DUA

Ditengah hiruk pikuk pesta kecil – kecilan yang diadakan oleh keluargaku, aku tenggelam dalam kesunyian yang mensenyapkan di kamarku. Tak aku hiraukan mereka semua yang menemuiku di kamar karena mengkhawatirkan aku. 

Aku katakan pada mereka bahwa aku baik – baik saja, aku hanya lelah setelah seharian ini kita –satu keluarga– berjalan ngalor – ngidul di pulau yang tidak terlalu ramai ini. 

Dan seperti biasa taktikku berhasil. Sudah lama aku memakai topeng ini. Bahkan tidak ada satu pun dari keluargaku yang menyadari bahwa aku memakai topeng. 

Cerdas kan aku? Sungguh ironis, mungkin itu jawaban yang akan kau berikan padaku, benar tidak?

Aku beranjak dari tempat tidurku. Dengan pelan, aku langkahkan kakiku menuju meja rias tempat dimana aku biasa membersihkan wajahku sebelum aku tertidur pulas. 

Namun, langkah kakiku yang perlahan itu seketika itu juga langsung terhenti ketika sudut mataku menangkap kilasan kertas panjang berwarna coklat. Kertas yang biasa dipakai seseorang yang istimewa untuku ketika dia menyuratiku. 

Lalu, dengan langkah yang sama temponya dengan sebelumnya, aku langkahkan kakiku menuju meja rias, tempat dimana surat itu diletakkan entah oleh siapa yang aku sendiri tidak tahu. 

Aku duduk di depan meja rias dan aku ambil surat itu dari tempat dimana surat tadi diletakkan. Dengan hati – hati aku buka amplop yang sekarang sudah berada di tanganku. 

Ku mencoba untuk duduk senyaman mungkin di sofa yang tersedia di kamarku sambil mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya. Aku tahu surat ini dari tunanganku. 

Siapa lagi di zaman yang serba modern ini yang bersedia melakukan tradisi surat – menyurat selain tunanganku? Menarik. Perlahan tapi pasti aku baca surat dari Ziyan, tunanganku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top