BAB 3
Bab ini ditulis bukan untuk menggurui namun untuk memberikan sebuah nilai pelajaran di dalam bab ini. Bab ini tidak ditulis untuk menyinggung pihak tertentu.
UNTUK 17 TAHUN KE ATAS!
Ketika malam tiba, di kamar, Mirna meminta kepada Toni untuk dibelikan mobil dari luar negeri. Mirna tahu, saat ini prioritas Toni itu tidak kepada mobil, tetapi sesuatu yang lain. Namun Mirna mencoba saja, nekat. Siapa tahu dia akan dibelikan mobil.
"Mas, boleh ya beli mobil. Mobil dari luar negeri," pintanya kepada Toni.
"Aku sedang tidak ada pikiran untuk membeli mobil baru. Aku malah memikirkan masa depan Remon."
"Masa depan Remon?! Kan itu bisa nanti-nanti."
"Aku pikir aku sudah nyaman dengan anak itu. Aku mau memberikan ia masa depan terbaik."
"Tapi Mas, kayaknya aku harus punya mobil baru, biar dilihat teman-teman! Atau kau selingkuh dengan Juleha ya?"
"Apa kamu ini?! Dikit-dikit Juleha! Dikit-dikit Juleha?! Kamu tahu bagaimana perasaan suamimu ini! Dasar istri bajingan! Tidak tahu diuntung!"
Tamparan mendarat di pipi Juleha. Juleha berteriak keras dengan air matai a menangis tersedu-sedu, berlari keluar kamar. Ada Remon yang lewat, ternyata anak itu mendengar perkelahian kdua orangtua angkatnya.
"Mama kenapa?"
"Papa kamu masa tidak mau belikan mama mobil!"
"Kenapa?! Memang mobil mama rusak?"
"Mobil terbaru dari luar negeri itu bagus Remon. Buat kamu ke sekolah juga. Tapi ayahmu tidak mau membelikan mobil baru! Papamu jahat Remon!" teriak Mirna.
"Tenang mama, sebenarnya aku ini tuyul! Papa ngomong yang kasar tentangku tadi di kantor. Aku sebenarnya tuyul raksasa!" teriak Remon. "Aku bisa memberikan kekayaan kalau mama mau. Asal mama ambil rajah yang ada di tempat rahasia papa."
"Rajah? Kamu tahu tentang itu?"
"Bukankah kalian mempertahankan kekayaan dengan rajah sakti itu?!"
"Iya."
"Ambil!"
Karena Mirna sangat menyayangi Remon, ia menuruti perintah anak itu, apalagi kini imbalannya adalah sebuah mobil yang ia bisa pakai untuk dipamerkan kepada teman-teman arisannya. Mirna lalu pergi ke ruang rahasia, ia menemukan linggis lalu merusak lemari yang ada di ruang rahasia itu.
Terbukalah lemari itu dengan paksa. Diambilnya rajah itu lalu ia pergi. Tak disangka sang suami memergokinya. Ia marah besar. Ia membentak-bentak dengan ucapan yang sangat tidak pantas.
"HEH bodoh! Kenapa kamu mengambil rajah itu! Susah juga jadi suami yang baik, yang humoris kalau ujung-ujungnya begini. Siapa yang menyuruh kamu mengambil itu rajah?! Kamu mau jadi orang miskin ya?!"
"Aku yang suruh! Karena aku adalah tuyul raksasa!" tiba-tiba tawa anak itu menggema. Ia pun berubah menjadi tuyul raksasa. Bajunya robek, terbuka. Benar-benar seperti tuyul botak yang yang kepalanya sangat licin.
"Dasar bajingan! Aku sudah sangka kamu penipu!" bentak Toni ketika melihat wajah Remon yang menyeringai, penuh dengan taring. Dari tangannya keluar gada untuk menyabet Toni.
"Mama akan aku rawat! Aku akan jadikan dia kaya. Karena aku bisa memberikan dia kekayaan. Tidak seperti kamu, suami bodoh!" umpat Remon.
"Dasar anak kurang ajar! Tidak tahu diuntung. Sini tempur sama gue!" Mendadak Toni berkata kasar dengan bahasa gaul. Tuyul dan anak Toni beradu. Toni membaca mantra, datanglah sesosok genderuwo yang sangat kelam. Sangat mengerikan matanya. Bertaring. Tubuhnya berbulu dan dadanya kemerahan.
Keduanya saling bertarung, rasanya di rumah itu ada gempa bumi. Sepasang suami istri itu berada di sisi masing-masing kubu. Si suami membela si genderuwo sementara si istri membela si tuyul raksasa.
Genderuwo mengeluarkan gada. Gada genderuwo dan gada tiuyul beradu. Bunyi bedebum sangat kencang dang tidak terelakkan menjadi sebuah tontonan yang sangat mengerikan. Degup jantung masing-masing kubu tidak bisa dipungkiri. Rasanya seperti kekuatan yang gila dengan alam yang berbeda.
Kepala tuyul dipukul genderuwo sementara kepala genderuwo diterkam tuyul. Tuyul semakin lama semakin kuat, ia mencoba menangkap kepala genderuwo. Si genderuwo kesakitan. Ia menampar tuyul. Ia goyang-goyangkan, ia coba patahkan kepala si tuyul, namun tidak bisa. Si tuyul masih saja bergeming.
Toni berlari, ia merebut rajah miliknya, ia pukulkan kepada kepala si tuyul. Tuyul pun berteriak dengan kencang. Remon kesakitan, ia ambruk dan jatuh. Keambrukan Remon membuat Mirna panik. Genderuwo menggigit kepala tuyul. Si Remon semakin dibuat tidak berdaya karena gigitan genderuwo. Pertarungan makin lama makin sengit. Makin menumpahkan darah kedua bangsa halus itu.
Tiba-tiba ada sebuah cahaya petir di langit. Suaranya menghentikan pertarungan mereka. Sebuah petir maut yang mencekam. Seakan pertanda ada yang marah dengan pertarungan yang mereka lakukan.
Sesosok jubah hitam, memakai sabit muncul secara tiba-tiba di rumah Mirna dan Toni. Mata keduanya sangat ketakutan. Mereka tidak kenal dengan sosok itu. Toni pun yang memikiki ilmu tinggi tidak mengenal siapa sosok itu.
"Siapa kamu?!" tanya Toni dengan berteriak.
"Aku Izrail!" jawab sosok itu.
Mendadak tangan Malaikat Izrail menunjuk kepada tuyul dan genderuwo. Keduanya bedarah, terjatuh dengan darah yang mengucur di leher mereka. "Aku diperintahkan untuk mencabut nyawa kalian wahai orang-orang yang kufur nikmat!" teriak Malaikat Izrail.
Malaikat Izrail lalu menggunakan sayapnya untuk terbang, ia mencekik Toni. "Kamu terilhat beragama! Kamu beribadah namun kamu menyembah kepada rajah ini! Kau tahu tulisan-tulisan di rajah ini untuk memanggil iblis! Bukan memanggil Tuhan!" teriaknya.
Lalu direbutnya rajah, dibacakannya ayat suci. Rajah itu terbakar dengan ayat suci. Toni kaget. "Kau manusia jahil. Binasalah!" Toni berteriak, telinganya kesakitan. Mata dan telinganya mengeluarkan darah. Tubuhnya menggelapar. Tongkat sabit milik Izrail menusuk jantung Toni. Toni membelakak dengan kencang, jantungnya terhenti.
Sementara Mirna, ia berteriak ketika sang malaikat maut datang kepadanya. Ia lalu berteriak dan hendak melawan. "Manusia sepertimu bukannya berdoa kepada Tuhan malah kamu khianati Tuhan demi kekayaan. Kau memilih bersekutu dengan tuyul! Kau juga menyakiti manusia! Juleha adalah wanita baik-baik! Kau tuduh dia berselingkuh dengan suamimu. Sungguh hina dirimu!" teriak Malaikat Izrail.
Mata Mirna membelakak, ketakutan, petir menyambar rumah. Rumah pun terbakar dengan dahsyatnya. Ruangan-ruangan kini penuh dengan api. Penuh dengan kegelapan. Suami-istri dengan jelmaan-jelmaan makhluk yang mereka bela telah tewas. Rumah mereka perlahan-lahan hancur lebur tanpa sisa.
Malaikat Izrail membawa sabitnya, keluar dari rumah sambil menyaksikan rumah itu terbakar. Ia kembali ke Kerajaan Tuhan untuk melapor kepada Tuhan Yang Maha Esa.
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top