7. Aku Cantik

[Kamu balik-balik sama cerita insekyur. Meresahkan. Ntar kapan-kapan aku ajak Gio sajala.]

Jangan gitu. Habis Penulis 'kan yang bilang aku harus cerita lagi. Aku tidak tahu harus cerita apa. Anyway, hari itu, kalau tidak salah kepercayaan diriku kembali menurun.

Tidak salah sih, 'kan memang sedang menurun. Padahal biasanya, penampilan dan tubuh tidak bisa mempengaruhiku. Aku tidak peduli, yang penting aku nyaman.

Lalu, aku yang menyadari perasaanku kepada Gio ini mulai melihat apa yang tidak kupedulikan sebelumnya. Gio punya banyak teman yang cantik--luar dan dalam. Mereka baik, perangai mereka pun baik.

Hari itu, aku tidak tahu harus mengatakannya seperti apa. Namun, aku merasa tidak pantas untuknya. Aku ini biasa saja, keunggulan tidak ada. Apanya yang pantas?

Gio punya banyak orang yang menyukainya, tetapi mereka semua ditolak begitu saja dengan aku sebagai alasan. Bukan narsis kok, Gio memang seperti itu.

Memang meresahkan.

Tidak serta merta kepercayaan diriku menurun. Menurutku sendiri, mungkin karena kesadaran ini dipendam sejak awal dan aku mengabaikan. Bukan hal yang baik.

Kali pertama, kami pernah pergi ke taman. Hari itu Gio, entah karena apa, ingin pergi ke taman. Lalu, kami bertemu dengan salah satu teman sekelasnya. Dia cantik, manis juga. Kepribadiannya ramah sekali.

Gio dan gadis itu akrab. Tidak kok, aku tidak cemburu. Sulit rasanya merasakan emosi yang satu itu di saat aku tahu dia bahkan bukan pasanganku.

Awalnya, aku tidak menghiraukan hubungan mereka. Toh, mereka teman. Boleh dong Gio dekat dengan siapa saja yang dia inginkan.

Lalu, kejadian itu berlanjut secara berkala selama beberapa minggu. Aku terus melihat teman-teman baiknya.

Cantik.

Baik.

Ramah.

Tinggi.

Putih.

Kurus.

Yang terakhir itu menamparku. Ah, apa kamu--siapa pun kamu--membayangkan aku adalah gadis cantik ala-ala wattpad yang bertemu dengan laki-laki serba sempurna kemudian kami berjodoh?

Tidak begitu. Ceritaku tidak semanis itu.

Aku ini pendek, kulitku gelap, gendut pula. Cantik tidak, wajahku standar. Aku orang yang canggung. Sekali pun ramah, aku hanya bisa bersikap demikian kepada orang terdekat saja.

Tidak, aku tidak secantik itu. Buyarkan imajinasimu soal wajahku.

Maka hari itu, saat kami sedang berbincang seperti biasa, aku mengutarakan pikiran yang bersamayam dalam benak.

"Aku nggak cantik, Gio."

Dia hanya melirik, menatapku dengan kerutan pada dahinya. "Kok ngomongnya gitu?"

"Eh? Aku tuh ... gendut."

Padahal kupikir, bentuk tubuh dan lain sebagainya yang berkaitan dengan fisik tidak akan memengaruhiku. Toh, aku tidak peduli. Namun, kenapa ...?

Mungkin karena jauh dalam alam bawah sadarku, aku juga seorang perempuan pada umumnya.

"Terus?" Gio menegak teh tawarnya--dia tidak suka yang manis-manis.

Aku mengerjap, alisku bertaut. "Terus, ya, gendut. Aku ... bukan cuma itu! Aku, aku juga hitam. Nggak cantik."

Hari itu, aku hanya terdiam setelah selesai mengeluh. Gio hanya menatapku dengan sorotnya yang tak bisa kuartikan. Dia menyimpan gelas yang ada pada tangan kanannya di atas meja.

Walau tidak jelas apa alasanku mengatakan bahwa aku tidak cantik, aku merasakannya. Aku tidak cantik.

Sama sekali.

Sebelum Gio membuka mulutnya hari itu, aku tidak tahu apakah kegelisahanku tersampaikan.

Aku gendut. Itu yang pertama keluar saat dia bertanya kenapa aku berpikir demikian.

Lalu, Gio terkekeh. Dia menatapku jenaka. "Udah lah."

"Nggak bisa gitu, dong. Kamu nggak ngerti! Padahal banyak yang suka sama kamu, mereka cantik-cantik. Mereka semua baik-baik. Mereka semua ... kurus. T-terus kenapa aku?"

Gio kembali terkekeh. "By, cantik itu diejanya c-a-n-t-i-k. Bukan k-u-r-u-s. Ngapain mikirin berat badan? Kalau cantik ya cantik aja."

Jawabannya tidak kuelak.

Gio pandai membuatku bungkam.

"Lagian," dia menopang dagunya dengan tangan kanan yang bertumpu pada lengan sofa, "kamu mau aku sama orang lain?"

"Kalau kamu senang--"

"Nggak," potong Gio. Dia tersenyum. "Kalau aku senang, biarkan aku suka sama kamu ...."

Dia beranjak, masih menatapku dengan senyuman yang terukir manis.

"... Tanpa mikirin orang lain."

***

615 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top