Part 19 - END!

Degup jantung tiga orang laki-laki terdengar di telinga mereka masing-masing. Ketiganya baru saja beres di-makeup untuk menghadapi hari spesial mereka.

"Semoga aja pas akad nanti gue enggak pingsan!" Maulana mencoba menenangkan diri. Tangannya menyentuh dada kirinya yang terasa berdetak kencang.

"Semoga nanti enggak nge-blank pas ngucapin nama Beby dan Ayahnya." Junio sama seperti Maulana yang tegang menghadapi akad yang akan segera dilaksanakan beberapa menit lagi.

"Semoga Paman Kudo yang menjadi wali nikah yang nikahin kita enggak pingsan duluan sebelum adik-adik gue resmi menjadi istri mereka." Berbeda dengan Maulana dan Junio. Mahesa lebih memikirkan kondisi wali nikah yang akan menikahkan ketiga pasangan adik-kakak itu di waktu yang sama.

Junio dan Maulana menatap ke arah calon kakak ipar mereka. Keduanya membenarkan ucapan Mahesa. Nama Mahesa dan Shani ditambah nama Prawira, akan panjang sekali rangkaian nama yang diucapkan oleh yang menikahkan Mahesa dan Shani nantinya.

Rencana awal yang sebenarnya adalah Beby yang akan menikah terlebih dahulu, namun Viny tidak terima dengan keinginan Beby. Akhirnya kedua kakak beradik itu saling berdebat panjang karena sama-sama tidak ingin mengalah.

Hingga Mahesa yang baru saja pulang dari kantor melihat kedua adiknya tengah beradu mulut. Ia langsung menyarankan bagaimana kalau mereka bertiga menikah di waktu yang sama. Saran dari Mahesa langsung disetujui oleh ketiga gadis kembar itu.

"Shan, kok gue deg-degan, ya?" Beby menempelkan tangan di dada kirinya.

"Kalau enggak deg-degan mah, enggak akan hidup, By," ceplos Viny yang mengundang tatapan tajam dari Beby.

Shani yang tengah di-makeup merasa terganggu dengan pertengkaran kecil Viny dan Beby.

"Kalian ini, udah mau nikah masih aja berantem. Kaya anak kecil, tau gak!" ucap Shani menengahi kedua adiknya.

Prak!

Shani tidak sengaja menyenggol alat makeup dan langsung membuatnya jatuh ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

"Makeup Shani!" Gadis itu berseru lirih saat melihat makeup kesayangannya tercerai berai di lantai.

"Udah mau nikah, masih aja ceroboh. Kaya anak kecil, tau gak!" ucap Viny dan Beby bersamaan sambil tertawa lepas.

~~~

Seorang lelaki sedang melakukan pengecekan mic yang nantinya akan digunakan dalam acara akad nikah tiga gadis kembar dan pasangannya masing-masing.

Mahesa, Maulana, dan Junio baru saja masuk dan langsung disambut oleh lelaki yang bertugas memandu acara akad.

Ketiganya didampingi oleh Ram, Yona, Tri, Nina, Vee dan Shelsa langsung duduk di kursi yang telah disediakan sebelumnya. Dada mereka semakin bergemuruh, raut wajah tegang terpancar jelas dari ketiganya.

Mahesa berkali-kali menarik napas lalu membuangnya kasar. Maulana tidak hentinya mencubiti jarinya sendiri untuk mengurangi kegugupannya. Sementara Junio sedang menghapal nama lengkap Beby dan Prawira.

Beberapa saat kemudian, ketiga gadis kembar tiba di ruangan tempat akad dilaksanakan. Ketiganya nampak cantik dengan gaun pernikahan bernuansa serba putih yang mereka kenakan.

Puluhan pasang mata yang melihat kedatangan mereka tampak tidak berkedip sedikit pun. Bukan hanya cantik, pesona ketiganya membuat orang-orang berdecak kagum.

Setelah melewati puluhan tatap mata yang terpesona oleh kecantikan mereka, ketiga gadis itu akhirnya duduk di sebelah pasangannya masing-masing.

"By, aku pangling, loh. Kamu cantik banget!" puji Junio sambil berbisik. Beby menundukkan kepalanya, tersipu malu dengan ucapan Junio.

"Cantik banget bidadari surganya Bang Maul." Maulana tersenyum ke arah Viny, gadis itu membalas senyuman Maulana dengan senyum terbaik yang ia miliki. "Duh, Bang Maul serasa terbang disenyumin sama Dek Inyi."

Melihat kedua calon adik iparnya menggoda pasangan masing-masing membuat Mahesa ingin menggoda Shani yang terlihat sangat cantik. Namun baru saja ia akan mengeluarkan kalimat gombalannya, seorang petugas KUA sudah duduk di hadapan mereka.

Laki-laki berusia kisaran empat puluhan itu memulai akad dengan lantunan ayat suci Al-Quran lalu dilanjutkan dengan khutbah nikah yang berisi wejangan dan hukum-hukum pernikahan. Setelah prosesi awal selesai, akhirnya acara inti dimulai.

"Siapa dulu yang mau dinikahkan?" tanya penghulu yang duduk di samping Kudo yang menjadi wali nikah ketiga gadis kembar sesuai dengan wasiat Prawira sebelum meninggal.

Ketiga gadis kembar itu saling tatap. Lalu mempersilakan Shani sebagai yang tertua untuk dinikahkan terlebih dahulu.

"Jang Mahesa sama Neng Shani?" Keduanya mengangguk setelah duduk di hadapan penghulu dan Kudo.

"Baik, sebelumnya saya sampaikan. Dikarenakan Ayah dari pihak perempuan sudah meninggal dunia dan tidak memiliki kerabat laki-laki. Maka akan diwakilkan oleh Tuan Kudo Kurosawa sesuai dengan wasiat dari Tuan Prawira.

"Tuan Kudo, dan Mahesa silakan berjabat tangan."

Kudo dan Mahesa berjabat tangan setelah sehelai kain putih menutup kedua kepala Shani dan Mahesa.

"Baik kita mulai. Saksi sudah siap?" Penghulu itu menoleh ke arah Ram yang jadi saksi bagi Shani dan Tri saksi bagi Mahesa.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan ananda Ryuji Mahesa Chaesara Vernando Cahya Fallahi Prawira dengan ananda Tsuraya Yuki Katya Shani Indira Sundari Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin seperangkat alat salat, uang sebesar empat ratus delapan puluh ribu rupiah dan emas seberat empat puluh delapan gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Tsuraya Yuki Katya Shani Indira Sundari Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin tersebut tunai!." Mahesa menjawab kalimat Kudo dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

Kalimat hamdalah dari orang-orang yang hadir, bergema di dalam ruangan itu dilanjutkan dengan lantunan doa yang dibacakan penghulu.

"Oke, selanjutnya siapa?"

"Aku!" ucap Viny dan Beby bersamaan.

Shani, dan Mahesa yang melihat kedua adiknya menggelengkan kepala.

"Suit aja udah," ucap Mahesa memberi saran yang diangguki oleh Maulana dan Junio.

Akhirnya mau tidak mau Viny dan Beby harus melakukan suit untuk menentukan siapa yang lebih dahulu menikah.

"Yes!" Viny berseru senang karena memenangkan suit dengan Beby. Gadis itu mengeluarkan gunting sementara Beby mengeluarkan kertas.

"Ngalah aku mah sama kakak sendiri," ucap Beby sedikit berbohong.

"Kalau gini ceritanya ngapain suit. Udah aja ngurut dari yang paling tua," bisik Maulana pada Junio. Calon adik iparnya itu mengangguk, karena sama saja hasilnya. Berurutan dari yang tua ke yang muda.

"Mangga Neng Viny sama Jang Maul ke depan." Maulana dan Viny maju berpindah tempat duduk ke tempat yang tadi diduduki Shani dan Mahesa.

"Sama seperti yang tadi, ya. Tuan Kudo Kurosawa sebagai wali nikah, Mahesa sebagai saksi dari pihak perempuan dan Tuan Laksandar sebagai saksi dari pihak laki-laki."

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan ananda Dyo Maulana Djuhandar dengan ananda Ratu Hikari Aurora Vieny Shafa Hapsari Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin seperangkat alat salat, uang sebesar empat ratus delapan puluh ribu rupiah dan emas seberat empat puluh delapan gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Ratu Hikari Aurora Vieny Shafa Hapsari Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah!" Maulana berseru senang setelah kedua saksi menyatakan ijab qobul-nya dinyatakan sah.

Mahesa terkekeh melihat sahabatnya yang kini sudah resmi menjadi adik iparnya. Maulana terlihat memalukan dengan refleknya berseru hamdalah mendahului orang-orang yang hadir di ruangan itu.

Setelah rangkaian doa dilantunkan. Kini giliran Junio dan Beby yang akan melakukan akad. Namun sebelum memulai akad, Kudo meminta waktu untuk minum dan mengambil napas. Rangkaian nama yang ia ucapkan sangatkah panjang dan menguras konsentrasi.

"Sudah siap, Tuan Kudo?" Kudo mengangguk menyatakan kesiapannya. "Para saksi, Mahesa dan Tuan Devan sudah siap?" Kedua saksi itu mengangguk tanda mereka juga siap.

"Oke, silakan kalian saling berjabat tangan," ucap penghulu memberi intruksi.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan ananda Sam Junionatha dengan ananda Beby Cecilia Yui Anadila Hasya Sarasvati Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin seperangkat alat salat, uang sebesar empat ratus delapan puluh ribu rupiah dan emas seberat empat puluh delapan gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Beby Cecilia Yui Anadila Hasya Sarasvati Prawira binti Garuda Prawira Adji Satria Pradhita Kusnadi Dipraja almarhum, dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah!" Maulana lagi-lagi berseru sendirian, mendahului orang-orang yang ada di ruangan itu.

"Malu-maluin aja, duh suami aku." Viny menutup mukanya dengan kedua tangan,

~~~

Senja baru saja berganti menjadi gelap. Semburat garis berwarna jingga masih sedikit terlihat dari bagian barat. Seusai azan maghrib ketiga pasangan itu akan melaksanakan resepsi pernikahan di taman salah satu hotel di pusat Kota Bandung.

Keenam orang itu sudah berjajar bersama. Di belakang mereka bridesmaid, orangtua dari Maulana dan Junio serta Kudo dan Alika yang menjadi pengganti orangtua bagi si kembar dan Mahesa.

Kedatangan mereka disambut oleh upacara adat 'Mapag Panganten' yang merupakan adat dari keluarga Prawira yang merupakan Sunda tulen. Sementara di kedua sisi sepanjang jalan menuju kursi pelaminan, anak-anak dari keluarga pemilik Shevera cafe memegang keranjang berisi bunga mawar merah dan putih yang akan ditaburkan saat keenam mempelai melewati mereka.

Drama lengser Abah Ambu cukup menghibur dan mengocok perut para tamu undangan. Setelah selesai drama Abah Ambu, mereka berjalan dengan diiringi oleh penari menuju pelaminan, namun sebelum naik ke panggung. Mereka berhenti di depan panggung pelaminan. Bi Tami dan Yona datang dari samping panggung sambil membawa kendi yang berisi uang, permen dan beras. Payung pengantin menutupi kepala ketiga pasang suami istri itu lalu Bi Tami dan Yona melemparkan isi dari kendi tersebut.

Hampir lima belas menit prosesi adat dilaksanakan akhirnya selesai. Orang-orang yang mendapatkan uang ratusan ribu sangat berbahagia berbeda dengan orang-orang yang hanya mendapatkan permen atau recehan saja.

~~~

"Halo! Selamat malam para tamu undangan pernikahan Mahesa dan Shani, Viny dan Maulana, serta Junio dan Beby. Berjumpa dengan saya Erina yang akan menghibur kalian selama menikmati hidangan yang disediakan. Sebelumnya, saya juga mengucapkan selamat menempuh kehidupan baru yang luar biasa indahnya kepada tiga mempelai yang tengah berbahagia.

"Langsung saja, lagu pertama. A Thousand Years dari Christina Perri."

Erina menyanyikan lagu dengan penuh penghayatan sehingga para tamu undangan menikmati setiap bait lagu yang dinyanyikan oleh perempuan bersuara indah itu. Bahkan beberapa dari tamu undangan menghentikan makannya hanya untuk melihat sang diva.

"Kak, aku juga mau pake gaun itu!" ucap salah satu anak perempuan sambil menunjuk ke arah Shani.

"Aku juga, Kak Icha. Mau pake gaun cantik kaya Kakak yang di sana." Anak perempuan lainnya menunjuk ke arah Viny yang tengah menerima ucapan selamat dari tamu undangan.

"Ih, bagusan juga gaunnya Kakak yang di sana. Aku mau kayak gitu!"

"Heh, kamu cowok Rigel!" seru gadis perempuan saat mendengar celoteh anak laki-laki yang sejak tadi mengekorinya.

"Iya, maksud Igel, kaya Kakak yang di samping Kakaknya itu, loh."

"Makanya kalau ngomong yang bener Rigel!" ucap anak perempuan yang tadi memuji Shani kepada adiknya itu.

Suara riuh tepuk tangan menginterupsi perdebatan antar anak-anak itu. Erina baru saja menyelesaikan lagu pertamanya.

"Untuk lagu ke dua, saya ingin mengundang seseorang yang juga sangat spesial bagi salah satu mempelai pria, yaitu Mahesa. Karena beliau adalah orang yang sempat merawat Mahesa saat di panti asuhan sebelum diadopsi oleh keluarga Prawira.

"Mari kita sambit--"

"SAMBUT!" seru para penonton memperbaiki ucapan Erina.

"Typo dikit, elah. Jangan pada ngegas kenapa. Orang gak lagi bawa kendaraan!" Erina pura-pura kesal karena ucapannya diinterupsi oleh para tamu undangan. "Langsung saja, Viviyona!"

Yona naik ke atas panggung tempat Erina bernyanyi.

"Halo Kak Yona. Apa kabar?" tanya Erina basa basi.

"Baik, Alhamdulillah. Erina apa kabar?"

"Enggak baik, Kak?"

"Kok gitu?"

"Sebentar lagi penonton bakal ngelupain aku dan lebih memperhatikan Kakak. Karena Kak Yona itu sempurna."

"Salah, Rin. Yang sempurna itu Shani."

"Oh iya, aku lupa. Kalau Shani tidak pernah salah. Shani kamu sempurna." Erina dan Yona melirik ke arah Shani yang terlihat malu-malu. "Shani, tolong ajarkan aku untuk sempurna, dong!"

"Jangan mau, Shan!" seru Maulana sambil berteriak agar terdengar jelas oleh Erina. Ucapan salah satu mempelai pria itu sontak membuat para tamu undangan tertawa.

Erina cemberut, "Okay, enggak apa-apa!"

"Sudah, daripada berdrama melulu. Izinkan saya bernyanyi untuk orang yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri. Happiness dari Che'Nelle"

Yona benar-benar bernyanyi dengan sangat indah. Mahesa sangat menikmati bait demi bait lirik yang dinyanyikan oleh perempuan yang selalu menjadi tempatnya bersandar dan berkeluh kesah jika mengalami masalah.

Kebahagiaan yang luar biasa bisa mengenal Yona. Sejak kecil, perempuan yang kini berusia hampir berkepala empat itu selalu menjadi orang yang melindunginya, menemaninya bahkan menyayanginya saat anak-anak panti dan pengasuh lainnya menjauhi dirinya.

Tanpa sadar airmata mengalir dari pelupuk mata Mahesa.

"Kakak kenapa?"

"Aku terlalu bahagia, sampai terharu. Kak Yona, selalu ada untuk Kakak. Dia menjadi orang pertama yang mengajari tentang kasih sayang saat Kakak dikucilkan."

Shani menggenggam erat tangan Mahesa, gadis itu juga ikut merasakan apa yang suaminya itu rasakan.

Tepuk tangan lebih riuh dari sebelumnya bergemuruh di areal pesta resepsi pernikahan Mahesa, Shani, Viny, Maulana, Beby dan Junio.

"Bener, kan apa aku bilang. Kak Yona ini bakal mencuri panggungnya aku." Penonton tertawa mendengar celotehan Erina.

"Terakhir di sesi ini. Aku mau jahat sama para mempelai. Dari tadi lagunya cinta-cintaan dan kebahagiaan melulu. Sekarang, sebagai mantan jomblo akut, aku akan menyanyikan sebuah lagu yang menyayat hati." Erina menatap ke seluruh penjuru taman. "Bagi kalian yang cintanya tidak bisa sampai--"

"Sebentar, jangan lagu galau dong, Rin."

"Bukan lagu galau, Kak Yon. Tapi lagu sedih."

"Sama aja!"

"Beda, Kak!"

"Kumaha dinya we lah!"

"Okay karena Kak Yona yang meminta, lagu selanjutnya Kumaha Dinya We Lah dari Oma Mulyana." Band pengiring saling tatap. Mereka tidak yakin, apa benar Erina akan menyanyikan lagu itu, namun Erina memberi kode kepada band pengiring untuk memulai lagunya.

Intro musik sudah mulai terdengar, para penonton terbelalak tidak percaya, termasuk Yona yang masih berdiri di sebelah Erina. Sementara Erina sudah menggoyangkan badannya mengikuti alunan lagu.

Erina menarik napas hendak memulai bernyanyi. "Tapi bohong!" Erina tertawa puas melihat orang-orang yang memelototinya.

"Oke, sekarang serius. Ini beneran lagu untuk gadis yang duduk di salah satu bangku, sendirian dan sepertinya tengah meratapi sesuatu. Karena Cinta Ini Tak Mungkin dari Shinta Naomi."

Ambarwati terhanyut dengan nyanyian yang dibawakan oleh Erina, air matanya mengalir. Rasa sakit yang ia pendam beberapa bulan terakhir akhirnya keluar juga bersamaan dengan derai air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

Kini kunikmati saja
Angan dan cintaku
Disatu bintang terang
Kusimpan cintaku
Untukmu

Ku ingin tidur malam ini
Kau ada di mimpiku
Menggenggam erat hatiku
Kau takut kehilanganku

Ku ingin di lelap tidurmu
Ku pun ada di mimpimu
Terindah dalam hidupmu
Dan kau katakan ku cinta

Lagu terakhir yang dinyanyikan Erina sukses membuat Ambarwati jatuh sejatuh-jatuhnya, sakit sesakit-sakitnya. Bayang-bayang masa lalu bersama Mahesa menghantui benaknya. Namun, kini cinta itu tidak mungkin lagi ia miliki.

~~~

"Sekarang adalah waktunya para mempelai melemparkan buket bunga. Semua para jomblowan dan jomblowati segera bersiap-siap."

Pertama-tama pasangan Mahesa dan Shani memunggungi para tamu undangan yang sudah bersiap mengambil buket bunga yang akan dilempar.

"Siap. Satu ... dua ... tiga!" Mahesa dan Shani melempar buket bunga itu bersamaan dan tepat jatuh di pelukan seorang gadis.

"Wah, selamat buat ...."

"Frischa, panggil aja Icha," bisik Erina pada pemandu acara.

"Selama buat Icha. Semoga bisa segera menyusul si kembar tiga, ya!" Gadis bernama Frischa itu melotot tidak percaya pada bunga yang ada di tangannya.

"Elca enggak mau kalah dari Kak Icha!" Seorang anak perempuan bernama Elca tiba-tiba merangsek ke kerumunan para jomblowan dan jomblowati yang siap berburu buket bunga ke dua yang akan dilemparkan oleh pasangan Viny dan Maulana.

"Viny dan Bang Maul sudah siap?" Viny dan Maulana memberi kode siap pada pemandu acara.

"Oke. Satu ... dua ... tiga!"

Elca melompat hendak menggapai buket bunga yang terbang mendekat ke arahnya.

"YES!" Usaha Elca tidak sia-sia karena bunga itu kini ada di genggamannya.

"Adududuh! Adek, mending kasih bunganya ke kakak-kakak yang membutuhkan, deh." Elca menggeleng lalu memeluk erat buket bunga itu dan meninggalkan kerumunan jomblowan jomblowati yang menatap sebal ke arah anak itu.

"Oke deh, masih ada satu kesempatan lagi!"

Beby dan Junio melangkah ke ujung panggung pelaminan bersiap melemparkan buket bunga terakhir yang dinantikan para pemburu buket bunga itu.

"Siap. Satu ... dua ... dua setengah ... ti ... tiga!" Lemparan Beby dan Junio terlalu keras hingga melambung jauh ke tempat bermain anak-anak.

"Atlit mah beda!" ujar pemandu acara yang tidak percaya dengan lemparan Beby dan Junio yang terlalu jauh dari kerumunan.

Sementara di tempat jatuhnya bunga itu. Terjadi keributan antara dua anak kecil yang sama-sama menemukannya.

"Punya Selene!"

"Bukan, ini punya Leon!"

"Adek-adek manis. Mending kasihin bunganya ke kakak-kakak yang membutuhkan. Daripada berebut gitu," pinta pemandu acara pada anak laki-laki da perempuan yang bernama Selene dan Leon itu.

"ENGGAK!" Keduanya kompak menolak permintaan pemandu acara itu.

Ketiga pasang pengantin itu terkekeh, ternyata anak-anak lebih berjodoh dengan bunganya daripada para jomblo yang lebih mengharapkan buket bunga itu.

-END-

~~~

CATATAN KAKI
Mangga = Silakan
Mapag Panganten = Upacara adat pernikahan di Jawa Barat

BANDUNG, 18 JULY 2019 -- 02:14 WIB
PENANTIAN AKHIRNYA BERAKHIR. PERAHU MIMPI SUDAH MENGGAPAI DERMAGANYA. NAMUN PERJUANGAN MASIH PANJANG!


R.
MONTAKS PARADE 2019
CAMBUK MONTASE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top