11. Dia Berubah
Apaan nih, kok gelap bang--wih, lampunya nyala. Ya, tapi ini di mana?
[Hai.]
Lo siapa? Gue di mana?
[Ruangan yang aku sebut sebagai, "Tempat Cerita Meresahkan"]
Ah? Hm, ya ... kalau lo naksir gue, nggak usah sampai seniat ini sampai harus bikin ruangan serba putih dengan meja dan kursi. Lo siapa, by the way? Gue belum pernah lihat lo di sekolah. Murid baru?
[Bukan--]
Lah kalau bukan cewek yang lovesick sampe gue diculik kek gini, lo siapa dong?
[Pede amat sih 😭 aku Penulis. Mereka memanggilku demikian.]
Oh.
Mereka siapa? Lo kalau mau ngasih tahu jangan setengah-setengah gitu, ah. Gue nggak pintar.
[Ish, yaudah. Aku Penulis, sebut saja begitu. Hari ini aku membawamu kemari perihal sebuah cerita pendek bergenre fluffy teenfict. Kamu kenal Shelby dan Gio, 'kan?]
Jadi maksud lo gue diculik--
[Nggak diculik, ih!]
Ya, sama ajalah! Gue bangun di ruangan tertutup yang nggak ada apa-apa selain meja dan kursi, terus lo masuk dengan tampang mencurigalan gitu. Apalagi selain penculikan?
[... Iya deh, aku culik.]
Mau lo apa?
[Aku mau kamu menceritakan sesuatu soal Gio. Apa aja, deh, yang penting tentang Gio.]
Kalau lo naksir sama dia, percuma, bre. Lo mau cantik kek, mau pintar kek, mau imut kek, mau ramah kek, percuma. Dia udah buta sama cewek lain.
[Aku nggak naksir Gio, astatang.]
Tujuan lo apa, sih?
[Ceritain Gio aja, susah amat.]
Ya susah, lah! Lo pikir gue mau nyeritain soal teman gue ke orang asing kayak lo? Sorry, nggak akan.
[Gio pernah ke sini, ih!]
Mana mungkin gue percaya sama lo.
[Ya, kalau gitu telepon dia aja!]
... Ya deh. Percaya.
[Belum ditelepon.]
Nggak perlu, muka lo muka-muka orang bego. Nggak mungkin sampe bilang kek gitu kalau tahu bakal kalah.
[DIH NGATAIN! Ya udah cepat cerita. Apa aja. Yang penting tentang Gio.]
Kenapa Gio duluan? Lo tadi nyebut Shelby, 'kan? Kenapa nggak dia dulu aja?
[Mau keluar dari sini atau nggak?]
Iya deh, ah. Ribet amat.
Apa, ya? Dia tuh orangnya pintar, jurusan IPS, tapi andal banget soal sains. Kayak, dia tuh tertarik sampai dipelajari. Sampai pergi ke perpustakaan cuma buat baca-baca tentang sains.
Orangnya baik sih, ramah, selalu senyum. Mungkin karena itu banyak cewek yang suka sama dia? Mana dia tuh ya, talentanya banyak banget. Udah pintar, eh dia bisa ngegitar. Suaranya juga bagus.
[Nama kamu siapa? Maaf, lupa nanya.]
Raditya.
Diem, gue mau lanjut. Kalau nggak lanjut ntar kelamaan di sini, mau nonton Gordon Ramsay. Ah, omong-omong soal Gordon Ramsay, gue jadi inget kalau si Gio suka masak. Masakannya enak banget, heran.
Yang aneh, dia pengennya jadi pengacara, bukan koki. Nggak masalah sih, gue mah dukung-dukung aja. Kami udah berteman sejak TK soalnya, masa iya dia punya cita-cita nggak gue dukung? Walau nggak nyambung sama hobinya, sih.
Terus, dia tuh orangnya cuek banget sama cewek. Kalau semisal ada yang ngajak pacaran, dia terima. Kalau diajak putus, dia juga terima. Nggak ada protes gitu, nggak ada rasanya.
Sekarang, dia udah nggak kayak gitu lagi.
Awalnya sih gue nggak percaya, soalnya ya, dia Gio ; cowok paling cuek di antara teman-teman gue. Bayangin dia diajak pacaran dan putus cuma bales "oke" doang.
Jadi intinya, menurut gue, dia belum pernah suka sama orang. Kek, belum pernah bener-bener suka.
Sampai satu keluarga pindah ke rumah di samping punya dia. Keluarga itu ada anak cewek, seumuran sama kami. Namanya Shelby Erina, kalau nggak salah. Gue nggak hafal nama belakangnya.
Mereka temenan dong, awalnya. Eh, berapa bulan setelahnya, ya? Gio malah kecantol sama dia.
Beda banget.
Lo tahu nggak, si Gio bilang apa waktu gue lagi ngobrol? Dia tiba-tiba nyeletuk, "Keknya gue suka sama dia."
Siapa yang nggak kaget, coba? Gue kenal betul siapa Gio, makanya waktu dia bilang suka duluan, gue rada nggak percaya. Bagus sih, akhirnya dia puber, tapi ini Gio.
Malah ada yang ngira kalau dia homo.
Lah iya sih, dia homo sapiens. Maksudnya, ada yang ngira dia gay.
Gue tanya 'kan waktu itu. "Dia, siapa?"
"Shelby, tetangga. Lo pernah ketemu sama dia, 'kan?" katanya.
Bingung 'kan gue. Soalnya, menurut gue, Shelby tuh nggak cocok-cocok amat sama Gio. Aneh, malah, kalau mereka beneran jalan.
Maksudnya ya, Shelby tuh ... cewek. Apa, ya? Dia aneh, deh. Kek, polos banget?
Nggak tau, lah, pokoknya gitu. Lah, tapi mereka beneran saling suka sekarang dong? Udah kayak cerita romance remaja di wattpad aja. Dua-duanya first love masing-masing.
Tapi beneran kejadian. Mereka baru bener-bener suka sama orang tuh, ya sekarang. Gue senang sih, Gio udah kelihatan kayak cowok normal. Walau sebetulnya cewek di sekolah pada kecewa. Maksudnya, yang sempat naksir Gio.
Kabar kalau Gio udah punya nyebar cepat. Padahal, dia nggak populer. Iya, dia banyak bisa dan pintar, good looking juga. Tapi serius, dia nggak populer. Dia cowok biasa.
Makanya waktu kabar begitu sampe nyebar luas, gue sama Gio nggak habis pikir. Lah, mereka tahu dari mana? Memangnya kabar kayak gitu penting?
[Menurut kamu mereka nggak cocok?]
Siapa?
[Shelby dan Gio. Barusan, kamu bilang gitu, 'kan?]
Iya.
[Kenapa? Kasi alasan jelas dong, jangan setengah-setengah.]
Shelby nggak punya kelebihan. Dia cewek yang biasa aja. Dia pintar kagak, cantik juga nggak. Manis sih orangnya, baik, tapi nggak ada keunggulan lain. Dia bisa nulis sih, tapi tulisannya nggak bagus-bagus amat.
Gue bisa bilang, dia itu biasa banget. Nggak tau, menurut gue, Gio bisa dapat yang lebih baik.
[Hm. Menurut kamu, Gio. Gimana?]
Eh?
Gue lirik kanan-kiri, nggak ada apa-apa selain dinding putih. Saat gue menoleh, ternyata di belakang gue ada semacam kaca tembus pandang. Di sana, Gio berdiri sambil lihatin gue.
Di samping kaca itu, ada pintu yang warnanya kelabu. Orang yang memanggil dirinya sebagai Penulis kemudian suruh Gio untuk masuk, yang dituruti olehnya.
Alis gue bertaut, antara gugup dan merasa bersalah udah ngomong kayak barusan.
Gio berdiri nggak jauh dari meja, senyum yang biasa terlukis di wajahnya sirna gitu aja. Gue nggak bisa ngomong apa-apa, speechless duluan.
Kepala gue kembali tertoleh, kali ini menatap si Penulis. Dia duduk tegak di kursinya, kelihatan tenang banget. Wajahnya juga nggak kelihatan merasa bersalah, padahal jelas-jelas dia udah mengadu domba, 'kan?
[Menurutmu, Gio? Shelby nggak pantas buat kamu, kah?]
Nggak tahu kenapa--mungkin sebagian besar karena rasa bersalah--gue nggak bisa lihat Gio. Makanya, gue cuma melirik.
Dia senyum.
Senyumnya nggak kelihatan ramah.
***
1040 kata.
Hola, ¡amigos!
Wah? Udah lama nggak lanjut tapi malah buka kartu :'v AHAHA! Iya, ini bukan cerita cuplikan keuwuan Shelby dan Gio. Cerita ini memiliki alur maju.
Penulis nggak bisa nulis cerita fluffy, makanya improvisasi. Bagus nggak? Nggak? Iya sih. Soalnya, konsepnya malah rancu ya?
Semoga pembaca bisa menerka ini sebetulnya tentang apa, dan siapa si Penulis itu.
( ͡° ͜ʖ ͡°)
Adiós, ¡amigos!
A i s h i p i t.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top