BEHIND TWENTY FOUR
Saya mau bikin Behind the scene kind of thing buat cerita saya ke depan. Twenty Four, will be the first. Kalian akan tahu proses nulis cerita ini seperti apa. It won't be long, kok. Just sharing the journey of writing this story.
Ide awal cerita ini sederhana banget. Saya pernah punya crush cowok Jerman. Just a crush ya, nggak sampai yang stalking parah terus terobsesi. Why? Simply because he's a very nice and smiley guy. Lukas adalah cowok Jerman itu. Kesamaan mereka: Sama-sama dari Jerman, tinggi melebihi rata-rata (cowok Jerman taksiran saya itu tingginya 193 cm, bekas pemain basket) dia di Bali juga dalam rangka magang di hotel, he loves surfing. Bahkan, pas saya nulis cerita ini, saya taruh foto dia supaya dapet karakter Lukas. So yes, Lukas is based on real person. But ... tentu saja saya fiksikan selain fakta yang saya sebut di atas. Saya sempat nunda cerita ini hampir dua tahun, tapi karena gelisah terus, akhirnya saya tulis juga cerita ini. Saya mulai nulis cerita ini tahun 2013 dan saya posting di sebuah gay forum. Jadi versi yang di Wattpad ini adalah versi yang kurang lebih sama dengan versi yang di Boyzforum, hanya saya benerin dan edit aja. The storyline is still the same.
Selain itu, ide cerita ini juga datang dari Atonement (versi film yang dibintangi James MacAvoy dan Keira Knightley tahun 2007) Di situ, kebohongan Briony menghancurkan hubungan antara Cecilia dan Robbie. Saya pengen buat cerita di mana kebohongan seseorang bisa mengubah takdir dua orang. So, that was actually the whole idea about Twenty Four. Kebohongan Rena jelas mengubah takdir Lukas dan Satya dan mmebuat hidup du apria itu berubah haluan. Apa yang terjadi kalau Rena nggak bohong? Satya mungkin tetep ketemu Stefan, tapi nggak akan sampai punya hubungan. Lukas mungkin nggak akan kecelakaan ski dan dia akan balik ke Bali begitu selesai kuliah dan Rena mungkin tetep ketemu Joddi dan nikah. But, see? One lie can affect two people's lives.
Sederhana kan idenya? Hahahahaha.
Ide awalnya juga saya bikin Rena meninggal dan kebohongan Rena itu membuat Lukas dan Satya ketemu di Cologne and they said the words that can't be said while Lukas was in Bali. Tapi di tengah-tengah, saya berpikir kalau matiin Rena, then the story would be kind of lame. Saya pengen nulis cerita di mana nggak ada karakter yang meninggal tapi tetep punya emotional punch. Akhirnya, muncullah Joddi dan Stefan meski awalnya saya nggak berniat munculin tokoh baru selain Rena, Satya, dan Lukas. Dari sana, storyline yang saya rencanain dari awal nulis berubah haluan. Rena memang sengaja saya buat menikah dengan Joddi dan banyak yang bilang, saya berlaku nggak adil sama Lukas dan Satya, terutama Lukas. Is it? Menurut saya, hidup dikejar rasa bersalah itu nggak enak banget dan balesan Rena adalah she lost Satya and Lukas as friends. Kehilangan orang yang kita anggap sahabat dekat itu jauh lebih nyakitin daripada kehilangan pacar. So, I don't think Rena is happy sekalipun dia nikah sama Joddi dan pindah ke LA. Dibenci orang itu bikin hidup kita nggak nyaman lho.
Saya nggak berusaha nulis sesuatu yang mengandung moral story sama sekali. Nggak pernah kepikiran ke sana malah. Kalau beberapa pembaca nggak bilang kalau mereka belajar dari cerita saya juga saya nggak pernah tahu. I do think, Twenty Four is a light story. Buat yang ngikutin saya di forum sejak Best Man sampai sekarang, banyak yang berpendapat, Twenty Four ini jauh lebih 'ringan' dibanding Best Man, meski di Best Man juga nggak ada yang mati. Saya nggak terlalu suka ngambil ide yang njlimet buat nulis cerita. I love simple thing, simple idea and write it as something different. Tentu aja, saya masih belajar banyak dan akan terus belajar buat nulis lebih baik lagi.
Banyak yang kecewa sama ending-nya dan saya nggak nyalahin mereka yang benci sama ending yang saya buat. Bahkan, ada yang bikin ending sendiri, hahahaha. Buat saya, apa yang dilakukan Satya is the best thing he can do. Apakah Satya udah nggak cinta sama Lukas lagi sampai kemudian lebih milih Stefan? Kadang dalam hidup, kita juga harus logis meski dalam urusan cinta. They said, mind and heart are the best partner when it comes to love. Banyak yang bilang kalau Stefan memanipulasi perasaan Satya dengan nyimpen kebohongan yang dia udah tahu dan bertindak seperti pahlawan dengan bilang ke Satya buat ketemu sama Lukas. I don't think he manipulated Satya's feeling. Saya percaya ada yang namanya unconditional love dalam hidup, even in the gay world because I had one. Nggak ada yang lebih penting daripada kebahagiaan orang yang kita cintai. And that takes a big heart to say those words and really mean it. Cinta kadang membuat orang jadi egois. Cinta Stefan ke Satya, buat saya adalah bentuk unconditional love.
Banyak juga yang minta kelanjutan kisah Lukas setelah saya namatin Twenty Four. I'm not a fans of sequel, jadi saya bilang nggak akan bikin cerita lanjutan. Buat saya, ending Twenty Four adalah the way it supposed to end. Mungkin bukan ending yang sempurna, but it's just how this story should end. Ketika saya mulai nulis 25K, saya tahu harus bikin cerita lanjutan dari Twenty Four. Kenapa? Simply because I want to thank my readers who have read Twenty Four. Saya bukan penulis yang suka nurutin maunya pembaca, makanya saya jaraaaaaaang banget nulis sesuatu yang diminta pembaca. Tapi, saya juga tahu gimana rasanya dibuat penasaran sama ending sebuah cerita. After all, I'm a reader as well. Jadi, cerita lanjutan Twenty Four yang ada di 25K, yang judulnya OUR LAST EVENING adalah dari POV Lukas dan murni saya tulis karena banyak pembaca Twenty Four yang minta. Apakah Lukas ketemu orang lain? Apakah ada masalah antara Satya sama Stefan? Semuanya ada di cerpen itu. Makanya, nanti beli ya kalau saya buka PO 25K lagi, hahahaha.
Apa lagi ya? Kayaknya saya udah cerita banyak tentang Twenty Four. So, I think it's enough. Terima kasih buat semua komentar dan vote-nya. Buat yang udah baca tapi nggak berani buat vote atau komen, terima kasih juga. I just wish I could acknowledge you all. Semoga cerita ini cukup ngasih kalian bacaan yang bagus, atau kalau nggak, ya semoga menghibur J
Saya minta maaf kalau ada komentar yang belum saya bales, bukan karena saya nggak mau, tapi mungkin kelewatan karena notifikasi saya sejak upload Twenty Four secara beruntun, banyak banget. Jadi, dimaafin yah? Kalau ada yang masih mau ditanyain soal Twenty Four, tinggalin aja komen di Behind The Scene ini, nanti saya jawab.
See you in another story! And once again, thank you for reading Twenty Four.
Abiyasha
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top