Part 8

Setelah melalui pekan pengenalan sekolah. Shani, Viny, Beby dan teman-teman seangkatannya kini resmi menjadi siswa-siswi SMA Jaya 48.

"Panas!" Sudah lebih dari lima kali Viny mengucapkan kata itu.

Saat ini para siswa tengah menjalani upacara bendera hari senin. Rutinitas yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Karena panas terik matahari pagi yang membuat mereka harus berkali-kali mengusap peluh, atau karena berdiri terlalu lama yang membuat para siswa itu merasakan pegal.

"Duh, bidadarinya aku kepanasan," ucap seorang siswa yang berdiri di sebelah Viny setengah berbisik.

"Jangan godain kakak gue!" Beby yang tidak sengaja mendengarkan, memperingati siswa itu. Nadanya pelan namun tegas dan penuh penekanan.

"Galak amat calon adik ipar."

"Apa lo bilang?"

"Calon adik ip-- ARGH, sakit jenong!" Dengan santainya Beby menginjak kaki siswa itu yang membuat ia meringis kesakitan.

Tiba-tiba dari belakang, seorang guru perempuan menjewer telinga siswa itu dan menariknya keluar barisan.

"Ampun, Bu. Ini semua salah Beby. Jangan dijewer, Bu. Nanti telinga aku kaya elf."

"Berisik kamu Frans, dari tadi ibu liatin dari sini. Bercanda terus kerjaannya!"

Siswa bernama Frans itu menggosok-gosok telinga sebelah kirinya yang terasa panas akibat jeweran tadi. Sementara Beby tersenyum penuh kemenangan di barisannya.

~~~

"Akhirnya selesai juga!" Shani meregangkan otot-ototnya yang kaku setelah seharian belajar. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, dan sudah waktunya mereka untuk pulang sekolah.

"Shan, lo pulang duluan. Gue ada kumpul sama ekskul futsal dulu," ucap Beby kepada sang kakak.

"Inyi juga kayanya pulang telat, Teh. Tadi disuruh kumpul sama kakak-kakak ekskul kesenian," ucap Viny, ia juga izin pada Shani untuk pulang telat.

"Teteh nunggu kalian aja, deh. Lagian, Kakak juga lagi di kantor. Katanya tadi enggak bisa jemput, soalnya mau ngurusin sesuatu sama Om Kudo."

Beby dan Viny mengangguk lalu pergi meninggalkan Shani yang masih memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas.

"Shan sendirian aja?" Seorang siswa yang kebetulan melewati kelas Shani melihat gadis itu keluar kelas sendirian, biasanya Shani akan ditemani oleh kedua kembarannya atau Ayu dan Gracia.

"Eh, Jun. Iya nih yang lain sibuk ngumpul sama ekskulnya. Kamu kenapa belum pulang?"

"Eh, itu ... gue mau nemuin seseorang."

"Siapa?"

"Nanti aja, deh. Kayanya dia udah pulang. Lo pulang sama siapa?" tanya siswa yang bernama lengkap Junionatha.

"Bareng sama Viny, Beby palingan. Nungguin mereka beres kumpul dulu."

Junio mengangguk-anggukan kepalanya. "Gue duluan, ya."

~~~

"Oke, selamat bergabung di ekstrakurikuler futsal atau nama lainnya FJaya48. FJaya48 meski masih belum memiliki track record di event-event lokal maupun regional apalagi di nasional. Tapi kali ini kita patut optimis, di tahun ini FJaya48 baik di putra maupun di putri dapat meraih hasil maksimal dengan hadirnya beberapa orang yang sudah terlihat bakatnya."

Semua anggota ekstrakurikuler futsal bertepuk tangan mendengar pidato singkat dari manajer tim futsal SMA Jaya 48. Setelah itu, satu persatu anggota baru memperkenalkan dirinya masing-masing dan menunjukkan kebolehannya.

"Duh anggota putri belum ada yang luar biasa, nih," keluh salah satu senior tim putri. Mereka kurang percaya diri setelah hampir semua anggota baru tim putri tidak memperlihatkan bahwa mereka bisa mengolah si kulit bundar.

Dari semua yang ia lihat, ada yang men-dribble dengan asal bahkan sampai terjatuh, ada yang menendang bola sampai mengenai pantat temannya, ada yang mencoba jugling tapi berakhir dengan bola yang menghantam keras hidungnya sendiri. Bahkan ada yang hanya, menatap bolanya saja dalam diam.

"Itu cewek ngapain sih liatin bolanya terus dari tadi. Dia kira itu bola bakalan terbang diliatin terus!" Anggota futsal putra baik senior maupun yang baru terheran-heran dengan gadis yang hanya diam itu.

"Hei, ka--"

DUAK!

TRANG!

Semua yang berada di lapangan indoor terhenyak dengan tendangan keras gadis itu yang membuat gawang bergeser cukup jauh dari tempatnya.

"Argh, sial!" Gadis itu mengacak-acak rambutnya. Ia kecewa tidak bisa memasukan bola ke gawang yang sebenarnya tidak dijaga.

"Waw, power tendangannya luar biasa!"

"Kaget gua!"

"Itu cewek apa bukan?"

Seruan-seruan tidak percaya keluar dari mulut anggota futsal yang menyaksikan langsung kehebatan tendangan dari si gadis. Perlahan seruan itu berubah menjadi tepuk tangan yang cukup meriah.

"Aku bosan!" ucap gadis itu tanpa menghiraukan tepukan tangan dari orang-orang yang menyaksikan kebolehnnya.

"Aku pingin bermain. Kakak-kakak ada yang lawan aku, ya!" Gadis berambut pesepunggung itu menghampiri tim putra senior yang masih bertepuk tangan.

"Hah, enggak salah?" tanya salah satu dari seniornya itu. Si gadis hanya mengangguk sambil tersenyum manis.

"Sebentar, belum semuanya menunjukkan keahlian." Seorang senior tim perempuan mendekati gadis itu.

"Kakak bisa liat nanti pas permainan dimulai. Hm, aku boleh milih rekan satu tim aku, Kak?" Senior itu hanya bisa menghela napas.

"Up to you, deh. Kalau ada apa-apa kita enggak tanggung jawab, ya." Gadis itu tersenyum riang setelah mendapatkan persetujuan dari kakak seniornya.

Gadis itu lalu mendekati teman-teman seangkatannya.

"Hai, aku Gabriela dari kelas X IPS 4, panggil aja aku Gaby. Aku mau minta tolong sama kalian, boleh?"

Teman-temannya tidak ada yang menanggapi ucapan Gaby, mereka malah sibuk berbisik-bisik atau bahkan pura-pura tidak mendengarkan ucapannya.

"Ya, udah deh. Aku tunjuk aja kali ya." Gaby mengusap-usap dagunya, sambil melirik-lirikan matanya mencari orang-orang yang tepat untuk membantunya bermain.

"Hm, kamu yang kecil, jadi kiper, ya! Kalau enggak salah nama kamu Melati, iya Melati."

Gadis bernama melati itu melongo tidak percaya dengan ucapa Gaby. "Lah kenapa mesti gue. Kan ada yang badannya lebih gede, badan kecil kayak gue gak bakalan bisa ngalangin gawang," ucap Melati dengan nada khas betawinya yang nyablak.

"Melati, maju. Kamu jadi kiper."

"Iya dah, kalo senior yang ngomong gue bisa apa," ucap Melati pasrah.

"Nah, kamu yang punya gigi gingsul. Jadi anchor." Gaby menunjuk seorang gadis yang tengah membersihkan lubang hidungnya. Gadis bergigi gingsul itu tidak mendengarkan panggilan Gaby karena masih sibuk 'mencari emas'.

"Jaenab, lo dipanggil tuh." Orang yang duduk di sebelah gadis yang dipanggil Gaby menepuk pundak gadis itu.

"Hah, apaan?" tanya si gadis yang bernama asli Nabilah.

"Lo dipanggil sono!" Tanpa banyak tanya lagi, Nabilah berdiri mendekati Melati yang sudah berdiri di belakang Gaby.

"Terakhir, flank-nya. Hm, Beby, ya Beby si gadis kembar dengan nama terpanjang di sekolah. Sama ... itu kamu yang kayak cowok." Gaby menunjuk seorang gadis yang terlihat seperti laki-laki duduk di barisan paling belakang.

"Gue punya nama kali!" protes gadis itu.

"Ya, kan aku belum kenal." Gaby terkekeh menyadari kebodohannya.

"Nama gue Ghaida," ucap gadis itu memperkenalkan diri saat berada di sebelah Gaby.

"Oke Ghaida, kamu flank kanan sama Beby di flank kiri." Ghaida hanya mengangguk.

"Dan, aku yang bakalan jadi pivotnya."

Sementara tim Gaby cs tengah berkoordinasi. Tim senior laki-laki malah terlihat bersantai-santai. Mereka seakan-akan meremehkan tim futsal perempuan kelas sepuluh yang baru itu.

"Aku jelasin sedikit posisi kalian. Mungkin di sini yang udah ngerti posisinya Melati, aku, Beby dan Ghaida. Sementara Nabilah masih bingung. Anchor itu posisinya kayak libero, main di tengah ngebantu serangan sama bertahan. Flank, kalau di sepak bola itu gelandang sayap. Dan aku sebagai pivot atau goal getter." Keempatnya mengangguk setelah mendengar sedikit penjelasan dari Gaby tentang posisi masing-masing.

"Oke, main satu babak saja, waktunya sepuluh menit bersih. Wasitnya biar adil, cewek satu, cowok satu. Cewek diwakili sama aku dan cowok diwakili Jevan."

Peluit tanda pertandingan dimulai, dengan bola dari tim putra.

~~~

"Teh, Eby belum dateng?" Viny yang baru saja beres dari kumpul ekstrakurikuler kesenian menghampiri Shani yang sedang asyik membaca buku di bawah pohon dekat perpustakaan.

"Belum. Lama banget dia ngumpulnya," keluh Shani yang merasa bosan.

"Mau samperin dia aja?" Shani mengangguk menyetujui ajakan adiknya lalu berjalan menuju lapangan indoor yang tidak jauh dari perpustakaan.

"Wah, kok rame banget, ya." Viny berdecak kagum setibanya mereka di tempat latihan tim futsal itu.

"Ada apa, ya. Kok ngumpulnya rame banget, kayak ada pertandingan."

Shani dan Viny naik ke tribun penonton untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi di lapangan.

"Teh, itu Eby main lawan cowok?"

"Kayanya sih gitu."

Pertandingan berjalan sangat tidak seimbang, tim putri kelas sepuluh yang baru tertinggal lima gol. Padahal pertandingan baru saja berjalan dua menit.

Namun, bukannya terlihat menyerah. Gaby yang bertindak sebagai kapten -atas kehendaknya sendiri- malah tersenyum.

"TIME OUT!" Gaby berteriak kencang meminta time out kepada wasit.

Saat sedang berdiskusi, Beby menatap ke arah tribun. Di sana terlihat Viny yang sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lebar. Perlahan, wajah lelah Beby tertular oleh senyuman Viny yang sangat manis itu.

"Gue ada ide," ucap Beby tiba-tiba mengambil alih rencana strategi yang dibuat oleh Gaby.

Keempat temannya termasuk Gaby terlihat sangat serius mendengarkan penjelasan dari Beby yang terdengar mudah dipahami daripada penjelasan Gaby yang terkadang berbelit-belit dan bahkan sering belibet dalam menyampaikan kata-kata.

"Jadi, nanti. Bil, lo jangan langsung kasih bola ke depan. Lo back pass ke Meme. Gue tau lemparan Meme akurat dan bisa pas ke arah flank. Pas bola udah ada di depan nanti urusan gue, Gaida atau Gaby. Lo tetep jaga keseimbangan di tengah." Nabilah mengangguk. Tidak lama kemudian wasit kembali memanggil kedua tim untuk memasuki lapangan.

Bola kini berada di tengah, Beby langsung mengoper ke arah Nabilah untuk melancarkan strateginya. Namun, Nabilah masih sedikit gugup dan akhirnya mereka kebobolan untuk ke enam kalinya.

"Tenang, Bil. Masih ada waktu," ucap Beby menenangkan Nabilah yang masih tegang.

Pertandingan kembali dimulai. Kini strategi Beby berjalan mulus. Sesuai dengan rencana yang ia buat. Namun sayang, kiper lawan masih terlalu tangguh untuk serangan tim mereka.

Beby terus menyemangati teman-temannya. Kali ini mereka bisa mengimbangi tim senior putra. Berkali-kali Nabilah berhasil menghalau serangan dari lawannya. Dan melati berkali-kali melakukan blocking yang sangat baik hingga skor 6-0 masih bertahan.

Waktu tinggal menyisakan dua menit, Nabilah sudah mulai kewalahan. Secara tiba-tiba seorang gadis mengangkat tangannya meminta bermain menggantikan Nabilah. Dan menyusul satu orang lainnya.

"Power play!" seru Beby langsung mendekati kedua gadis itu.

"Kalian ...."

"Aku Zara, dan ini Kakak kembar aku Kyla," ucap salah satu dari kedua anak gadis itu.

"Oke, Zara gantiin Nabilah. Kyla gantiin Meme." Keduanya mengangguk lalu mengikuti Beby memasuki lapangan.

"Beb, enggak salah kita main power play?" tanya Ghaida yang tidak terlalu percaya dengan strategi spontanitas dari Beby. Gadis berambut pendek itu hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari Ghaida.

Strategi Beby berjalan lancar. Berkali-kali serangan yang dibangun si kembar Zara-Kyla dari belakang berhasil membuat pertahanan senior mereka kelimpungan. Dan duet Zara-Kyla tidak mudah ditembus oleh lawannya.

Namun waktu tidak cukup untuk mereka mengejar ketertinggalan. Tim putri junior anak baru itu harus mengakui kekalahan mereka dengan skor 6-4.

Suara tepuk tangan menggema memenuhi areal lapangan indoor semuanya terlihat senang dengan penampilan singkat dari kedua tim. Dalam jangka waktu permainan sepuluh menit bisa banyak gol tercipta

"Gue yakin, tahun ini tim putri FJaya48 bisa berbicara banyak di tingkat Kota bahkan mungkin Provinsi." Salah satu senior tim putri terlihat puas dengan permainan adik-adiknya, meski pada awalnya sedikit kurang yakin karena hampir tidak melihat bakat yang menonjol dari mereka.

"Kyla, Zara. Ayo pulang!" Seorang guru tiba-tiba muncul dari balik pintu lapangan indoor.

"Mereka anaknya Bu Melody?"

"Anaknya Bu Melody 'kan masih kelas dua SMP."

"Kok bisa ada di sini?"

Pertanyaan-pertanyaan muncul dari mulut anggota futsal yang ada di ruangan itu.

"Kakak-kakak maaf ganggu waktu bermainnya, ya," ucap Zara dan Kyla bersamaan. Senyum mereka masih terlihat merekah, meski kalah dalam permainan tadi kedua gadis kembar itu terlihat sangat senang.

"Terima kasih udah bantuin Kakak, ya. Kapan-kapan kita main lagi." Beby mengelus puncak kepala Zara dan Kyla. Kedua gadis kembar itu membalas perlakuan Beby dengan pelukan erat penuh kasih sayang.

Dari tribun penonton, Shani dan Viny yang melihat kejadian itu menyunggingkan senyuman, dibalik sifat kerasnya Beby, gadis itu adalah seorang yang penyayang.

~~~

BANDUNG, JUNE 2019
CIEE YANG BARU AJA KETEMU SAMA OSHI


R.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top