Complicated life
TWO SIDES CHAPTER III
WARNING : Ff ini mengandung unsur
Kekerasan
-Cast ditambahkan sesuai dengan alur cerita
-Typo bertebaran..!
Reccomend song : Lim chang Jung - Stop there (Dijamin baver xD)
---------=======---------
*Flashback On*
Seperti ribuan pedang menancap ditubuh Wonho,ia duduk tertunduk dengan pancaran mata tidak terima.
Wonho meremas keras secarik kertas yang ia pegang,pria itu menahan air mata kepedihannya dan berusaha bertumpu pada sisi jiwanya yang lain demi bersandar untuk menopang sisi sebagian dari jiwanya yang sudah rusak.
“Anda harus menjalani serangkaian tes saraf dan juga kejiwaan tuan,hasil diagnosa menunjukkan tanda positif jika ada yang berbeda dari sisi penerimaan emosi diotak anda,perubahan emosional yang datang tidak menentu dan dalam kurung waktu berulang-ulang jika dibiarkan akan menyebabkan semakin parah kondisi sistem saraf anda”
Ucap Kim uisanim dijeda akhir kalimatnya,meyakinkan Wonho agar pria itu mengikuti sarannya sebagai seorang dokter yang sudah berpengalaman dibidang kejiwaan yang ia geluti.
Wonho memalingkan wajahnya dan mendecih pertanda jika ia muak dengan apa yang Kim Uisanim sampaikan.
“Yang aku mau adalah selembaran surat diagnosa normal! Apa anda pikir saya tidak waras?!”
Kedua mata Wonho bagai bara api yang dalam sekejap mampu membakar habis satu rumah sakit meskipun kiasan itu terdengar hiperbola namun tak menampik kalau pantulan retina mata itu menunjukkan kemarahan.
BRAK!!
Wonho menggebrak meja kerja dokter Kim tanpa memandang status dirinya sebagai seorang pasien.
Kim Uisanim diam mengamati pola tingkah Wonho yang ia pikir bila pria itu benar-benar membutuhkan pengobatan.
“YAK! Mengapa dokter sepertimu ada didunia ini?! Bajingan tidak berguna!”
Wonho menerjang kursi yang biasa digunakan pasien-pasien lain untuk berkonsultasi dengan sekali tendangan keras hingga kursi itu terpelanting jauh mendecit lantai.
Dia sungguh tidak bisa melapangkan dadanya menerima kenyataan yang ada jika sisi iblis itu semakin menggerogoti jiwa kelamnya.
Ia beranjak dengan hati yang teramat gusar,keluar dari ruangan dokter Kim dengan meninggalkan bekas emosi dan mengabaikan sang dokter yang diam memandangi gerak-geriknya.
BLAR!!
Ia menutup pintu ruangan dokter Kim dengan membantingnya keras.Melonggarkan dasi yang melekat pada kerah kemejanya karena dirasa sangat mencekik batabg lehernya dan pergi meninggalkan rumah sakit Howon yang ia pikir sama sekali tidak akan bisa dia andalkan.
*FlashbackOff*
---------------------------------------
Desiran angin menyapa keheningan Kihyun,dalam diam ia tak mengucapkan sepatah kalimat pun dan memilih untuk menatap lurus kedepan dengan pikiran yang kalut.
Jalan pemikiran diotaknya benar-benar kacau mengakibat ia ingin terjun dari puncak jurang yang dalam demi mengakhiri hidupnya yang kian pelik.
Ia mengacak rambutnya frustasi ,keadaan hatinya dirusak akan sebuah rasa kebersalahan.
Harum dari kelopak bunga-bunga yang mekar tak dapat menolong banyak untuk memberikan rasa tenang dihati Kihyun.
Tanpa sadar seseorang berjalan mendekatinya dari arah belakang dengan membawa dua buah mangkuk es krim ditangannya.
Kihyun tidak bergeming sedikitpun dan tetap bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi belakangan ini hingga tak menyadari jika seseorang tengah berjalan menuju tempat dimana ia duduk.
“Kihyun-ah.. Ini untukmu..”
Suara itu mengejutkan Kihyun dari lamunan panjangnya,ia menoleh kesumber suara tersebut dan menangkap sebuah senyuman khas yang pria itu lemparkan untuknya.
“Gomawo Shownu hyung..”
Ucap Kihyun menerima satu mangkuk es krim yang Shownu sodorkan dihdapannya.
Shownu melahap satu sendok es krim itu dengan raut wajah ngilu yang menggemaskan dan kembali menatap lawan bicaranya yang seolah enggan untuk mencicipi bagaimana manisnya es krim rasa vanila yang ia berikan.
“Ada apa denganmu Kihyun-ah?”
Tanya Shownu yang seakan penasaran akan apa yang berkecamuk pada diri Kihyun.
Sementara yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan dan mengguratkan sebuah senyuman palsu menutupi masalah yang tengah ia hadapi.
Namun tidak bisa dibohongi jika kedua mata itu tengah memancarkan pelupuk isyarat kesedihan.
Shownu menyentuh pundak kanan Kihyun lembut agar pria itu sudi untuk membalas tatapan matanya.
“Katakan.. Apa seseorang menyakitimu?”
Selidik Shownu dengan ekspresi menaruh rasa khawatir.
Kihyun tertegun,memang benar bahwa ia merasa disakiti tetapi fakta berbicara mengatakan mengapa hatinya terasa begitu bersalah dan semuanya menjadi begitu sukar untuk dijelaskan dengan jabaran yang mudah.
Perasaannya terluka namun ia memahami benar jika ia pun menggoreskan luka yang sama pada hati yang lain,gamang tertoreh dibenak Kihyun memikirkan bagaimana buruknya hati Wonho kembali mengekang dirinya dalam sebuah rasa bersalah yang teramat dalam.
“Aniya.. Jangan pikirkan aku,tidak apa-apa..”
Kihyun melepaskan sentuhan telapak tangan Shownu diatas pundaknya pelan,ia tidak ingin memperparah keadaan dengan mengikutsertakan Shownu dalam permasalahan hidupnya.
Shownu menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk tidak ikut campur karena ia mengerti jika dirinya hanyalah pihak luar yang tak memiliki kewenangan untuk mengetahui apapun tentang Kihyun.
Shownu meraih tangan Kihyun yang hangat bagai musim semi.Kihyun mengatupkan belahan bibirnya dan memandang Shownu keheranan.
“Katakan padaku jika kau butuh pertolongan,aku akan ada untukmu.Kau punya aku Kihyun-ah.. Jangan segan,karena kita adalah teman”
Ujar Shownu semakin mengeratkan genggamannya pada telapak tangan Kihyun.
Pria manis itu membatu dalam waktu yang seakan ikut berhenti dari perputaran semestinya.
Senyum menghangatkan dari Shownu seakan memberikan energi lebih didalam pacuan darahnya.
Ia beruntung memiliki seorang teman yang begitu baik seperti Shownu.
Dan sekali lagi,Shownu hanya bisa berkata didalam hati kecilnya jika kata teman adalah yang terbaik untuk dirinya dan Kihyun.
Shownu dapat menerawang dengan jelas kedalam manik mata Kihyun jika pria itu sama sekali tidak akan memberikan dia setitik asa dalam merajut hubungan sekedar lebih dari hubungan sahabat dekat.
Tidak ada balasan akan sebuah perasaan untuk dirinya,kendati demikian ia adalah pria yang akan selalu berada disisi Kihyun karena itu seperti sebuah keharusan yang ia pikul dipundaknya.
“Gomawo... Dan terima kasih untuk ini”
Kihyun mengukir sebuah senyuman hangat dan berterima kasih atas es krim yang Shownu berikan untuk dirinya.
Layaknya sinar mentari yang menerangi didunia,seketika perasaan Shownu ikut meleleh karena bibir indah itu.
Untuk kesekian kalinya Shownu jatuh terjerumus didalam sebuah lubang hitam yang dinamakan dengan cinta sepihak.
**
Hari sudah mulai gelap sejak tiga jam yang lalu dan sosok itu masih berdiri didepan pintu tanpa bermaksud untuk mengetuknya.
Hatinya nampak belum siap untuk memasuki ruangan yang seakan gelap tanpa pelita untuk menerangi.
Pertengkaran yang lebih tepatnya perkelahian emosi diantara ia dan Wonho tadi pagi cukup menghukumnya dalam sebuah perasaan takut.
Kihyun menghembuskan nafasnya perlahan dan melirik sekilas arloji yang tersemat melingkar dipergelangan tangan kirinya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit,ia memperkirakan telah bediri diam hampir dua puluh menit yang lalu terhitung waktu ketika ia sampai.
Ragu-ragu,tangan Kihyun memegang knot pintu dan memutarnya.
Tidak dikunci,ia memberanikan diri lalu melangkah masuk kedalam ruang yang redup akan penerangan.
Apartement mewah yang dihiasi fasilitas dan desain interior yang mahal bagai neraka paling mengerikan yang menjadi momok menakutkan bagi Kihyun.
Kihyun melepaskan ransel yang melekat dipunggungnya kelantai dan ia menelan air liurnya bulat-bulat saat kedua matanya menangkap seseorang yang tengah duduk tersepoh dilantai,kedua lutut ditekuk dan menggambarkan raut muka datar seakan jiwa benar-benar terlepas dari raga yang hampa itu.
“Hyung..”
Kihyun mencoba memanggil sebutan yang biasa ia tujukan untuk Wonho agar pria itu berbalik menatap dirinya yang disentak akan rasa bingung.
Namun nihil yang Kihyun dapat karena sosok itu tak bergeming sedikitpun bagai sebuah patung yang mendiktekan kegetiran.
“Hyung..”
Panggil Kihyun untuk kedua kalinya dengan suara yang lirih.
Sungguh rasa bersalah karena mengabaikan Wonho tadi pagi berhasil membuatnya semakin terpuruk.
Dan seharusnya Kihyun mengetahui jika Wonho tidak seperti kebanyakan orang.
“Hyung.. Aku pulang.. Kau sudah makan?”
Kihyun dengan setia masih menanyakan suatu hal kepada Wonho tetapi tetap tak ada jawaban iya atupun tidak yang meluncur dari bibir yang kering dan pucat itu.
Air muka Kihyun terlihat cemas akan keheningan yang Wonho perbuat.
Kihyun berjalan hati-hati mendekati Wonho yang menelungkupkan tubuhnya diantara pertengahan lutut.
Depresi akibat kesepian,tidak dihiraukan bagai orang asing,diabaikan seperti layaknya sampah yang tak berguna.
Hati Wonho yang begitu sensitive menyimpulkan hal tersebut saat Kihyun tak menaruh rasa peduli untuknya.
SRAK..
Pandangan Kihyun teralih saat ia menginjak sebuah kertas yang sudah runyak dan sedikit robek pada bagian sudut atas kanan kertas itu,ia meraih selembaran kertas yang terserak dan dahinya terlihat mengernyit kebingungan.
Ia membaca dari atas sampai akhir mengenai apa yang tertulis disana tanpa melewatkan satu kata sedikitpun.
Ia membungkam mulutnya dengan telapak tangan sebagai isyarat ketidakpercayaan.
Paru-paru yang tadinya leluasa mampu menghirup oksigen tanpa dibatasi tiba-tiba mendadak sesak tanpa sebab.
“Bipolar Disorder : Positive (+)”
Kutipan kalimat bertuliskan tinta tebal dan hitam pekat itu telah memberikan tamparan keras untuk Kihyun.
Air mata Kihyun menetes tanpa diperintah,ia kembali melemparkan pandangannya kearahWonho yang masih tak beringkuk dalam kesunyian.
Kihyun duduk diatas sofa bersampingan dengan Wonho yang duduk dilantai tepat disisi kirinya.
“Hyung.. Maafkan aku..”
Sesal Kihyun meneteskan air matanya karena ketidaktahuan dirinya tentang apa yang menimpa diri Wonho.
Dia menyesal telah bersikap egois dan seharusnya dia mengerti keadaan mental Wonho yang tidak bisa diartikan dengan sebutan normal.
Kihyun memberanikan hati kecilnya,ia menyentuh lembut pundak kanan Wonho agar pria itu terbangun dari keterpurukan yang berlarut-larut.
“Kihyun-ah.. Aku tidak gila..”
Lirih Wonho pelan lalu menoleh kearah Kihyun.
Wonho menggelengkan kepalanya dan getir tertawa pelan ketika melihat air mata Kihyun yang mengalir jatuh dipipi karena meratapi kondisinya.
“Yak.. Jangan tatap aku dengan pandangan ibamu.. Aku tidak apa-apa,sudah kubilang aku baik-baik saja !!”
Pekik Wonho tidak terima,sepertinya ia sama sekali tidak sudi untuk menerima air mata kepedihan yang Kihyun jatuhkan untuk mengasihi dirinya.
Kihyun kembali membungkam mulutnya dan menangis sembari memejamkan kedua matanya erat.
Ia berangankan sebuah kesembuhan untuk Wonho agar pria tersebut dapat menjalani hidup dengan cara yang semestinya.
“Hyung.. Kau harus dirawat..”
Buka Kihyun memerintahkan hatinya untuk bersikap lebih berani dan kuat dalam menghadapi buruknya sisi iblis dari raga Wonho yang telah menjelma dan berhasil menjadikan pria itu bagai manusia yang tak mempunyai rasa kemanusiaan dalam bertindak.
“Kau berpikir aku gila?!”
Teriak Wonho,volume suaranya mengeras dari sebelumnya dan ia menarik kerah baju Kihyun agar pria itu bangun dari duduknya.
Wonho menatap tajam Kihyun yang diburu oleh rasa takut.
Tetapi sudah Kihyun tetapkan jika dia akan menerima apapun yang terjadi meski akan disiksa sekalipun oleh tangan kasar Wonho yang keji.
“Apa kau menginginkannya dan pergi dariku?!”
Teriak Wonho lantang dan mencengkram pundak Kihyun begitu kuat.
Sedangkan Kihyun meringis kesakitan dan berusaha keras membuang jauh-jauh ketakutan yang menghampiri dirinya.
Ruangan yang redup dan gelap semakin mencekam diri mereka dalam sebuah pertengkaran yang tidak dapat dielakkan.
“Hyung.. Aku mohon jangan seperti ini”
Pinta Kihyun disela cengkraman kuat yang Wonho tujukan untuk dirinya.
Kedua mata Kihyun berbalik tatap melawan pancaran amarah dari kedua mata Wonho yang menunjukkan kegusaran.
Yang Kihyun inginkan adalah sebuah perasaan damai dan tentram maka dari itu dia akan menghadapi apapun yang dilalui Wonho meskipun bertarung dengan sosok iblis itu sekalipun.
“Kihyun-ah..”
Suara Wonho terukir lemah,ia mudah goyah dan rapuh dalam sepersekian detik setelah sebelumnya teramat kasar bagai seorang monster.
“Jangan tinggalkan aku.. Jangan tinggalkan aku.. Jangan benci aku..”
Wonho meracau tak berarah dan menutup kedua telinganya dengan tangan seolah-olah suara yang menyerukan kalimat jahat tengah berbisik pada indera pendengarannya.
Dia berhalusinasi tentang hal yang buruk lagi dan berjalan mundur menjauhi Kihyun yang berdiri gemetar karena tak kuasa menyaksikan perubahan emosional Wonho yang selalu saja datang tanpa diperintah.
“Wonho Hyung,hentikan..”
Ucap Kihyun bernada memohon,ia menarik lengan Wonho dan memeluk pria itu dalam dekapan hangatnya.
Wonho diam membenamkan wajahnya dipundak Kihyun tanpa melawan.
Kihyun mengusap punggung belakang Wonho bermaksud menenangkan diri itu yang tengah bergelut dengan campur aduk emosi yang tak dapat dikontrol dengan akal sehat.
“Aku disini,mari kita hadapi semuanya agar kau bisa kembali seperti Wonho yang aku kenal..”
Sambung Kihyun lagi sembari mengeratkan pelukannya kepada Wonho.
Desahan nafas yang Wonho kujurkan terasa hangat menyapa diri Kihyun,ia menutup kedua matanya perlahan beriringan dengan air matanya yang juga turut jatuh.
DiamnyaWonho,Kejam dan juga tawanya pria itu adalah komponen-komponen dari gangguan emosi yang sekejap-sekejap dapat menyatu dan menjadikan diri Wonho kembali berperangrai kasar dan mudah menyakiti siapapun jika dibiarkan dan tidak cepat ditangani.
**
Sudah tiga hari Kihyun tidak keluar dari rumah dan tetap menemani Wonho .
Dan sudah berulang-ulang kali Kihyun memohon agar Wonho mau menjalani serangkai pengobatan agar kondisi mentalnya dapat membaik meski tidak sepenuhnya.
Sampai kapan entah tak dapat diperkirakan yang jelas Wonho tetap bersikukuh pada pendiriannya jika ia tidak mengalami gangguan jiwa walaupun telah terbukti hasil lab yang menunjukkan jika positive ia menderita Bipolar disorder dan telah mengacu pada tahap yang tak bisa disebut ringan.
Wonho nampak penat dan tertidur lelap diatas pangkuan Kihyun.
Wajah indah itu menggariskan ketenangan saat diam seperti sekarang,garis muka tajam dengan hidung runcing yang mancung bagai pangeran pelindung bagi sang putri dari negeri dongeng antah berantah.
Kihyun membelai rambut Wonho lembut dan menatap lekat wajah pulas itu tanpa mengukir kalimat sedikitpun.
Drrt.. Drrt..
Sebuah panggilan masuk menggetarkan ponsel didalam saku celana Kihyun.
Ia meraih ponsel itu dan tertera nama Shownu sebagai pihak yang menghubungi dirinya.
Kihyun mencoba menekan tombol reject dan mengabaikan panggilan masuk itu karena jujur ia tidak ingin mengusik Wonho yang sedang berada dalam fase tenang.
Drrt.. Drrt..
Ponsel itu kembali bergetar,sepertinya Shownu tak pantang menyerah meskipun sudah tiga kali Kihyun mengabaikan sambungan telephonenya.
Kihyun mengehela nafas berat,ia mengangkat kepala Wonho dari atas pahanya dan memindahkan kepala pria itu untuk tidur diatas bantal sebagai pengganti.
Kihyun berjalan dengan langkah yang teramat pelan dan menuju lebih jauh masuk kedalam dapur,ia berhenti tepat didepan lemari es disudut ruangan dan mengangkat panggilan masuk dari Shownu yang tidak henti-hentinya memenuhi notif pemberitahuan riwayat panggilan diponselnya.
“Yeoboseyeo hyung.. Ada apa?”
Ucap Kihyun memulai percakapan,suara helaan berat terdengar dari pengeras suara handphonenya dan itu dari Shownu.
“Kihyun-ah.. Apa kau sakit?? Mengapa kau tidak masuk selama tiga hari??”
Pertanyaan beruntun terdengar dari seberang telfon membuat Kihyun tersenyum tipis.
Shownu nampak cemas dengan keadaan Kihyun,sejujurnya ia ingin bertamu ke apartement Kihyun untuk menengok kondisi pria manis itu tetapi ia mengurungkan niatnya saat melihat seorang pria berkemeja putih dengan membawa tas kantor masuk keapartement yang sama bersama Kihyun,bahkan menggandeng tangan Kihyun begitu mesra bagai seorang kekasih.
Maka dari itu ia mengurungkan berkunjung kerumah Kihyun.
“Aku baik-baik saja hyung.. Beritahu Lee ssaem jika tugas akhir bulan akan selesai dalam waktu dekat”
Ucap Kihyun menanggapi pertanyaan beruntun dari Shownu.
“Apa pria itu yang sakit?”
Tiba-tiba saja Shownu mempertanyakan persoalan yang lain dan melenceng hingga Kihyun tak dapat menduga-duga siapa maksud dari pertanyaan Shownu.
Kihyun membisu dan pikirannya menolak untuk memberitahukan yang sebenarnya jika benar adalah jawaban dari yang Shownu pertanyakan.
“Apa maksudmu?? Aku tidak mengerti arah pembicaraanmu..
Ah.. pesanan bossamku datang,kalau begitu aku tutup.
Semoga harimu menyenangkan..”
Kihyun langsung menutup panggilan itu secara sepihak.
Kepedulian Shownu bagaikan bunga mawar untuk dirinya,indah namun berduri yang dapat melukai dirinya sendiri.
Maka dari itu dia lebih memilih untuk menjaga jarak dari Shownu.
Dan Kihyun berbohong,dia tidak memesan makanan dari luar hari ini namun dia terpaksa berkata tidak jujur kepada Shownu karena ia merasa pria itu sudah lebih tahu banyak tentang dirinya dan juga Wonho.
Kihyun memasukkan ponsel kedalam saku celananya lagi lalu berjalan hendak menghampiri Wonho,sepertinya pria itu telah terbangun karena Kihyun melihat sosok itu tengah duduk memunggungi dirinya.
Kihyun berhenti ditempat dan ia menjadi gugup tanpa sebab.
PRANG!!
Sebuah cangkir sisa bekas teh hangat tadi pagi dilempar secara kasar oleh Wonho.
Dia nampak berang akan suatu hal hingga ia terbangun dari tidur pulasnya.
Wonho meludahkan salivanya kesembarang tempat dan mendecih berjalan menuju Kihyun yang tak tahu apapun.
BRAKK!!
Wonho menendang tubuh lemah Kihyun hingga pria itu jatuh tersungkur bertemu lantai yang begitu dingin.
Kihyun meringsut dari dunianya seolah-olah sekarang sang raja tengah memberikan sebuah eksekusi mati yang siap ia terima dan harus dihadapi pada detik itu juga.
Mengapa Wonho bertindak tak tahu belas kasihan lagi seperti ini?.
Kebimbangan menyapa Kihyun yang mencoba bangkit berdiri.
Dia kalah,Dia tak akan bisa melawan Wonho karena tenaga pria itu jauh lebih kuat dari dirinya yang lemah.
Wonho duduk berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya menghadap kearah Kihyun yang terjatuh lagi.
Adegan yang sama terulang kembali saat Wonho menyiksa diri Kihyun selang tidak lama beberapa hari yang lalu.
Sama seperti kemarin,hati Kihyun menciut takut saat sang kekasih memberikan luka fisik pada dirinya.
“Aku tidak suka Kihyun-ah.. Kau mengertikan arah pembicaraanku kan?”
Lirih Wonho bernada miris bak korban dialur cerita.
Kihyun meraih tangan Wonho berniat untuk menjelaskan semuanya agar pria itu tidak salah paham.
Mimik muka Kihyun kembali meronta meminta penangguhan dan sebuah pengertian dari sosok itu.
“Semuanya salah hyung,tidak seperti yang kau pikirkan.Aku hanya memiliki dirimu.. Demi Tuhan”
Kihyun sampai bersumpah membawa nama Tuhan agar Wonho dapat memberikan sebuah kompromi akan siksaan yang akan segera ia daratkan kembali kepada Kihyun.
Mendengar hal itu Wonho menggelakkan tawanya puas seakan tengah menonton suatu pertunjukan komedi yang terlampau lucu.
“YAK!! Berhenti membual bajingan!!”
Teriak Wonho bengis dan menepis telak sentuhan tangan Kihyun.
Lemah dan tak berdaya,Kihyun pun tak mengerti dengan pertahanan fisiknya yang sangat payah untuk melawan ataupun memberikan pembelaan pada diri sendiri.
Wonho menarik rambut Kihyun kasar membuat pria itu meringis menahan sakit dan saat hasratnya terpenuhi menjambak rambut Kihyun,ia melepaskannya kembali dengan menghempas tanpa perasaan.
Telapak tangan Wonho meninggalkan beberapa helai rambut Kihyun yang rontok karena jambakan sadisnya.
“Aku gila !! Aku gila karena terobsesi denganmu!!”
Amuk Wonho berteriak memekikkan indera pendengaran Kihyun.
Wonho menatap tajam diri Kihyun yang tidak berani akan dirinya.
Wonho hendak melayangkan satu tamparan diwajah Kihyun namun entah mengapa refleks tangannya berhenti dipertengahan jalan.
DEG..
Ia menyentuh dadanya yang berdegup kencang dan ia terduduk dilantai dengan ekspresi air muka kosong.
Hati Kihyun mencelos,ia berhambur mendekati Wonho dengan khawatir yang teramat besar tanpa memikirkan kesalahan yang dilakukan Wonho barusan.
Menjadi orang bodoh dan orang baik adalah perbedaan yang sangat tipis dan transparan hingga kau tak akan bisa melihat sisi yang berlainan itu walaupun secara seksama.
Kebaikan dapat mengantarkan dirimu pada kebodohan dan itu adalah sebuah kode mati yang terjabar adanya.
Kebodohan Kihyun karena ia teramat mencintai Wonho,kebaikan Kihyun karena selalu menerima kekejaman Wonho merupakan sebuah contoh nyata.
“Hyung.. Ada apa denganmu?”
Ucap Kihyun menggoyangkan tubuh Wonho yang seakan mati rasa,urat nadi tubuh Wonho seolah putus karena dirinya diam mematung bagai sebuah pahatan kosong.
“Aku tidak gila Kihyun-ah.. Tidak.. Semua tidak benar..”
Tolak Wonho terus-terusan merutuk dan mengatakan jikalau dirinya tidak mengalami gangguan jiwa seperti yang didiagnosakan dokter Kim tiga hari yang lalu.
Kihyun mengangguk cepat mengiyakan ucapan Wonho tanpa pikir panjang.
“Aku.. tidak gila..”
Ucap Wonho kesekian kalinya dan kesenduan terdengar dari suaranya yang melemah.
Relung hati Kihyun terasa sesak,mengapa hidup seakan tidak berpihak untuk menghadirkan sebuah kebahagian pada kehidupannya.
Bruk..
Tubuh Wonho mendadak ambruk dan ia terjatuh pingsan tak sadarkan diri didepan Kihyun.
Pria itu diguncang syok dan kedua tangannya gemetar hebat saat melihat Wonho yang tak berkutik sedikitpun.
“HYUNG!!”
Teriak Kihyun memecah kesunyian dipagi hari yang mendung.
Sinar matahari pun seakan tidak sejalan untuk memberikan penerangan baginya dalam menjalani hari-hari yang terasa begitu penat dan penuh dengan terjalnya batu kerikil tajam yang seakan memberikan luka-luka kecil ditelapak kakinya saat berjalan.
**
( Howon Hospital )
Apa kah semuanya hanya bunga tidur yang merangkap menjadi satu dalam mimpi buruk?
Jika iya,bangunkan diri itu karena ia sudah tidak tahan melaluinya dan mohon jangan buat ia menangis lagi dalam kepedihan.
Kihyun tak akan menutup kedua telinganya,dan ia pun tak akan memejamkan kedua matanya.
Ia akan menerima apapun yang disampaikan oleh dokter Kim,tidak peduli seburuk apapun kenyataan yang akan ia hadapi.
“Aku telah memindahkan Tuan Shin dibangsal khusus gangguan jiwa,tidak ada kata terlambat untuk memberikan penyembuhan jika kau mau bekerja sama”
Tutur dokter wanita cantik itu menatap Kihyun yang tercenung dihadapannya.
Sungguh tidak ada yang patut dipersalahkan maka dari itu dia memilih untuk tetap tegar.
“Apa semuanya akan normal kembali jika dia mendapatkan terapi pengobatan?”
Tanya Kihyun meminta kepastian yang jelas dan Dokter Kim tampak kembali menghela nafasnya yang berat.
Dari gesture wajah dokter Kim yang diselimuti keheningan bisa Kihyun telaah jika kemungkinan untuk bisa normal kembali berpresentasi satu berbanding seribu bahkan itu tak mungkin terjadi.
“bipolar disorder adalah penyakit gangguan emosional pada otak ditandai dengan perpindahan mood,dalam kurun waktu yang panjang karena dibiarkan terus menerus dapat menjadikan si penderita selalu dalam kondisi emosional yang tidak stabil dan cenderung berubah-ubah"
Jelas dokter Kim panjang lebar agar Kihyun bisa mengerti apa sebenarnya yang terjadi pada diri Wonho.
“Untuk kasus serupa,Penderita yang menyaksikan hal yang tidak ia sukai bisa menjadi salah satu faktor memperburuk suasana hatinya dan menjadikan si penderita semakin terpuruk karena hatinya yang enggan untuk menerima kenyataan.
Pada kasus lainnya,Si penderita akan bertindak hal yang kelewatan hingga membahayakan orang-orang disekitarnya"
Sambung dokter Kim lagi dan membisu yang Kihyun hulurkan,nafasnya tercekat bagai tak diperbolehkan untuk menghirup jatah oksigen yang melimpah ruah agar ia mampu bernafas dengan normal.
Cahaya dari lampu merkuri yang menerangi ruangan seolah membius dirinya dalam kegelimangan hati yang tak berkesudahan.
Ia menunduk menatap lantai ubin rumah sakit yang dingin dan bagai menolak memberikan kehangatan walaupun untuk sekejap pada hati kecilnya yang kian ringkih dan rapuh.
“Hyung..”
Kihyun berlirih pelan disepanjang himpitan nafasnya yang makin tercekat.
Ia tak habis pikir mengapa mimpi buruk ini harus menimpa dirinya.
Seolah tertutup akan kebaikan dunia,sungguh yang ia harapkan hanyalah sebuah kesembuhan agar Wonho dapat menjalani hidupnya dengan normal seperti manusia pada hakikatnya.
**
Dingin yang makin menggigiti kulit dan menghujam kedalam tulang.
Lampu-lampu penerangan berpendar rendup disepanjang lorong rumah sakit yang lengang.
Kihyun memeluk tubuhnya sendiri,hoodie yang ia pakai tak mampu membantu banyak dalam menghadapi dinginnya hawa runah sakit yang menyelubungi.
Kihyun berdiri diluar ruangan tempat dimana Wonho dirawat,ia tidak sampai hati melihat bagaimana sosok itu masih terpejam bagai mayat hidup.
Tiba-tiba..
PRANG!!
Jatuhan vas bunga memecahkan kesenjangan hening sebangsal rumah sakit sampai-sampai memeranjatkan diri Kihyun dari lamunannya.
Suara itu berasal dari ruangan Wonho dan dengan cepat ia membuka pintu ruangan itu lalu masuk kedalam untuk melihat apa yang tengah terjadi.
Ketenangan hati Kihyun terbuyar saat melihat Wonho terduduk ditepian ranjang dengan saluran infus yang masih melekat dipergelangan tangan kirinya.
“Hyung!!”
Pekik Kihyun kencang tak kalah percaya lalu berlari menghampiri Wonho yang tersipuh diantara serakan beling-beling yang dapat melukai Wonho sendiri.
Wonho menengadahkan kepalanya menjengal menatap Kihyun yang nyaris mati ketakutan.
Ia menggelengkan kepalanya cepat dan menangis tersedu saat meratapi dirinya yang berpakaian pasien rumah sakit.
“Wonho-ssi!!”
Tiba-tiba dokter Kim masuk kedalam ruangan bersama dengan dua petugas rumah sakit lainnya karena mendengar kegaduhan yang terjadi.
Wonho beranjak dari duduknya dan melepas brutal selang infus yang melekat dipergelangan tangan denyut nadinya.
Kedua mata Wonho memerah dan rahangnya menggertak hebat memandang kesekitar penjuru ruangan dan tak lupa menatap tajam Kihyun yang berdiri dari duduknya.
“Sudah kukatakan aku tidak gila!! Kalian semua mau mati hah?!”
Manik mata itu memancarkan amarah seiring dengan kalimat ancaman yang turut keluar dari mulutnya.
Wonho menoleh kearah Kihyun yang teru-terusan mendesak dirinya agar tetap tenang.
Seluruh pasang mata diruangan terlihat tegang namun mereka belum mengambil ancang-ancang,tindakan Wonho masih belum terlalu jauh dan membahayakan hingga mereka tak ingin berbuat gegabah.
“Aku baik-baik saja .. Aku hanya kurang istirahat Kihyun-ah..”
Tegas Wonho berangsur lemah dengan nada suara yang pelan,Ia melenyuhkan pandangan mata sedihnya ketika melihat kearah Kihyun yang seolah ingin menghidar dari dirinya.
“Wonho-ssi.. Tenanglah.. Aku akan memberikan obat penenang untukmu”
Ujar dokter Kim berjalan selangkah demi selangkah secara lamban agar tidak memberikan sebuah ancaman untuk Wonho.
Pria itu tertawa keras dengan seringainya tajam yang tergaris dari sudut bibirnya.
Hatinya begitu muak saat melihat orang-orang disekitarnya memperlihatkan raut muka simpati untuk dirinya.
Wonho melempar pandangan bengisnya kearah Kihyun yang berdiri gemetar tidak jauh dari dimana ia berdiri.
Ia berjalan melangkah kearah pria itu yang nampak pucat pasih dan kaku.
SRAKK!!
Wonho menjambak kasar rambut Kihyun seperti sebuah rutinitas biasa yang ia lakukan sehari-harinya.
Semua orang diruangan menyaksikan aksi tak berkemanusiaan itu dengan mata kepala mereka sendiri tetapi Kihyun mengisyaratkan sebuah kata jangan dan memerintahkan semuanya untuk tetap diam ditempatnya masing-masing.
Jika kepuasan yang Wonho dapat maka Kihyun rela bertarung rasa sakit meskipun tangan itu sendiri yang menyakiti dirinya.
“Kau harusnya menolongku keluar dari sini!! Bukan sebaliknya!!”
Cecar Wonho semakin keras merenggut rambut Kihyun hingga menimbulkan ringisan dari pria itu yang meminta-minta untuk dilepaskan.
“Hyung!! Sadarlah..!!”
Pekik Kihyun disela teriakan sakitnya karena ulah keji dari sang serigala yang seolah kelaparan karena belum menemukan satupun hewan buruan untuk dijadikan santapan siang.
“Tidak berguna!!”
Wonho melepaskan jambakan dirambut Kihyun dan mendorong pria itu hingga membuat Kihyun terpental mundur kebelakang.
Dokter Kim menghampiri Kihyun yang mengeluh sakit disekitar kepalanya akibat dari jenggutan kasar yang dilakukan oleh Wonho secara brutal seperti anjing liar.
Kemudian Wonho berjalan terseok-terseok dan tergopoh-gopoh tanpa menghiraukan kondisi fisiknya yang mudah melemah.
Ia membuka laci baris ketiga disamping tempat tidur.
Wonho terlihat sibuk mencari-cari suatu benda hingga memunculkan gelagat tanda tanya dari Kihyun dan yang lainnya.
“Hyung.. jatuhkan benda itu , aku mohon!!”
Pekik Kihyun lantang disambut panik oleh Dokter Kim dan dua petugas lainnya saat melihat Wonho mengambil sebuah pisau cutter berukuran sembilan sentimeter lalu mengacungkannya kehadapan mereka yang makin didera rasa panik.
Dokter Kim memberikan sebuah bahasa isyarat dari gesture tangannya agar Wonho menjatuhkan benda tajam itu yang dapat menimbulkan bahaya bagi orang sekitar dan juga dirinya sendiri.
“Jika orang yang kucintai pun telah berpikir aku gila , lebih baik aku mati!!”
Gertak Wonho menggelakkan sebuah tertawaan mengerikan dan ia menatap seksama pisau cutter yang ia pegang,Wonho membasahi bibir setengah keringnya dengan persediaan saliva dari lidahnya yang menjulur sedikit keluar.
Otaknya lemah,mungkin juga telah rusak karena banyaknya orang yang beranggapan rendah terhadap jiwanya yang mudah berubah arah.
Hatinya rapuh..
Tidak,salah besar.
hati itu telah hancur berkeping-keping meninggalkan sebuah tumpukan debu karena orang yang begitu ia cintai berpikiran sama seperti orang-orang lain yang memandang dirinya sebagai seorang monster yang harus dibinasakan dari dunia.
“Lihat lihat.. Pisau ini tajam sekali,apa yang akan terjadi jika aku menusuknya disini?!”
Gelak tawa Wonho menghambur bebas keudara.
Ia memain-mainkan pisau cutter ditangannya dan mengarahkan pisau bermata tajam itu pada urat nadi lehernya.
“Baiklah kita pulang!!”
Kihyun nampak putus asa,ia berteriak menyerah dan mengibarkan bendera putih kekalahan agar emosi Wonho dapat terkendali.
Wonho menghentikan aksi jahanamnya.Ia berjalan lunglai menuju kearah Kihyun,menyeret telapak kakinya setapak demi setapak dalam langkah yang berat.
“Kemari Kihyun-ah.. Jangan takut,aku bukan pria kejam..”
Ucap Wonho terhuyung-huyung dengan langkah yang kian tersuruk.
Dokter Kim mengambil inisiatif cepat,ia memberikan arahan dengan kedua matanya agar dua petugas yang lain memegangi Wonho dan menghentikan aksi berontak yang Wonho perbuat.
“YAK!! BAJINGAN!! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!!!”
Maki Wonho dengan volume suara meninggi,Ia meronta-ronta tidak terima dan berusaha melepaskan kekangan tangan yang dilakukan dua petugas pria yang juga sama kuat dengannya.
Kedua lutut Kihyun menjadi lemah dan tidak memberikan pertolongan yang berarti ketika Dokter Kim mengeluarkan suntik serum penenang dari saku seragam putih yang ia kenakan.
Kedua mata Wonho melotot hebat,ia semakin menggelepar hebat untuk melepaskan diri namun nihil yang ia dapatkan karena Dokter Kim telah menyuntikkan obat penenang itu pada lengan kanannya.
Dua petugas yang tadinya bertugas memegangi Wonho perlahan mengendurkan cengkraman kuat mereka disaat pria itu mulai lemas.
Obat penenang telah bereaksi.
Wonho berlutut dilantai bangsal ruang khusus kejiwaan yang mengkujur dingin,ia sempat memandang kearah Kihyun yang langsung berlari menuju dirinya yang kian beringsut lemah.
Wonho tersenyum tipis saat pandangannya mulai samar-samar,namun sosok wajah itu terpatri jelas pada sorotan matanya.
BRUK!!
Tubuh Wonho ambruk dipelukan Kihyun.
Suara serak nan parau terdengar dari bibir Kihyun yang terus meracaukan kalimat penyesalan dan rasa bersalah.
**
Sang matahari menyingsingkan sinar hangat dibelahan langit timur,menggantikan langit malam bertukar dengan terangnya langit pada pagi hari.
Kedua mata itu masih terpejam ditidurnya,namun peluh-peluh berukuran sebesar biji jagung mengalir deras dari pelipisnya.
Ia melenguh keras,mimpi buruk menjumpai dan memaksakan otaknya mengingat kembali kenangan pahit pada masa dulu.
“Aku tidak menginginkan anak itu dikehidupan kita!! Seharusnya aku mengaborsinya!! Seharusnya aku menggugurkan kandunganku waktu itu!! Dia hanya sebuah bencana yang harusnya kita lenyapkan ara?!!!”
“Wonho buah hati kita!! Berhenti bicara omong kosong!!”
“KAU PRIA BAJINGAN YANG TIDAK BERGUNA !! BAJINGAN!! AKU TIDAK INGIN MELIHAT ANAK SIALAN ITU!!”
“Woori-ya!! Cukup!! Wonho akan mendengar teriakanmu!!”
“AKU TIDAK PEDULI!! DIA HARUS TAHU SEMUANYA JIKA DIA HANYA BENALU KARENA KESALAHAN FATAL YANG KAU PERBUAT PADA MALAM ITU KEPADAKU!!
AKU TIDAK INGIN HIDUP MISKIN BERSAMAMU DAN JUGA ANAK PEMBAWA SIAL ITU!!”
"WOORI-YA!!"
“DIA ANAK PEMBAWA SIAL!!”
“DIA BAJINGAN KECIL”
“DIA IBLIS !!”
“DIA..”
Wonho menggigau dan menggigit bibir bawahnya secara kuat,tiba-tiba ia duduk terbangun dengan nafas yang mandek tercekat tepat berhenti pada liang-liang tenggorokannya.
“ARGGH!! ARRGHH!! ARRGHH!! HENTIKAN!!! HENTIKAN!!”
Teriak Wonho tak karuan dan ia kembali menutup kedua telinganya dengan tangan seolah enggan mendengar suara-suara buruk yang terngiang-ngiang dipikirannya.
Ia memukul-mukul tanpa ampun kepalanya sendiri dan menjambak rambutnya dengan telapak tangan yang bergetar.
Dan karena jeritan Wonho berhasil menyentak diri Kihyun hingga ia terbangun dari tidur singkatnya dan berlari menghampiri Wonho yang duduk gemetar diatas ranjang berseprai putih itu.
“Hyung.. Apa yang terjadi? Kau bermimpi buruk lagi??”
Tanya Kihyun bertubi-tubi dan memegangi kedua pundak Wonho erat.
Telapak tangan Wonho menggigil hebat dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya,ia memejamkan kedua matanya dan mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
Kihyun memandu diri Wonho dengan mengusap-usap punggung belakang Wonho untuk menyalurkan ketenangan pada figur itu.
“Kihyun-ah.. Wanita kejam itu datang lagi dimimpiku.. Dia sudah mati .. dia sudah mati..”
Racau Wonho mengatakan hal-hal aneh,tetapi Kihyun mengetahui maksud dari perkataan Wonho barusan.
Hati kecil Kihyun kian terpukul saat trauma masa kecil Wonho kembali menghantui dan mengusik ketenangan hidup kekasihnya.
Karena kejadian suram dua belas tahun lalu telah cukup menancapkan sebuah goresan luka yang teramat dalam pada ulu hati Wonho dan mengombang-ambingkan jiwa pria itu dalam ketidaknormalan.
Kihyun tahu betul akan hal itu.
“Wonho hyung.. Aku..”
Kihyun tak melanjutkan kalimatnya,ia memilih untuk memeluk tubuh itu kedalam dekapan hangatnya.
Wonho diam tak bersuara,tangannya melingkar erat dipinggang Kihyun dan membenamkan wajahnya didada Kihyun.
“Aku baik-baik saja Kihyun-ah.. Hyungmu ini tak sakit Kihyun-ah..”
Bisik Wonho berulang-ulang untuk kesekian kalinya dan mengatakan jika dia tidak dalam keadaan yang memilukan seperti yang dipikirkan oleh Kihyun.
Kihyun mengangguk tegar dan menguatkan kelopak matanya agar genangan air mata itu tidak jatuh turun mengalir dipipinya.
**
Kihyun menyeruput segelas kopi hangat dan duduk dengan damai dalam keheningannya seorang diri.
Terkadang ia melantunkan senandung kecil yang terdengar indah dari bibirnya untuk mengisi kesunyian yang melingkupi.
Kihyun meninggalkan Wonho yang tengah menjalani sejumlah terapi bersama Dokter Kim.
Kihyun dapat bernafas lega setidaknya Wonho sudi meskipun butuh bujukan sedemikian rupa untuk menjalani tahap awal pengobatan.
Drrt.. Drrt..
Sebuah pesan masuk berderat menggetarkan ponsel didalam saku kanan hoodienya.
Ia merogoh kantong saku yang tidak terlalu dalam itu lalu mengambil ponsel tersebut dan membuka sebuah pesan yang tertera disana.
“Kihyun-ah.. Aku didepan apartementmu sekarang” -Shownu Hyung-
Kihyun dikepung rasa hening.
Apa yang dilakukan Shownu didepan rumahnya sekarang?.
Kihyun berancang tegak dari duduknya dan bergegas pulang kerumah untuk menemui Shownu yang tengah menanti kehadirannya.
TBC
Notefood :
Fyuhhh /elap keringet/
Two side chap III kelar.. Ngaco? Iya.. ㅋㅋ
Penuh intrik nih dan gak melulu gue masukin adegan dewasa.. wkwk xD
Chap IV nggak tau harus diapain lagi ceritanya.. Happy ending.. Atau sad ending ya.. :3 /tampang ngeselin/
Anyway,tengkyu buat yang udah read.. Klik Vote dan komen kritik saran kalian ya guys .. /kedip genit/
Gomawo ~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top