matanya membelalak syok,tubuhnya gemetar dan akhirnya ia terduduk lemas dilantai dengan air mata yang membendung menunjukkan sebuah penyesalan tentang betapa bodohnya ia.
"YOO KIHYUN!!!!!!!!!!"
Tubuh pria manis itu jatuh tepat dihadapan Shownu yang berteriak histeris saat menyaksikan Kihyun ambruk dengan luka tembak yang tepat mengenai dada kanannya.
Jalan kehidupan yang Kihyun rajut selama ini telah terputus dan ia telah menyerah hingga tak ingin meneruskannya kembali kesempatan untuk hidup yang kedua kalinya.
Kihyun mengganti kematian yang diperuntukkan Wonho kepada Shownu dan rela menukar dirinya karena Kihyun berpikir jika ia lebih pantas untuk menerima takdir kematian yang telah digariskan.
Kihyun lebih memilih untuk mengorbankan dirinya tanpa harus menyebabkan orang yang tak bersalah jatuh karena sebuah kesalahan yang tidak pernah diperbuat.
DEG..
DEG..
DEG..
Kihyun berbaring dilantai dengan tubuh yang mengkujur lemah,ia berusaha keras menghirup ruahan oksigen untuk memberikannya setitik kecil kesempatan agar bisa hidup barang sebentar.
Ia memandang kearah Wonho yang menatap dirinya nanar dan pelupuk mata Kihyun memancarkan kesedihan saat menangkap gambaran diri Wonho yang tersuruk seakan menjauh dari dunia.
Shownu mengangkat pelan dan memangku kepala Kihyun diatas pahanya,ia menunduk dengan isak tangis yang melebur jadi satu dalam rasa yang masih tidak dapat ia percaya.
Tangan Kihyun yang semakin lemah terangkat kearah Wonho bagai ingin menggapai pria itu sebelum dirinya benar-benar pergi dari dunia.
Wonho diam.
Tidak itu bukan diam yang sebenarnya melainkan ia sedang menghukum dirinya untuk jatuh terjun kedalam neraka sebagai ganjaran karena tindakan gegabahnya yang sarat akan dosa.
"Hh.. hh-hyung.."
Suara Kihyun terputus-putus bersamaan dengan nafasnya yang semakin pendek menggantung.
Shownu segera mengambil tindakan cepat untuk menghubungi rumah sakit terdekat tetapi Kihyun mencegah hal itu agar Shownu mengurungkan niatnya.
Kihyun tersenyum tipis mengisyaratkan sebuah kalimat tidak perlu kepada Shownu melalui pantulan matanya yang sendu lalu kembali berusaha menghirup oksigen melalui indera penciumannya yang terasa sulit untuk ia tampung.
Ia memegangi dadanya yang berlumuran akan banyaknya darah dan luka tembak itu tepat menembus dadanya hingga menimbulkan sebuah bolongan timah panas yang dipenuhi akan tumpahan darah.
"Wonho hyung.. A-aku.. baik.. baik.. saja.."
Lirih Kihyun pelan dan masih sempat tersenyum sekuat mungkin disaat lubang akibat tembakan itu semakin terasa amat menyakitkan.
ia meneteskan air matanya dalam sisa paruh terakhir dan tetap dengan setia memandang Wonho ditengah peraduan ajal yang kian memudarkan penglihatannya.
Wonho duduk bersimpuh lemah dengan ekspresi muka kosong bahkan ia tak menghiraukan suara Kihyun yang memanggil namanya untuk terakhir kali.
Ia berkutat pada jiwanya yang dihukum rasa bersalah dan juga depresi yang menimpanya hingga memupuk jiwanya yang semakin terombang-ambing dalam kehampaan.
"Hh.. hh-hyung.."
Pada akhir dari perjalan hidup yang sulit,dipenuhi dengan intrik air mata,dan pancaran semangat tak mau menyerah telah menemukan jalan persinggahan terakhirnya.
Kihyun menutup kedua matanya dan telah pergi tanpa melanjutkan sisa hidupnya yang ia pikir akan bersambung bahagia dan penuh dengan harunya canda tawa.
Shownu duduk menangisi diri Kihyun yang sudah tak bernafas lagi dan menggenggam pergelangan tangan Kihyun yang terjatuh berlumuran darah segar diatas lantai.
Ia tidak percaya jika hari ini akan menjadi pertemuan hari terakhir antara dirinya dan Kihyun.
Sementara Wonho duduk tak beringkuk dengan air muka tercenung,air matanya membendung saat melihat diri Kihyun yang telah tak bernyawa karena perbuatannya sendiri.
Ia semakin tenggelam dalam lautan frustasi dan memandang sosok yang tengah terbaring tanpa nafas kehidupan.
Kihyun tak akan lagi membuka kedua matanya untuk melihat kearah Wonho meskipun pria itu menangis darah meminta waktu diputar mundur kebelakang dan merubah takdir yang ada.
Hati Wonho semakin hancur dan ia memandang jauh pistol yang tadi ia gunakan untuk menghabisi nyawa dari orang yang ia kasihi dengan pantulan mata kosong.
*Satu Tahun Kemudian*
Cahaya sinar matahari merambat dari ventilasi udara didalam ruangan yang gelap.
Lantai semen yang dingin hanya dilapisi dengan tiker berajutkan bilahan rotan sederhana mengalasi lantai yang berpasir akan debu dengan seadanya meskipun tak banyak membantu dalam memberikan kehangatan dikala malam yang bersuhu rendah.
Seorang pria tanpa mengenakan pakaian atasnya nampak berlatih sit up lalu sesekali diselingi dengan push up didalam ruangan yang berluas tiga kali empat meter persegi yang pengap akan udara bebas.
Keringat terjatuh dari ujung pangkal hidung runcingnya ketika pushup yang ia hitung telah mencapai dua puluh lima kali dalam waktu kurang dari satu menit.
Hingga dirasa kedua tangannya tak sanggup lagi menumpu beban berat tubuh kekarnya maka ia pun terjatuh hingga tubuhnya membentur lantai kotor akan sarap debu.
KREK..
Seseorang menyingkap penutup besi dari depan pintu baja dan berhasil membuat aktifitasnya teralihkan sementara.
Seorang pria dewasa usia berkepala empat dengan topi khas kepala inspektur pengawas mengamati dirinya dan sesekali melempar tatapan mata yang tajam.
"Tahanan 205 , seseorang ingin bertemu denganmu"
Ucap pria berwajah sangar itu kemudian namun tak ada hirauan dari si tahanan 205 karena ia tampak tak berminat untuk menemui tamu yang datang berkunjung.
"Aku ingin tidur , besok saja.."
Pria yang berdiri didepan itu kembali menutup penghalang besi yang tadi ia dorong buka.
Sedangkan tahanan 205 tampak duduk bersandar dan meremas rambutnya kuat dengan suara serak yang mencekat frustasi.
"Tuan Shin Wonho dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan tembak mati dan mengakibatkan korban bernama Yoo Kihyun tewas ditempat kejadian . Tidak ada bukti sanggahan dari terdakwa dan ia menyatakan jika dirinya bersalah maka dari itu hakim memutuskan hukuman dua puluh tahun masa tahanan dan denda sebesar satu juta Won"
Ketuk palu dari pengadilan yang dilayangkan oleh jaksa peninggi tepat pada satu tahun silam kembali menghantui pikirannya yang begitu kalut.
Pria yang memakai baju tahanan berwarna biru tua gelap,sedikit bernoda pada bagian leher yang tak berkerah dan pria yang dipanggil si tahanan 205 tidak lain adalah Wonho.
Ia harus menerima hukuman yang dijatuhkan atas kesalahan yang ia perbuat,tetapi bukan itu yang menjadi cambukan atas rasa sedih dihatinya melainkan kini tidak ada lagi sesosok pria manis yang selalu hadir disaat dirinya terpuruk untuk memberikan semangat kecil dengan menunjukkan senyuman lebar yang tulus.
Ditengah sepi yang mengepung,Wonho selalu berlarut dalam sedih yang tak berujung.
Ia menangis dengan isak tangis yang tertahan saat mengingat kembali wajah Kihyun didalam benaknya.
Ia menadahkan kepalanya untuk menjengal ventilasi yang diterangi dengan setitik cahaya kehidupan dari sang mentari,tanpa ia sangka jika hidup didalam jeruji besi akan sepahit ini dan terlebih lagi ia dieksekusi sebuah hukuman berat karena telah membunuh seseorang yang teramat berarti diperjalanan hidupnya.
Tak terasa tangis yang tertahan itu akhirnya menetes keluar,bibirnya bergetar getir karena menahan remuk redam perasaan dihatinya yang semakin hari semakin tertekan.
*Flashback On*
Kedua mata itu menatap lekat seseorang yang tengah memasang wajah seriusnya,kemudian ia menggambarkan sebuah senyuman ketika melihat lawan bicaranya sedang meregangkan jari-jari tangannya hingga menimbulkan bunyi-bunyi keras yang terdengar dari tulang-tulang jari tangannya yang digertakkan.
"Apa yang kau lakukan sekarang?"
Tanya pria itu penasaran dan sang lawan bicara tak memandangnya sedikitpun karena sedang sibuk dengan tuts tuts piano yang akan ia mainkan.
"Wonho hyung , dengarkan aku.."
Ucap pria manis berhidung mancung itu.
Wonho mengangguk pelan mengiyakan perintah yang keluar dari bibir indah itu dan siap untuk mendengarkan sang kekasih yang hendak bermain satu buah lagu dan dipersembahkan spesial teruntuk dirinya.
"Kihyun-ah.. Kau sangat indah.."
Gumam Wonho pelan dan menatap dalam lekukan garis wajah Kihyun yang duduk menyamping dan nampak fokus pada piano tanpa menyadari jika Wonho tengah mengagumi dirinya dalam keheningan.
Kihyun mulai menarik nafasnya dan dia pun mulai memainkan tuts-tuts piano dengan wajah yang sendu.
"So Honey now..
Take me into your loving arm..
Kiss me under the light of a thousand stars..
Place your head on my beating heart..
Im thinking out loud , maybe we found love right where we are.."
Tuts minor adalah tuts terakhir seiring lantunan senandung itu berakhir,instrumen dari piano yang Kihyun mainkan dan nyanyian dari suara indahnya yang terdengar begitu merdu membungkam diri Wonho dalam rasa takjub.
Kihyun menoleh kearah pria itu,ia menyematkan sebuah senyuman hangat kearah Wonho yang terhipnotis akan pesona yang ia miliki.
"Bisakah kita selamanya seperti saat ini? Aku sangat takut akan kehilangan dirimu Kihyun-ah"
Ucap Wonho kemudian seraya meraih lembut pipi Kihyun dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
Kihyun mengangguk yakin jika ia dan Wonho akan selalu bersama sampai maut memisahkan,tak ada yang bisa meruntuhkan dinding cinta mereka.
Kihyun membelai rambut Wonho yang sedikit menutupi dahi pria itu.
Bagai pelita yang menerangi hidupnya dalam kegelapan.
Hati kecil Kihyun telah jatuh telak karena mencintai Wonho,pria yang selalu memperlakukan dirinya dengan begitu istimewa sebelum penyakit mental itu datang menyerang.
"Hyung.. Aku mencintaimu"
Perasaan Wonho tak menentu,ia menundukkan kepalanya dan mengulas sebuah senyuman seakan malu untuk menunjukkan dirinya yang terlihat sangat konyol karena ulah Kihyun.
Kihyun tertawa pelan melihat bagaimana lucunya reaksi yang ia dapat dari Wonho setelah pria manis itu mengatakan sebuah kalimat cinta dengan ekspresi muka serius dan tak main-main.
"Yak.. Aku ingin melihat wajah tampan dari Wonho yang aku kenal.. angkat wajahmu hyung.."
Ejek Kihyun menjahili Wonho dan berhasil membuat Wonho semakin tersenyum lebar dalam wajah yang ia sembunyikan.
"Ohh .. kau tidak mendengarku?!"
Protes Kihyun berpura-pura kesal dan berbalik merajuk membelakangi Wonho.
Dan tanpa Kihyun sadari kini Wonho mengangkat wajah tampannya dan menarik tubuh Kihyun untuk kembali berbalik menghadap dirinya.
Kihyun menelan salivanya bulat-bulat saat Wonho menyematkan deathglare khas dan sungguh Kihyun tak bisa bergerak meskipun hanya untuk satu inchi saja.
"Nado.."
Ucap Wonho singkat lalu menarik dagu lancip itu,menyematkan sebuah ciuman manis sembari memejamkan kedua matanya erat.
Melumat bibir merah mudah nan ranum itu dengan bibir tebalnya.Kihyun terbuai dalam kecupan yang Wonho rajut meskipun semula ia sedikit terkejut akan sikap spontanitas seorang Wonho.
Mereka terhanyut dalam tautan bibir yang mereka salurkan satu demi yang lain,bertukar saliva yang telah menjadi sebuah kegemaran mereka saat beradu lumatan.
Dentingan jam bel yang berbunyi nyaring seolah ikut menemani pertautan bibir yang saling bertautan tanpa hasrat untuk menyudahi.Mereka terbuai untuk waktu yang lama dan saling mengecap bahkan berbagi saliva satu sama lain tanpa jeda sedikitpun.
*Flashback Off*
==
-Dua hari Kemudian-
"Maafkan aku.. maaf.. Maaf.. Kihyun-ah.. Kau bisa dengar aku?"
Racauan dari jiwa yang terguncang kembali memohon sebuah pengampunan,penyesalan yang tak ada ujungnya dan perasaan yang terlalu sibuk menyalahkan diri sendiri berhasil menghukum diri itu dalam kepedihan.
Satu piring nasi putih dan satu mangkuk kecil kimchi sawi putih pedas yang seadanya sudah nampak berlendir disudut ruangan.
Segelas air putih didalam gelas berbahan aluminium pun tampak tak jernih seolah debu-debu dari langit penjara runtuh dan masuk kedalam segelas air itu hingga menimbulkan dedak-dedak berwarna cokelat susu.
Wonho sama sekali tak menyenggol makanan yang disediakan petugas tahanan untuk dirinya,bahkan untuk melihat pun dia rasa enggan karena nafsu makannya telah hilang sejak peristiwa satu tahun lalu.
Tubuhnya terlihat lebih kurus dengan tulang rahang yang semakin cekung membuat tirus dipipinya semakin terlihat.
Kelopak matanya yang terbuka untuk menjengal dunia yang seakan jauh dari gapaian tangannya terlihat layu bagai kelopak mawar yang merunduk mati diterpa oleh badai angin.
"Aku rindu sup ginseng abadon buatanmu Kihyun-ah.."
Lirih Wonho lemah dengan duduk terlungkup menekuk kedua lututnya,ia memeluk tubuh lemahnya dan menjadikan dinding sebagai tumpuan dingin untuknya bersandar.
Ia menangis namun seolah air mata yang ia teteskan telah kering,tidak mungkin Kihyun akan kembali meskipun ia menangis meneteskan darah sekalipun dan memberontak pada Tuhan akan ketidak adilan yang ia terima.
Kejadian satu tahun lalu adalah momok menakutkan yang selalu menghantui dirinya dalam tekanan dan rasa bersalah.
"Kihyun-ah.. Kau ingat lagu ini??"
Wonho benar-benar depresi dan penyakit mental yang ia idap semakin bertambah parah karena sama sekali tak diobati.
Ia berbicara pada bayangan dirinya sendiri yang dipantulkan oleh sinar mentari yang masuk dari tembok beton berlapis semen halus dan bertanya seolah ia tengah melihat Kihyun disana.
"Maybe.. We found love.. Right.. where.. we are.."
Ia bersenandung dengan suara yang terputus-putus,menyanyikan sebait lagu berjudul Thinking out loud dengan kenangan yang terukir pada masa indah yang pernah ia lalui pada kehidupannya.
Wonho menitihkan air matanya dengan isak tangis yang terdengar dari suaranya yang semakin bertambah serak.
Sungguh ia sangat merindukan sosok manis itu,seorang manusia hebat yang ia jadikan penopang hidupnya dikala ia terjatuh dan ketika ia sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
"Maafkan.. Aa..ku.."
Ucap Wonho lagi lalu menadahkan kepalanya keatas dinding langit-langit yang sarat akan kegelapan.
"Arrghh!!!"
Teriak Wonho lantang yang memecah keheningan sepanjang lorong sel tahanan yang lenggang akan kebisingan.
Ia membenturkan kepala belakangnya kedinding tanpa memikirkan luka yang akan ia terima nantinya.
Satu kali
Dua kali
Tiga kali..
Seolah tak jerah ia menyiksa fisiknya sendiri sebagai pelampiasan emosi yang tak terkendali didalam raga kosongnya.
KRAK..
Penutup kecil sel kembali terbuka,sepasang mata mengarahkan penglihatannya dan tertuju pada Wonho yang menghentikan aksi penghukuman diri sendiri dan turut tengah melempar pandangan kearah pintu besi tersebut.
"Tahanan 205 , seseorang ingin menemuimu lagi dan kali ini dia memaksa,Dia berpesan ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadamu"
Ucap sepasang mata sipit itu yang tak lain adalah petugas sipir penjaga sel yang mempunyai perawakan wajah dingin dan tanpa ekspresi.
Wonho beranjak dari duduknya dan berjalan kearah pintu lalu menyetarakan pandangannya untuk balas menatap kearah sepasang mata yang masih melihat dirinya didalam ruangan penjara yang samar akan cahaya penerangan.
"Baiklah.."
Ucap Wonho lalu berjalan mundur beberapa langkah dan meraih kaos tahanan yang ia lempar di atas kasur kapuk tipis beralaskan seprai berwarna putih yang kumal dan lusuh lalu memakainya ketika pintu tahanan dibuka.
==
Keheningan yang menyelubungi,sedikitpun tak ada yang bersedia memulai percakapan.
Hati keras bagai bongkahan karang tak akan bisa diterbelah dua ataupun tiga walaupun dahsyatnya terpaan ombak menerjang.
Sekat pembatas berlapis kaca tebal transparan dengan beberapa titik lubang udara yang sengaja dibuat khusus agar suara yang dikeluarkan dapat terdengar meskipun pembatas garis keras menghalangi.
Batasan antara dunia luar yang bebas dan dunia gelap yang dikepung dalam keterbatasan luar.
Semuanya telah diberikan sebuah garis nyata dan tak seorang pun yang bisa menyalahi aturan yang ditetapkan.
Wonho mengatupkan belahan bibirnya rapat-rapat,namun kedua matanya tak terlepas pada suatu objek yang selalu memaksa meminta untuk bertemu dengannya selama satu tahun panjang yang ia habiskan didalam penjara.
"Lama tidak bertemu.."
Suara berat itu membuka sebuah percakapan yang tak dikehendaki.Wonho tersenyum menyunggingkan kegetiran.Ia terlihat bodoh dan semakin mengutuk dirinya yang begitu pantas dipanggil iblis penghuni neraka yang menyedihkan.
Wonho tak menanggapi kalimat lawan bicaranya,kepalanya tertunduk dan ia tertawa hampa saat melihat betapa miris hidupnya sekarang.
Kedua tangan yang diborgol merupakan sebuah malapetaka yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Wonho-ssi.. Hari ini aku pergi mengunjungi pemakaman Kihyun"
Tutur suara itu lagi yang semakin memojokkan hati Wonho.Ia mencelos saat mendengar nama Kihyun disebutkan,mendadak hati itu beringsut sedih ketika kembali mengingat sosok pria manis yang begitu ia cintai.
"Bagaimana dia.. Apakah.."
Kalimat Wonho terhenti dan air matanya menetes tanpa diperintah.Wonho berusaha mendongakkan kepalanya dan menatap sosok itu yang tak lain adalah Shownu.
Selama satu tahun belakangan ini ia bersikeras ingin menemui Wonho tetapi selama itu pula Wonho selalu menolak dan tak ingin bertatapan muka ataupun berbicara empat mata dengan dirinya.
Dan hari ini Shownu berkunjung kemakam Kihyun,ia selalu membawa sebuket bunga dan menaruhnya diatas nisan bersalipkan nama Yoo Kihyun yang tertancap sejak satu tahun silam.Mengenang pria itu didalam kenangan memori dibenaknya dan menghantarkan doa terbaik untuk Kihyun yang telah bahagia diatas surga.
"Aku merindukan dia"
Ucap Shownu tersenyum pahit dengan pelupuk mata yang membendung.Wonho menghela nafasnya berat dan tertawa hambar ketika mendengar kalimat rindu yang Shownu hulurkan dari mulutnya.
"Kau pikir aku tidak?"
Wonho tertawa renyah namun terasa pedih,Shownu memandang wajah itu dalam rasa iba.Tetapi dia pun tak akan melupakan begitu saja bagaimana kejadian satu tahun yang lalu.
Perputaran film pendek di otak Shownu mengingat benar kejadian pada hari itu.
"Aku.. Ingin membunuhmu.. Aku rela masuk jeruji ini demi menghabisimu.. Aku ingin kau yang mati bukan dia.."
Satu persatu ganjalan hati yang memberatkan diri Wonho ia luapkan,tanpa ia sadari jika kini sisi iblis itu kembali menggerayangi sisi hatinya yang mudah goyang dan berubah haluan bagai menghadap tepat kearah lubang neraka.
"Aku pikir Kihyun akan sangat teramat terpukul jika melihat keadaanmu yang masih belum berubah"
Telak Shownu dari balik pembatas kaca yang mengembun karena aura dingin yang mengitari diri mereka.
Wonho berdiri dan menunjukkan borgol yang mengekang pergelangan tangannya hingga ruang geraknya ikut terbatasi.Ia kembali memecah kesenggangan suasana dengan tawa hambar yang seolah pecah tanpa sebab yang pasti.
"Seharusnya.. Aku benar-benar membunuhmu.. Seharusnya kau tahu posisimu Shownu-ssi.. Jika bukan karena kau,Kihyun pasti masih hidup.. Ara?!!!!"
Suara pelan Wonho perlahan mengeras dengan urat-urat tipis di pelipisnya yang menyembul tegang keluar.Ia masih saja berkutat pada amarah dan dendam hingga tak mampu membuang jauh kejadian pahit yang dahulu terjadi.
Shownu mengangguk tegar,ia pun terkadang menyalahi takdir dan juga dirinya sendiri karena mencintai Kihyun ternyata akan menimbulkan hal tragis yang tak pernah ia bayangkan.
"Kau tahu,setelah kau meninggalkan kami berdua waktu itu.. Kihyun berkata kepadaku jika ia tidak bisa memberikan lebih dari yang aku mau.. Dia.."
Shownu tak sanggup meneruskan kalimat yang terhenti dipangkal ujung lidahnya yang ketir.Wonho pun memalingkan wajahnya demi menahan air mata yang memberati kelopak matanya yang akan segera menetes.
"Kihyun.. Dia sangat memikirkan perasaanmu dan aku iri karena hal itu"
Shownu mencoba kuat tetapi ia kalah karena air matanya jatuh keluar seiring ujung kalimat yang ia sampai kepada Wonho.
Wonho berdiri tanpa mengucapkan satu patah katapun dan membelakangi diri Shownu yang tengah menatap dirinya.Telapak tangannya mengepal bukan sebab amarah tetapi lebih tepatnya karena besarnya rasa sesal yang mengutuk dirinya selama ini.
"Wonho-ssi.."
Panggil Shownu diluar batas dinding kaca hingga membuat langkah Wonho terhenti ditempat.
"Aku tidak akan menemuimu lagi,aku harus melanjutkan hidupku begitupula dengan dirimu.. Aku minta maaf karena mencintai Kihyun,Maaf.. Maafkan aku.."
Ucap Shownu dengan suara yang berat dan air muka yang menorehkan permohonan maaf.
Wonho enggan memutar badannya,ia merasa kaku seolah ribuan anak panah tengah mengarah kencang dan menancap pada seluruh tubuhnya hingga tak mampu berkutik.
Tetapi tidak bisa dibohongi jika luka dihatinya semakin terkuak lebar setelah mendengar kata maaf dari bibir Shownu.
"Simpan permintaan maafmu,aku tak pantas menerimanya"
Ucap Wonho yang tetap memunggungi diri Shownu,ia meneruskan langkahnya yang tertatih dan amat berat.Ia sempat mendaratkan senyuman kosongnya ketika kembali memandangi sepasang borgol terkunci yang mengekang kedua tangannya.
Shownu tak mampu mencegah beranjaknya Wonho dan memilih untuk tidak memanggil nama itu lagi.Ia menyadari meski dunia berakhir dengan kiamat pun tak akan bisa mengubah kenyataan bahwa Kihyun telah pergi selamanya.
Meninggalkan bekas luka dan kenangan sebagai seorang teman lama yang dulu ia cintai bahkan sampai sekarang pun perasaan itu akan tetap sama.
==
Malam hari terasa amat gelap dan mencekam ditambah dengan bebunyian suara rongrongan anjing penjaga diarea gedung tahanan.
Terkadang suara anjing tersebut tak hanya mengonggong namun mengaung dengan rongrong yang bertempo panjang melantunkan nyanyian senandung tengah malam yang mencekam.
Jarum jam yang melekat terpajang diatas tembok dinding tahanan menunjukkan pukul setengah dua pagi dengan dentingan suara yang turut andil menemani gelapnya malam.
Wonho nampak tertidur memejamkan kedua matanya.Namun keringat dingin keluar mengucur dari pelipis dan tak luput jatuh membasahi sarung bantal yang ia gunakan sebagai alas untuk membaringkan kepalanya.
"Wonho Hyung!! Aku disini !! Kau bisa dengar aku?!!"
Dengungan sebuah suara terngiang-ngiang dialam bawah sadar Wonho hingga ia mengigau dalam tidurnya.
Nafasnya memburu cepat dengan kedua mata yang terpejam tetapi kedua tangannya terus memproduksi mengeluarkan keringat dingin sembari meremas seprai diambang tak sadar.
"HYUNG!! Jangan sakiti aku!!!"
Wonho semakin menggelengkan kepalanya cepat tanpa sadar,ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat dan air mata mengalir secara tiba-tiba dikala kedua matanya tertutup rapat.
"Hyung.. Aku mencintaimu.."
Suara itu semakin melemah dan menjauh,Tangan kanan Wonho menggapai langit-langit atap yang kelam seolah tengah meraih sesuatu yang sangat sulit ia gapai.
"Wonho Hyung.. "
Nafas Wonho tercekat berhenti ditengah batang tenggorokan.Suara itu semakin beranjak jauh ketika halusinasinya ingin menghampiri.
"YOO KIHYUN!!!!!!"
Wonho berteriak lantang dan sentak terbangun duduk diatas kasur yang sudah reot.Kedua matanya membelalak dengan nafas yang tak beraturan dan menahan aura panas yang menyelimuti dirinya.
Tubuh Wonho gemetar dan untuk meraih selimut pun ia tak kuasa karena dirasa begitu lemah.Ia beringkuk secara tiba-tiba lalu menekuk kedua lututnya dan menyeka keringat yang membasahi dahinya dengan tangan kosong yang menggigil.
Wonho menangis ditengah malam,terbangun dari tidur yang selalu tak tenang dan bayangan akan diri Kihyun selalu menjumpai dirinya didalam bunga tidur yang suram.
"Kihyun-ah.. Maafkan aku.."
Wonho mengadahkan kepalanya barang tak sampai hitunga lima detik kemudian berdiri melangkah kearah cermin disudut ruangan.
Ia menghidupkan sebuah lampu kecil bercahaya kuning padam yang tergantung disisi atas sudut kanan bingkai cermin.
Wonho memegangi dada kirinya yang terasa sesak dan memandang tajam cermin dihadapan dirinya yang memantulkan bayangan akan sosok jati dirinya yang telah hancur sedari lama.
"Kihyun-ah.. Yak.. "
Racau Wonho berbicara pada diri sendiri dan menunjuk-nunjuk pantulan wajahnya yang terlihat kacau berantakan.
"Hyungmu.. Telah memilih sebuah akhir dari kisah cinta kita yang tragis ini.. Aku.. tidak bisa hidup tanpa dirimu bodoh.."
Setetes air mata telah jatuh,namun jiwa itu sudah menghilang sebelum air mata itu turun.
Wonho menangis dan suara segukan parau terdengar dari bibirnya yang pucat pasih dan kering.
"Tega sekali aku membunuhmu.. Sungguh Aku tidak bermaksud Kihyun-ah.. Jebal.. Dengarkan aku.."
Ia menutup kedua matanya rapat-rapat.Hatinya benar-benar terguncang terlebih lagi kini ia kembali menghamburkan tawa dari jiwa yang menggambarkan depresi berat telah memberikan bukti nyata jika kehidupan yang Tuhan berikan kepadanya sangatlah kejam dan menyiksa dirinya yang semakin tumbuh menjadi pribadi rapuh bagai anai-anai yang berterbangan disapu oleh hembusan angin.
"Yoo KiHyun.. Tunggu hyungmu ini.."
Lirih Wonho pelan dan berputar arah melangkah menuju kasur.Namun ia tidak bermaksud untuk menyambung tidurnya melainkan meraih selimut panjang yang tergeletak diatasnya.
Ia kembali tertawa kosong menghempas angin malam tanpa alasan yang jelas.Wonho menaiki sebuah kursi yang menghadap ventilasi angin ruang tahanan.
Ia mengaitkan ujung kain selimut itu diatas trali besi jeruji dan menyimpulnya dalam bentuk dua bagian sama panjang lalu menguncinya kuat dengan satu simpulan mati.
"Aku tidak kuat lagi.. Kihyun-ah.. Tunggu aku.."
Ucap Wonho berujar lemah,Ia menyimpulkan ujung kain yang lain melingkar pada lehernya.Tubuhnya gemetar dalam isak tangis yang menggelarkan kepedihan tanpa seorang pun menaruh rasa peduli untuk mengasihani dirinya.
"Kihyun-ah.. Saranghanda.."
Sambung Wonho lagi dengan air mata yang mengalir.Ia tidak berkeinginan untuk melanjutkan hidupnya didunia yang sangatlah keji kepada dirinya.
Ia ingin menemui Kihyun dalam artian yang sebenarnya bukan sekedar alam bawah sadar atau bunga tidur yang mengguratkan sebuah akhir mimpi buruk.
Wonho berdiri diatas kursi itu dengan kedua kaki yang bergetar,Simpulan kain selimut telah melilit sempurna mengikat lehernya.Sungguh sudah hilang asa dirinya dalam mengarungi dunia yang seakan mati dan tak berarti.
SRAK!!
Wonho menendang kursi yang ia pakai sebagai pijakan.Kain selimut yang ia lilitkan benar-benar membekap nafasnya dari batang tenggorokan.Ia tercekat saat kain itu melilit kuat mencekik lehernya dan nafasnya yang tadinya mengorok dan meronta hebat karena kesulitan menghirup oksigen untuk bernafas telah hilang dalam sekejap ketika kain itu semakin kuat dan tanpa ampun melilit kencang batang nadi tenggorokannya.
================================
Hamparan bunga menghiasi sebuah taman,warna -warni dari kelopak bunga yang bermekaran bahkan harumnya sampai menetramkan jiwa yang mendambakan ketenangan.
Danau buatan yang berada pada tengah-tengah area taman nampak menggambarkan air jernih yang tenang.
Banyak bunga teratai dengan daun hijau lebar dan bunga yang berkuncup merah muda merekah membuat suasana taman begitu asri dan indah.
Sesosok pria berpakaian serba putih terlihat berdiri tenang pada pinggiran danau seolah menikmati keindahan yang tersuguhkan dihadapannya.
Wajahnya begitu bersih dengan kedua mata sendu yang terpaut dalam keheningan waktu.
"Hyung.. Kau sudah menunggu lama?"
Suara dari arah belakang punggungnya membuat ia menoleh perlahan.Pria dengan pakaian yang sama sedang melempar sebuah senyuman.
"Aku sudah menunggu lama Kihyun-ah.."
Tutur suara itu lalu mengukir sebuah ulasan senyum yang sama.Pria yang ia panggil dengan nama Kihyun itu berjalan mendekat bertujuan untuk menghampiri dirinya yang terpaku diam.
"Aku yakin kau pasti akan datang Wonho hyung.."
Ujarnya kemudian lalu berdiri tepat disisi samping Wonho yang menadahkan wajahnya untuk menyapa langit biru yang terbentang luas.
"Maafkan aku"
Pertemuan cinta diantara mereka di dunia pada dimensi yang berbeda.Akhirnya Wonho bisa langsung mengatakan sebuah penyesalan yang ia pendam selama ini kepada Kihyun dialam yang tidak sama seperti di dunia
Kihyun meraih telapak tangan Wonho dan menggenggamnya erat,menautkan jari jemari kecilnya menelusuk kesela-sela jari Wonho yang berukuran lebih besar.
"Aku merindukanmu"
Kihyun semakin mengeratkan tautan tangannya dan memandang wajah Wonho yang dihenyak dalam kesunyian.
Kemudian menyandarkan kepalanya pada lengan Wonho.Pria berpostur lebih tinggi darinya nampak mengulum sebuah senyuman kebahagiaan.
"Aku pun merindukanmu.."
Balas Wonho membalas genggaman tangan hangat nan lembut Kihyun seakan enggan berpisah untuk kedua kalinya.
"Disini tak ada yang perlu dikhawatirkan hyung.."
Sela Kihyun dengan nafas yang berhembus pelan.Mereka saling memandang kedepan tanpa mengucapkan sepatah kalimatpun dan lebih memilih untuk menikmati teduhnya sebuah dunia kedua yang mereka tinggali setelah meninggalkan dunia pertama dengan hembusan nafas dari kehidupan yang terakhir.
Dunia yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata secara gamblang dan sebuah harfiah dalam artian yang sebenarnya namun dikehidupan dunia kedua yang mereka tempati terasa jauh lebih baik dijalani.
FIN
Notefoot:
Ff two sides udah kelar.. walaupun gak jelas ㅋㅋ
Kiho bersatu dan Shownu tetap menjomblo didunia nyata 😂👍
/ketawa nista/
Anyway.. Gue kepikiran mau buat epep long chapter Showhyuk tapi gak tau juga sih kapan .. 👻
Ah iya , klik Vote and comment kalian ya guys ..
Thank You ^^~ /big hug/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top