4. Nametag
"Ck!"
Aku memacu langkah sekuat tenaga, berusaha mengejar monster yang ada di hadapanku ini. Kedua tanganku sudah siap dengan skill sihirku yang telah mencapai level 7 kemarin.
Dan di hadapanku, seekor monster level 1, wild hare tengah berlari mencoba menghindari seranganku.
Seorang player level 43 mengejar monster level 1, ya bisa dibilang ini semacam bullying, tapi hei! Aku hanya ingin mengetes skill baruku!
Aku mengarahkan kedua tanganku ke arah kelinci malang itu, energi petir yang besar mulai muncul menyelimuti kedua tanganku.
"Skiru de lebel savan! Thunderbolt!"
Blarrr!!
Seketika, kelinci malang itu tergeletak tak berdaya setelah menerima serangan dariku. Luar biasa! Skill ini luar biasa! Mungkin skill ini adalah skill penyeranganku yang terkuat untul saat ini, mengingat spesialisasi class-ku sebenarnya adalah healer, seorang penyembuh.
Ya, tapi kurasa belum cukup jika hanya mencobanya pada monster level 1, sekarang sebaiknya aku pergi ke lantai atas dan mencobanya pada monster level 5 ke atas.
Pop.
Eh? Notification pop-up? Ada apa?
Aku dengan segera menyentuh pop-up tersebut, dan seketika muncul sebuah tulisan tepat di depan mataku
You just killed a hare in the hare's liar and make the hare's leader mad!
Summoning Special Event Boss 'Shirousagi',
Happy Easter!
Sialan! Aku lupa ada event spesial paskah. Harusnya aku tidak mencoba skill di sini!
Ziing.
Sebuah lingkaran sihir muncul di hadapanku dan seketika sesosok kelinci putih raksasa muncul.
Matanya merah dengan bekas luka di pipi kirinya ia memakai baju seperti assassin dengan dua bilang pedang di tangannya.
Dan di atas kepalanya itu, tertulis 'Shirousagi, The White Flash'.
Boss level 70 ....
Akh! Jika mati di sini aku akan dapat penalty exp yang cukup besar. Sial!
Aku mulai melangkahkan kakiku dengan cepat menjauh dari sana sembari membuka inventory-ku.
"Teleportation scroll ... Teleportation scroll, akh! Aku lupa membawanya!" ucapku sembari mengacak-acak rambut panjangku, menyesali kebodohanku sendiri.
Aku menoleh ke belakang, sekelibat cahaya putih nampak memelesat ke arahku.
Brukk.
Aku tersungkur, boss kelinci ini sudah menindih tubuhku dengan kedua bilah pedangnya sudah terangkat tinggi-tinggi, siap untuk menikamku.
Ck! Seharusnya hari ini aku naik level ....
Clebb!
Aku memejamkan mataku. Terdengar suara benda tertusuk, namun hp bar-ku tak berkurang sama sekali, ada apa?
Kubuka mataku perlahan dan pemandangan yang kulihat sudah lain dari sebelumnya.
Sebilah pisau menusuk tubuh boss itu, dari punggungnya menembus hingga ke dadanya.
Pisau itu kemudian menghilang, ditarik oleh pemiliknya, entah siapa dia yang berada di balik tubuh boss ini.
Tunggu, kulihat hp bar boss itu perlahan menurun, pisau itu, beracun?
Ah! Hanya satu orang yang kutau memiliki spesialisasi Poisonous Blade ini, seorang Assassin level 57 ....
Pop.
Kubuka pop-up yang muncul itu, isinya sudah pasti seperti dugaanku.
Arkhan invited you to join his team, accept?
Aku tersenyum kecil melihatnya dan segera menekan tombol biru bertuliskan 'accept'.
"Dasar tukang ikut campur," ucapku pada chat team begitu aku sudah masuk ke dalam team-nya itu.
"Haha! Kau yakin takkan berkata 'oh, Arkhan! Syukurlah kau datang! Kau sungguh pahlawan! Aku mencintaimu!' atau semacamnya, Rinoa?" ucapnya dengan nada mengejek sembari mencoba menghindari serangan boss kelinci itu yang sudah mulai pulih dari racunnya.
Slassh!
Sebuah tebasan mengenai lengan atas Arkhan.
"Aku lebih baik berhenti bermain VR-MMORPG ini daripada harus berkata demikian! Heal!"
Tsaam.
Luka di lengan Arkhan perlahan menutup setelah terkena skill-ku.
"Terima kasih," ucapnya sembari masih tersenyum miring. Benar-benar ... wajah yang menjengkelkan.
Kulihat hp bar boss itu tinggal 15% lagi setelah menerima begitu banyak serangan dari Arkhan. Gerakan keduanya amat cepat hingga tak butuh waktu lama untuk salah satu dari mereka tumbang.
Tep.
Eh? Arkhan ... menghentikkan serangannya? Ada ap--
"Sekarang, Rinoa! Gunakan skill barumu!" teriaknya.
"Eh? A-apa?"
Slassh! Slassh! Slassh!
Serangan beruntun boss itu menebas tubuh Arkhan berkali-kali, ck! Dia ini ... bodoh ya?!
"Skiru de lebel savan! Thunderbolt!"
Blarr!
Pop.
Congratulations!
You've just killed a special boss!
You get a skill point as reward!
Ah, masa bodohlah ... sekarang yang penting, Arkhan!
Aku menghampiri tubuhnya yang tergeletak di tanah. Hp bar-nya ....
"Haah," aku menghela napas lega, masih tersisa ... 5%.
"Hei, sebaiknya kau segera pergi ke kota, kau tahu kan skill pengobatanku hanya bisa bekerja bila hp targetnya di atas 10%? Dasar bodoh, sebenarnya apa yang ka--"
4% ....
Eh? Kenapa hp-nya menuru-- astaga ....
Bleeding ... dia terkena bleeding, itulah penyebab hp-nya terus menurun. Ck! Apa yang harus kulakukan?
"Hei ... Rinoa, aku tidak apa-apa. Jangan bersedih ... berjanjilah, kau akan tetap hidup untu--"
"Diam! Ini hanya game, bodoh!"
3% ....
"Hahaha! Kalau begitu kau tak perlu memasang wajah khawatir seperti itu 'kan? Tenang saja, aku paling hanya kehilangan 10% exp-ku, jadi tak perlu khawatir, aku dapat menggantinya dalam tiga hari," ujarnya sembari tersenyum padaku.
2% ....
Tidak ... bukan itu masalahnya, dia ... sudah membiarkan dirinya kena serang hanya agar aku dapat mengetes skill baruku. Padahal seharusnya ia dapat membunuh boss itu dalam satu kali serangan lagi, tapi ... dia malah melakukan ini, untukku ....
1% ....
Akh! Apa ... apa yang bisa kulakukan?!
0% ....
"Sampai jumpa di kota lima menit lagi, Rinoa."
Biiip.
Tubuhnya ... berubah menjadi berwarna abu, ia kini seperti patung.
Aku tidak berguna ... Arkhan sudah melakukan hal ... hal yang sangat bodoh hanya demi aku, tapi aku tak dapat melakukan apapun untuknya.
Kini ia hanya bisa terdiam di sini, mematung selama 5 menit, kecuali bila ada yang membangkitkan--
Tunggu, benar juga! Revival! Aku mendapat skill point dari boss tadi 'kan?
Aku segera membuka skill tree-ku dan segera mempelajari Revival. Ah, tutorial-nya ....
Revival
How to use: read the spell below, then after you finger glow, touch your lips and kiss the dead player to revive him/her.
....
Apa-apaan?! Kenapa aku harus mencium si bodoh ini?!
Huft, tenang Fajrina ... tenang.
Aku menatapnya, ia benar-benar tak berdaya ....
Haah sudahlah ... dia sudah mengorbankan dirinya demiku dan lagipula ... ini hanya game 'kan?
Baiklah.
"Skiru de lebel wan! Revival!"
Siin.
Telunjukku menyala, lalu dengan perlahan kusentuhkan pada bibirku.
Dengan segera kudekatkan wajahku pada wajahnya, ku tatap wajahnya itu ... ck! Dia pasti masih di sana, melihat semua yang kulakukan, nasib baik chat system-nya di-mute selama ia mati.
Aku memejamkan mataku, memantapkan niatku. Baiklah, aku siap.
Perlahan ... perlahan kudekatkan wajahku padanya, aku masih memejamkan mataku, tak berani melihat wajahnya.
Perlahan ... perlahan ... perlahan ....
Cupp.
Astaga! Aku benar-benar melakukannya!
Tunggu ... tapi ini tak terasa seperti ....
Kubuka mataku perlahan, dan kudapati wajahku tertutup oleh sebuah telapak tangan yang besar.
"Apa yang kau lakukan, Rinoa?"
"E-eh?! A-arkhan? Bagaimana ... bagaimana bisa?" ucapku gelagapan sembari menjauh darinya. Ia kemudian kembali tersenyum miring.
"Skill pura-pura mati, keren 'kan?"
"E-eh? Ja-jadi kau sengaja melakukan semua ini?"
Ia menggangguk pelan sembari masih tersenyum miring menyebalkan, benar-benar menampilkan wajah tanpa dosa.
Urk! Dia ini ....
"Bodoh!" teriakku sembari bergegas menjauh dari sana, sungguh ... laki-laki kampret! Aku masih bisa mendengar tawanya dari belakangku.
Wajahku ... memanas, entah semerah apa wajahku sekarang ....
Ah ... aku baru ingat ....
"Arkhan," ucapku pelan.
"Hm?" sahutnya, ia mencoba menahan tawanya.
Ck! Menyebalkan ... tapi, hal ini serius ....
"Hari ini, mungkin akan menjadi hari terakhirku bermain," ucapku datar.
"Eh? Ke-kenapa?" tanyanya yang kini menjadi serius.
"Nilai sekolahku turun ... besok aku akan dipindahkan ke sekolah elit, dan kurasa ... aku takkan memiliki waktu untuk bermain game karenanya," jelasku. Arkhan nampak sedikit terkejut mendengar pernyataanku, ia lalu mengangguk pelan dan mengacungkan jempolnya.
"Baiklah, semangat untuk sekolahmu ya, kuharap kita bisa bertemu lagi kelak. Baik dalam game atau mungkin di dunia nyata," ucapnya.
Tapi ....
"Aku ... punya satu permintaan sebelum aku pergi, Arkhan."
"Eh? Apa itu?"
"Bisakah kau beritahukan nama aslimu padaku?"
"Eh?" Arkhan membulatkan matanya, nampak bingung dengan pertanyaanku.
"Aku akan pindah ke Bandung ... siapa tahu kita bisa bertemu nantinya?" ucapku yang membuat Arkhan seketika berbinar.
"Aldo Rakhana, atau bisa kau panggil Aldo," ujarnya. Aku mengangguk.
"Baiklah, kurasa sekarang sudah waktunya aku log out, sudah malam di dunia nyata, bukan?" ujarku sembari mulai membuka opsi menu.
"Eh? Tunggu Rinoa ... bagaimana denganmu? Siapa nama aslimu?" tanyanya, namun aku hanya menatapnya sembari tersenyum jahil.
"Rahasia, jika aku bisa menemukanmu di dunia nyata maka saat itulah kau akan tahu nama asliku."
"Hei! Itu curang!" ujarnya kesal, namun aku tak menghiraukannya, ia sudah mengusiliku sebelumnya, balas dendam itu memang menyenangkan.
Aku dengan segera menyentuh tombol 'log out' yang berada di depanku.
"Sampai jumpa, Aldo," ujarku sembari melambaikan tangan.
"Heei! Siapa namamu?!"
Blank.
Aku membuka NerveGear yang menempel di kepalaku, lalu menghela napas pelan dan tersenyum kecil.
"Fajrina ... Fajrina Mutiara, itulah namaku," gumamku pelan.
***
Itulah terakhir kali aku bertemu dengannya, Ark-- maksudku, Aldo.
Kini aku sudah berada di Bandung dan sampai saat ini aku masih belum menemukan orang bernama Aldo Rakhana ini.
Sungguh ... aku benar-benar bodoh, hanya menanyakan nama aslinya dan berpikir akan menemukannya dengan mudah di media sosial.
Namun ... aku malah tak dapat menemukannya di mana pun, Ayah juga masih melarangku untuk bermain game sehingga aku tak dapat mengontaknya ... huft, aku benar-benar bodoh.
Bandung ... yang dikenal dengan julukan 'Kota Kembang' ini sungguh indah, sangat jauh jika dibandingkan dengan hiruk-pikuk ibu kota yang menyesakkan.
Jalanan tak begitu ramai, semenjak adanya peraturan yang mengharuskan satu rumah hanya memiliki maksimal satu sepeda motor, dan diciptakannya angkutan umum yang luar biasa keren dan ramah lingkungan pada tahun 2018, banyak orang yang meninggalkan kendaraan pribadi dan lebih memilih angkutan umum seperti yang kunaiki sekarang.
Kota Kembang ... artinya Kota Bunga, namun, di mana ada kembang, di sana pasti ada kumbang ....
Kumbang mesum, seperti yang ada di hadapanku, seorang lelaki yang sejak tadi matanya selalu melirik-lirik ke arah dadaku, ck!
Sebenarnya aku ingin menegurnya agar ia kapok, namun ... aku tak tega juga, bisa-bisa ia malu berat karena angkutan umum ini cukup ramai, hingga pada akhirnya aku hanya berpura-pura tak sadar sembari mendengarkan musik dari earphone-ku dan memejamkan mataku.
Tak beberapa lama, aku mulai melirik ke arahnya lewat sudut mataku dan ck! Sekarang dia malah tanpa segan lagi menatap ke arah dadaku ini, benar-benar ....
"Kiri, mas," ujarku dengan cepat, dia benar-benar membuatku tak nyaman, terpaksa aku turun di sini, lagipula ... sekolahku berada tak begitu jauh dari sini.
Aku turun dari mobil putih itu dan bergegas menjauh dari sana setelah menempelkan Pay-Pass di pergelangan tanganku pada Scanner yang ada di pintu itu.
Aku berjalan sembari bergumam pada diriku sendiri. Kesal, aku sungguh kesal ... laki-laki itu seperti baru pertama kali melihat seorang gadis.
Tak butuh waktu lama, aku sudah tiba di tujuanku, sekolahku ... ada di seberang jalan sana. Aku melangkahkan kakiku pada zebra cross setelah memastikan kalau tak ada mobil lewat dari kiri dan kananku.
"Fajrina!" panggil seseorang tiba-tiba dari belakangku ketika aku baru saja tiba di seberang jalan, orang itu ... lelaki yang tadi? Eh? Ia kenal denganku? Ah, ia melambaikan sesuatu di tangannya sembari menyebrangi jalan, benda itu ... dompetku?!
"Ini, kau menjatuhkannya tadi, Fajrina," ujarnya sembari tersenyum ramah dan memberikkan dompet putih itu padaku.
"T-terima kasih, hei! Sebenarnya siapa kau? Apa aku mengenalmu? Kenapa kau tahu namaku?" tanyaku bertubi-tubi, namun ia malah tersenyum miring, senyuman ... yang amat familier.
Ia menggelengkan kepalanya pelan sembari berucap,"Tidak, aku tak mengenalmu ... tapi--" ia lalu menunjuk ke arah dadaku, apa yang--
"Nametag," ucapnya pelan sembari tersenyum.
"...."
Aku ... speechless.
"Haha, yasudah ya, lain kali hati-hati ... aku sudah terlambat masuk sekolah, jadi sampai jumpa," ujarnya sembari langsung menyebrangi jalan dan tersenyum miring.
Tunggu, senyumannya itu ... jangan-jangan? Ah! Namanya! Siapa namanya?!
"Hei!" panggilku cepat sehingga lelaki ini langsung menghentikkan langkahnya dan menoleh padaku.
Tunggu. Bodoh! Ia berhenti di tengah jalan?!
Teeeet!!
Terdengar suara klakson kencang, sebuah truk kuning nampak memelesat ke arahnya.
Astaga ....
Crassh!!
***
Bee doo bee doo~
Suara sirine yang menggunakan suara Minions itu menggem dari ambulan yang kunaiki, di dalam ambulan ini ... hanya ada aku dan lelaki ini yang menjadi korban tabrakkan karena kebodohanku.
Aku tak dapat menghentikkan tangisku, seseorang yang tak kukenal menjadi seperti ini karena ulahku ... aku sungguh bodoh!
Darah mengalir deras dari kepalanya, nampak juga beberapa rembesan darah dari balik celana abu-abunya itu.
Eh? Dia memakai celana abu-abu? Itu artinya dia murid SMA juga? Sama sepertiku?
Tunggu ... itu berarti, di balik jaket abunya itu, ia memakai seragam putihnya yang dilengkapi dengan ... Nametag?
Aku menatapnya, dia ... apa jangan-jangan ... ialah orang yang kucari?
Tanpa sadar tanganku bergerak sendiri, perlahan mulai mendekati resleting jaketnya.
Ziiip.
Aku ... apakah sudah siap untuk menerima kenyataannya?
Kusibakkan jaket berwarna abu itu, dan mataku langsung terbelalak begitu melihat nametag di dadanya, bertuliskan 'Aldo Rakhana'.
Tuuut.
Belum selesai aku terkejut melihat nametag-nya, aku kembali dikejutkan oleh suara melengking dari alat pendeteksi detak jantung yang berada tak jauh dariku, layarnya ... menampakkan garis horizontal memanjang.
"Tidak! Tidak! Jangan ... jangan mati! Jangan mati! Arkhan!!"
Apa yang harus kulakukan? Tubuhku bergetar hebat, air mata mengalir deras melalui pipiku.
Revival ....
Eh? Revival? Kenapa aku teringat oleh hal semacam itu? Apa alam bawah sadarku memintaku untuk melakukan-- oh tidak, yang benar saja!
Tunggu, tapi ... benar juga, napas buatan? Aku pernah mempelajari caranya ... apa salahnya mencoba?
Aku menatap wajah lemah lelaki itu yang tak berdaya, dengan mantap kubulatkan tekadku, kudekatkan wajahku pada wajahnya.
Wajah kami tinggal berjarak beberapa senti saja, perlahan mulai kudekatkan bibirku padanya seraya memejamkan mata.
Cupp.
Hangat. Aku dapat merasakannya, permukaan bibirku menyentuh miliknya, sedikit terasa asin karena air mataku yang tak ingin berhenti keluar.
"Hmph!"
Aku membelalakan mataku ketika kurasakan hembusan napas lemah menyentuh pipiku lembut, dan aku mendapati Ark-- maksudku Aldo terlihat terkejut, namun aku tidak peduli.
"Di mana ini?"
"Arkhan! Arkhan! Syukurlah!" ucapku bahagia sembari langsung memeluknya erat-erat, mengabaikan pertanyaannya.
"Eh? Arkhan? Apa maksudmu?"
Aku melepas pelukanku dan menatapnya lekat-lekat, aku kemudian menyeka air mataku pelan.
"Ini aku ... Rinoa, maaf aku selalu merepotkanmu," ucapku pelan, aku sudah tak peduli apa yang ia pikirkan soal aku yang 'menciumnya' barusan, yang pasti ... aku sangat bersyukur.
Ark-- maksudku Aldo membelalakan matanya, ia terkejut ... sudah pasti.
Namun, sedetik kemudian ia malah mengernyitkan dahinya.
"Tunggu, aku tau kalau kau gadis yang ada di angkutan umum tadi, Fajrina 'kan? Tapi ... aku tak mengerti apa yang kau maksud dengan Arkhan, Rinoa atau apapun itu, aku tak paham," ucapnya panjang lebar.
Tidak ... jangan bilang ....
"K-kau ... Aldo Rakhana 'kan? Pemilik akun Arkhan di Rodus Online?"
Ia menatapku bingung.
"Tidak, aku bukan Aldo, bagaimana bisa kau menyimpulkan namaku itu Aldo?"
Mataku membulat, apa? Ta-tapi ....
"Jangan berbohong, Ark-- maksudku Aldo! Nametag-mu itu sudah jelas-jelas bertuliskan nama 'Aldo Rakhana', jangan berbohong!"
"Eh? Nametag? Ah! Astaga ... aku baru ingat kalau bajuku dan Aldo tertukar ketika aku menginap di rumahnya semalam, haha! Maaf ya ... kau jadi salah orang," ujarnya seraya menggaruk-garuk kepala belakangnya.
Aku mematung. Tak dapat berkata apa-apa, kini yang terpikirkan olehku hanya dua ....
Pertama, entah mengapa adegan ini sepertinya pernah kulihat di suatu tempat.
Kedua ... orang ini berarti teman dekat Arkhan, entah apa yang ia akan ceritakan pada Arkhan soal ini, yang pasti jika ia mengetahuinya, aku pasti akan ditertawakan habis-habisan olehnya.
Aku ... harus membungkam mulut orang ini!
"Skiru de lebel savan! Thunderbolt!"
"Mm, apa yang kau lakukan?"
Huaaaa! Apa yang harus kulakukan?!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top