BAB 2
Toni berpamitan dengan istrinya. Sudah tidak sabar ia hendak menuju kantor. Bekerja seperti biasanya. Keadaan subuh yang agak tegang membuat ia harus diam. Tak mau istrinya ketakutan kalau ia cerita macam-macam kepada Mirna. Apalagi sekarang ada Remon, anak kecil yang lucu nan menggemaskan.
"Aku ke kantor dulu ya," ucap Toni.
"Hati-hati Mas."
"Remon, salaman dulu sini." Toni menghampiri Remon, bibirnya mengembang. Remon lalu bersalaman, mencium tangan Toni. Toni lalu masuk ke mobil, melambaikan tangan kepada mereka berdua.
Mobil Toni melesat keluar rumah. Pintu pagar sudah dibuka sejak pagi oleh Mirna saat Toni mandi. Sehingga Toni bisa melesat keluar rumah dari garasi yang luas.
Mirna menutup pintu pagar lalu masuk ke dalam rumah setelah mobil Toni keluar rumah. Remon mendadak minta susu kepada Mirna. Ia mulai kehausan. Ada unsur-unsur lain yang bangkit di dalam jiwanya.
"Tante, aku mau minta susu. Aku haus," pinta Remon.
"Sekarang jangan panggil tante ya. Panggilnya mama. Ayo sini masuk ke dalam kamar mama," ajak Mirna.
Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Remon duduk di atas tempat tidur, Mirna mulai membuka bajunya. Terlihat beha yang dikenakan Mirna memperlihatkan dirinya tampak sensual.
Remon, tuyul kecil itu tidak sabar ingin meminum air susu ibu dari Mirna. Suara manjanya makin menggemaskan di telinga Mirna. Mirna langsung me mendekap Remon lalu membuka behanya.
Remon tanpa pikir panjang menghisap puting payudara ibu barunya. Remon merasakan air susu yang memancar ke mulutnya. Ia teguk air itu. Wajahnya memerah tampak menggemaskan. Mirna mencium pipi Remon yang memerah.
"Enak susunya?" tanya Mirna
Remon hanya mengangguk, tidak menjawab. Remon terus meminum ASI yang sangat deras ke mulutnya. ASI milik Mirna sangat lezat daripafa ASI ibu yang lainnya. Tenggorokan Remon puas karena ASI Mirna menghapus segala dahaga yang ada. Ia terus menjilati puting payudara Mirna, menikmati kelezatan ASI.
Selesai meminum ASI, Mirna memakai pakaiannya kembali. Mata Remon tampak kuyu.
"Kamu ngantuk ya? Sini tidur sama mama.
Remon menggangguk, ia pun tidur di samping Mirna yang sudah berbaring lebih dahulu. Mirna mendekap Remon ke dalam pelukannya yang hangat.
Kedua anak manusia itu tampak seperti ibu dan anak kandungnya. Pagi itu, rasa kantuk melenakan mereka seperti angin yang berhembus lembut.
***
Suara ketikan di kibor menyambut kedatangan Toni. Ia melihat para karyawan dan karyawatinya bekerja. Ada beberapa editor dan juga HRD yang sedang mengetik di sana.
Sebuah sapaan terdengar jelas di telinga Toni. "Pagi Pak!" sapa Juleha.
Juleha, wanita berambut sebahu itu menyapa atasannya dengan senyuman termanis. Toni sudah ia anggap seperti ayah sendiri. Terkadang mereka suka berdiskusi bersama.
"Gimana naskah-naskah yang saya edit Pak?"
"Ya seru aja. Oh ya besok saya mau ajak anak kecil ke sini ya."
"Anak siapa Pak?" tanya wanita yang memakai rok hitam itu.
"Oh, jadi tuh malam-malam istri saya dengar ketukan di luar pintu. Tahu-tahunya anak kecil. Anak laki lah. Lucu. Namanya Remon. Udah deh, saya suruh tinggal aja sementara di rumah saya. Orangtua juga udah ga ada. Saya sih ada rencana mau cari keluarganya."
"Usia berapa Pak?"
"Sekitar SD sih. Ya segitu lah."
"Bawa saja Pak, kemari. Besok. Saya mau kenalan juga."
***
Malam harinya saat makan malam Toni menawarkan kepada Remon untuk ikut besok ke kantornya.
"Besok Remon mau ke kantor ikut papa nggak?" tanya Toni.
"Mauuu!" jawab Remon antusias.
Mirna pun menyambar. "Ikut saja, kali kamu nanti besar mau menjadi penulis atau masuk ke penerbitan. Lumayan loh kamu kalau jadi penulis terkenal."
"Kamu bisa punya banyak uang!" Toni menimpali dengan semangat.
"Iyaa! Betul!" Mirna menimpali balik.
Keluarga itu sangat ceria. Bercanda tawa. Remon dan keluarga barunya tampak hangat dan penuh dengan sukacita.
Keesokan harinya Remon dan Toni menuju kantor penerbitan. Di sana ketika ia turun, ia langsung berlari-lari ke dalam, sementara sang ayah berteriak.
"Pelan-pelan Nak, awas jatuh!" teriaknya.
Toni langsung menuju ke dalam, tubuhnya tergopoh-gopoh. Juleha turun dari tangga sambil melambaikan tangan kepada keduanya.
"Juleha ini Remon."
"Halo Remon! Aku Juleha!" sapa Juleha kepada Remon. Anak ini botak licin dan lucu sekali. Seperti tuyul di film-film."
"Aku Remon."
Mereka pun bersalaman. Ketiganya lalu ke atas. Juleha menuju ke komputernya sambil bicara kepada Toni. Sementara tak disangka-sangka diam-diam Remon berkomat-kamit sambil melihat layar Juleha yang sedang mati.
"Saya mau menunjukkan naskah bagus ke Bapak." Juleha kemudian duduk lalu menyalakan layar laptopnya.
"Pak!" Serunya.
"Yaa! Kok pucat gitu?"
"Naskah saya hilang!" Juleha tampak panik.
"Kok bisa hilang? Naskah editan kamu dicuri tuyul apa gimana?" tanya Toni tak percaya.
"Bapak bisa aja."
Remon tampak kesal di dalam hati. Orang ini kurang ajar kepadanya. Tetapi ia harus menahan diri. Jangan sampai penyamarannya terbongkar. Ia harus tetap tenang. Berpura-pura sebagai anak kecil.
Tapi boleh juga pantat tante ini.
Remon berkata di dalam hati.
"Nanti kalau sudah ketemu saya kabari ke Bapak ya!" ucap Juleha.
"Ya sudah, saya ke ruangan dulu. Ayo Remon. Ikut papa."
Remon lalu melambaikan tangan kepada Juleha. Kedua orang itu masuk ke dalam ruangan. Sementara Juleha memeriksa berkas-berkas naskah di komputernya. Mendadak naskah itu ketemu. Juleha tersenyum lebar.
Juleha lalu mengirim email kepada Toni. Toni lalu membukanya. Toni membaca naskah sambil tertawa-tawa.
Remon heran kenapa ayah barunya tertawa sendirian. Remon metasa ganjil. "Cerita ini lucu, Remon! Lucu banget! Hahaha!"
Remon kesal, ia ingin mengerjai ayahnya. Namun ia tidak mau ketahuan kalau ia memiliki kekuatan super.
***
Mirna menuju ke arisan teman-teman SMAnya. Ia masuk ke rumah temannya, Sunarti. Sunarti adalah orang terkaya di angkatannya. Mirna dan Sunarti sangat dekat. Mereka selalu berliburan bersama. Yang membayar uang liburan biasanya Sunarti.
"Yang lain belum datang. Lo duduk saja di sini."
"Oke deh Sunarti."
"Eh gimana suami lo?" tanya Sunarti dengan gaya centil. Mirna sudah menebak arah pembicaraan Sunarti ke mana.
"Masih kuat di ranjang." Mirna menjawab seperti biasa. "Oh ya, gue udah punya anak angkat loh."
"Kenapa? Ga sabar ya?"
"Yaa ada anak kelaparan. Muncul di depan rumah gue. Katanya orangtuanya sudah meninggal. Nah, gue rawat deh sama laki gue. Kasihan tuh anak."
"Semoga dapat pahala deh lo ya."
"Semoga yaa."
"Kapan nih kita jalan-jalan? Aku mau beli mobil loh dari luar negeri. Keluaran terbaru."
"Mobil terbaru?"
"Kayaknya lo nih harus pelihara tuyul deh kalau mau beli mobil itu," ledek Sunarti pada Mirna.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top