Part 7
An ally has been slained
"Ah, noob. Dasar, sialan. Kalah ini mah pasti!"
Our turret destroyed
"Cih, dasar. Kesel gue gara-gara itu MM malah AFK!"
Defeat
Seorang lelaki melempar ponsel pintarnya ke meja yang tepat ada di hadapannya. Sumpah serapah hingga semua kaum hewan dikeluarkan dari mulutnya.
"AW!" Lelaki itu memekik saat sebuah benda tumpul dipukulkan tepat ke mulut 'kotor'-nya itu.
"Apaan sih, Kak. Sakit tau!" Ia menatap tajam seorang perempuan yang berdiri tepat di sebelahnya, perempuan itu menggenggam erat centong nasi yang baru saja dipukulkan ke mulutnya.
"Eh, Maul. Kamu tuh, ya. Mulut enggak bisa dijaga!" Lelaki bernama lengkap Dyo Maulana itu mendelik kesal mendengar nasihat dari perempuan yang masih berdiri di sebelahnya.
"Aw ... ampun, Kak Yona. Iya, iya. Maul enggak akan ngomong kasar lagi." Maul merintih merasakan panas di kupingnya setelah mendapat jeweran dari perempuan yang ia panggil Kak Yona.
"Dia kenapa, Kak?" tanya Mahesa yang baru saja datang ke dalam cafe tempat Yona bekerja.
"Biasa, dia kalau kesel bahasa leuweung-nya keluar semua."
"Aw!" Lagi-lagi Maul memekik saat sebuah sentilan mendarat di dahinya.
"Rasain!" ucap perempuan lainnya yang baru saja datang bersamaan dengan Mahesa.
"Gila lo, Nin. Sumpah ya. Ini mulut kerasa dower, telinga masih panas gara-gara Kak Yona tadi. Lo nambah-nambahin dengan sentilan super menyakitkan di dahi gue, kalau nanti gue jenong kayak si Beby gimana?"
"Eh, Maul. Adek gue itu!" Mahesa memukul punggung Maul dengan sangat keras sehingga membuat sahabatnya itu terbatuk-batuk.
Nina --perempuan yang datang bersama Mahesa-- tertawa keras melihat Maul yang tersiksa.
"Sumpah kalian ngeselin!" keluh Maul setelah mengatur napasnya.
"Eh, Tri Susanto mana?" tanya Yona melirik tiga orang yang duduk di hadapannya.
"Bentar lagi juga nongol dia mah," jawab Mahesa. "Kak pesen yang biasa aja, ya. Sekalian sama yang biasa dipesen sama si Tri." Yona mengangguk lalu meninggalkan mereka yang tengah asyik dengan dunianya masing-masing.
Awal pertemuan Mahesa dengan Nina, Maul dan Tri di cafe ini, tempat biasa mereka berkumpul. Mereka berada di satu kampus yang sama, namun berbeda jurusan. Mahesa dan Maulana mengambil jurusan bisnis namun kelas mereka berbeda, Nina mengambil jurusan teknik informatika, sementara Tri mengambil jurusan sastra Jepang.
Saat itu keadaan cafe sangat penuh sementara keempatnya tengah berburu suasana nyaman untuk mengerjakan tugas. Hanya ada satu meja kosong yang kebetulan ada empat tempat duduk di situ. Mau tidak mau akhirnya mereka duduk bersama dan akhirnya bersahabat hingga hari ini.
"Selamat datang di Shevera!"
"Tuh si Tri datang." Nina menunjuk ke arah pintu masuk. Di sana seorang laki-laki dengan headphone terpasang di telinganya.
"Duh, hampura telat. Macet, euy!" Maulana yang bukan orang sunda kebingungan dengan apa yang diucapkan Tri.
"Ngomong apaan sih, lo?" tanya Maulana setelah hi-touch dengan sahabatnya itu.
"Eh, po--lupa urang kalau ada si Maul di sini. Maaf, urang telat. Macet tadi di jalan."
Mahesa dan Nina mengangguk mengerti dengan keadaan Tri yang memang rumahnya paling jauh diantara mereka berempat.
"Urang udah kalian pesenin makan?"
"Udah, biasa 'kan? Ice Chocolate sama Indomie Kuah Keju."
Tri mengangguk, "maneh selalu tau apa yang urang suka."
"Menu spesial Shevera." Keempatnya tertawa padahal tidak ada hal lucu yang perlu ditertawakan.
Namanya sahabat, saat salah satunya senang yang lain ikut senang. Saat yang lainnya berduka, yang lainnya juga ikut berduka. Persahabatan mereka sudah terjalin hampir empat tahun. Hingga kini mereka akan segera lulus dari bangku kuliah.
"Gimana keadaan adik-adik maneh, Hesa?" tanya Tri setelah menghabiskan makanannya.
"Gitu weh, sebentar lagi kemungkinan mereka sibuk," jawab Mahesa sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Viny kabarnya gimana?" Maul antusias jika membicarakan tentang Viny, adik manjanya Mahesa.
"Viny mulu yang lo tanyain, Dyo Maulana."
"Sirik aja lo, Nina Vesperlilium!"
Seperti biasa, jika mereka sedang berkumpul, Maulana dan Nina selalu saja berdebat. Bahkan hal kecil saja bisa jadi merembet kemana-mana jika sudah didebatkan oleh kedua orang yang saling tidak mau kalah itu.
"Viny baik, masih manja seperti biasa. Masih malu-malu kalau ketemu orang baru."
"Gue jadi inget, pertama kali ke rumah lo. Gila ya itu si jenong, matanya tajam banget ngeliatin si Nina." Maul terkekeh mengingat pertama kali ia datang ke rumah Mahesa untuk mengerjakan tugas, sementara Tri dan Nina hanya ikut berkunjung karena tidak ada kelas hari itu.
Beby yang melihat kedatangan kakaknya dengan seorang perempuan yang terlihat terlalu dekat dengan Mahesa menatap perempuan itu dengan tatapan tidak suka. Nina yang ditatap seperti itu malah menatap balik Beby dengan tatapan yang sama. Keduanya terlihat seperti sedang memperebutkan Mahesa.
Sementara Viny bersembunyi dibalik punggung Shani, entah apa yang ada di pikiran gadis berambut pendek itu. Maulana yang melihat Viny bersembunyi mencoba mendekati gadis kecil itu.
"Teh, Inyi takut!" bisik Viny saat melihat Maul mendekatinya.
"Gila tuh, si Viny sampai sawan dideketin Maul." Tri tertawa puas mengingat saat Viny berlari ketakutan saat didekati Maulana.
"Muka lo kayak Om-om kurang belaian sih. Hahaha." Nina pun ikut tertawa setelah meledek Maulana.
"Gila, adek gue yang baik-baik aja mendadak panas dingin setelah lo deketin, Maul."
"Enggak apa-apa. Maul rela kalian hina, asal kalian tau, ya. Sebentar lagi, itu si gadis manja bakal jatuh ke pelukan gue!" Ucapan Maul yang terlalu percaya diri itu membuat sahabat-sahabatnya semakin tertawa keras.
~~~
"Kalian mau ikut ekstrakurikuler apa?" Gracia, Ayu dan si kembar tengah berkeliling melihat-lihat stand ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Shani dan Viny masih berpikir sementara Beby sudah yakin dengan pilihannya dan langsung menghampiri salah satu stand.
"Selamat datang, mau bergabung?" tanya kakak kelas yang menjaga stand saat Beby berada di hadapannya.
Beby bertanya banyak hal tentang kegiatan, waktu latihan dan prestasi apa saja yang sudah diraih ekstrakurikuler itu.
"Asli si Beby mau ikut ekskul silat?" tanya Gracia yang tidak percaya saat Beby tiba-tiba berlari mendekati stand ekstrakurikuler Pencak Silat.
"Bukan cuman itu. Liat sekarang dia lagi di mana?" jawab Ayu yang kini melihat Beby tengah berada di stand ekstrakurikuler futsal.
"Emang boleh, ya ngambil dua ekstrakurikuler?"
"Boleh, selama itu tidak mengganggu satu dan lainnya. Dan selama kalian bisa profesional." Bukan Ayu, Viny atau Shani yang menjawab pertanyaan Gracia, melainkan kakak kelas mereka yang tiba-tiba muncul di belakang.
"Eh, Kak Mario."
"Kalian udah dapet ekstrakurikuler?" tanya Mario kepada keempatnya yang masih terus memperhatikan Beby yang kini mempertontonkan kebolehannya mengolah bola sepak.
Keempatnya menggeleng, mereka masih bingung.
"Semoga Kakak ngijinin." Beby kembali mendekati teman-teman dan kembarannya sambil membawa dua formulir ekstrakurikuler sekaligus.
"By, serius itu mau ikut futsal sama silat?" tanya Viny yang dibalas anggukan oleh adiknya itu.
"Jadwalnya gimana, Beb?" kini Mario bertanya pada Beby yang masih memperlihatkan senyum lebarnya.
"Aman, Kak. Futsal latihannya rabu sama jumat. Kalau silat selasa sama kamis."
"Kamu yakin, By?" Shani terlihat khawatir dengan Beby yang mengambil dua ekstrakurikuler sekaligus.
"Tenang aja Shan, lo tau 'kan, gue dari SMP udah pernah ikutan silat sama futsal."
"Tap--"
"Gue bakal izin sama Kakak, kok Shan. Kalau Kakak enggak ngizinin gue, ya ... lo tau sendiri lah."
Shani mengangguk, semua keputusan ada di kakaknya. Ia berharap Mahesa akan menasihati Beby dan membuat adik bungsunya itu memilih salah satu ekstrakurikuler.
~~~
"Assalamualaikum!"
"Viny, jangan teriak-teriak di dalam rumah." Kudo mengingatkan Viny yang mengucapkan salam dengan berteriak di dalam rumahnya.
Viny nyengir lebar mendengar teguran Kudo. Meski sering kali diperingatkan, Viny masih saja berteriak di dalam rumahnya yang terkadang membuat Beby kesal dan akhirnya terjadi pertegkaran diantara keduanya.
"Kakak belum pulang, Om?" tanya Beby setelah menyimpan sepatu di tempatnya.
"Katanya mau ngumpul dulu sama teman-temannya. Kayanya sebentar lagi juga pulang."
Setelah berganti pakaian dan makan ketiganya berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi. Namun, faktanya bukan televisi yang mereka tonton melainkan televisi itu yang menonton kesibukan mereka masing-masing.
Seperti biasa, Shani sedang fokus membaca novel kesukaannya, saking asyiknya sehingga suara televisi yang menggema pun seakan-akan tidak terdengar olehnya.
Sementara Viny, sedang mencorat-coret sketchbook miliknya, sesekali ia menghapus lalu mengguratkan pensilnya lagi.
Beby, ia tertidur di sofa karena sudah terlalu lelah. Saat melihat-lihat ekstrakurikuler tadi, hampir semua ekstrakurikuler olahraga ia coba praktekan. Dan hasilnya, dari semua ekstrakurikuler yang ia coba itu membuat kakak kelasnya terpesona dan meminta gadis berambut pendek itu bergabung bersama mereka. Namun Beby sudah menentukan pilihan untuk masuk ekstrakurikuler silat dan futsal.
"Inyi, jangan ganggu Eby!" Shani memperingatkan Viny yang terlihat akan menjahili adiknya yang tengah menikmati alam mimpi.
Viny nyengir lebar lalu kembali menyibukkan diri dengan sketchbook-nya.
Beberapa menit kemudian, suara deru kendaraan bermotor memasuki pekarangan rumah mereka. Viny langsung bangkit lalu membukakan pintu depan. Namun, saat melihat ada orang lain selain kakaknya, gadis itu langsung kembali dan bersembunyi dibalik punggung Shani.
"Inyi, ken--"
"INYI YANG MANIS. BANG MAUL DATANG!"
"--apa" Shani menutup mulutnya yang hendak mengeluarkan tawa saat melihat ekspresi Viny yang ketakutan.
"Siapa sih yang teriak-teriak!" keluh Beby yang merasa terganggu.
"Ha--" Beby menatap tajam Maulana yang baru saja muncul dari balik pintu rumahnya.
"--lo. Eh, ada Beby cantik." Maulana berbicara sambil cengengesan, tatapan Beby terlalu tajam dan mengintimidasinya.
"Gila tuh si Beby, bisa bikin si Om Maul terdiam," ucap Nina pada Mahesa yang baru saja datang.
"Om Maul yang terhormat. Di rumah ini ada aturan, salah satunya DILARANG BERTERIAK. Meski pun Om sedang memanggil seseorang yang jaraknya berjauhan!" ucap Beby sambil menekankan kata dilarang berteriak yang membuat Maulana semakin terdiam.
"Eta si Maul eleh ku budak leutik euy." Ucapan Tri sontak membuat kedua teman yang berada di dekatnya tertawa keras, ditambah ekspresi Maulana yang hanya bisa diam tanpa bisa menjawab ucapan Beby.
Beby berlalu, meninggalkan Maulana yang masih tertunduk.
"Samperin tuh, Om Maul yang katanya sayang sama lo itu. Gue mau lanjut tidur di kamar!" ucap Beby sambil berlalu meninggalkan Viny yang masih bersembunyi di balik punggung Shani.
"Ih, enggak mau! Eby, tungguin Inyi. Inyi takut sama Om-om!" Viny mengejar Beby yang masih terus berjalan menuju kamarnya. Sementara Shani hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat melihat kelakuan kedua adiknya itu.
~~~
*Catatan Kaki
Leuweung = Hutan
Urang = Aku
Maneh = Kamu
Eta si Maul eleh ku budak leutik euy = Itu si Maul kalah sama anak kecil
Maaf kalau di part ini banyak roamingnya
BANDUNG, JUNE 2019
DI MANA-MANA HATIKU (MENCOBA) SENANG!
R.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top