Part 18
"Dok, saya mohon. Kalau ada yang menanyakan keadaan saya. Dokter sampaikan pada mereka kalau keadaan saya sangat parah. Saya mohon!" Dokter itu mengangguk menyetujui permohonan Mahesa lalu pergi karena harus menangani pasien lainnya.
"Ada apa Mahesa?" tanya Kudo yang heran dengan apa yang diminta pemuda itu pada dokter.
"Mahesa tidak bisa menikah dengan Ambar, Paman."
"Kenapa?" Kini Alika bertanya. Ia terkejut dengan ucapan Mahesa yang tiba-tiba.
"Setelah kepulangan Mahesa dari Jepang. Mahesa pulang ke rumah, untuk memastikan perasaan Mahesa pada Shani apakah sudah berkurang atau hilang ditelan waktu. Tapi saat Mahesa pulang, Mahesa liat Shani nangis di taman belakang. Dan saat itu Mahesa sadar kalau Mahesa masih sangat mencintai Shani. Tapi sayang, Mahesa sudah terlanjur membuat acara pertunangan dengan Ambarwati.
"Sepulang dari rumah, bayangan Shani yang sedang menangis menghantui pikiran Mahesa. Dan dari situ, Mahesa berpikir keras bagaimana caranya untuk membatalkan pertunangan ini. Jahat memang. Tapi Mahesa lebih baik menyakiti satu hati saat itu juga. Daripada nantinya Mahesa malah akan terus menerus menyakiti Ambar dengan cinta Mahesa yang tidak sepenuhnya untuk dia. Dan juga, kalau Mahesa menyakiti Shani. Secara tidak langsung Viny, Beby juga akan merasakan sakitnya."
"Jadi apa yang akan kamu lakukan."
"Mahesa akan berpura-pura lemah tidak berdaya. Dan saat dipindahkan ke ruang rawat, Mahesa akan berpura-pura tertidur dan memanggil-manggil nama Shani. Tapi harus dipastikan Ambar ada di sisi Mahesa agar rencana ini berjalan baik."
Kudo dan Alika mengangguk menyetujui ide gila Mahesa.
"Jadi maneh sebenernya enggak sakit parah?" tanya Tri tidak percaya setelah mendengar cerita dari Mahesa tentang bagaimana pertunangannya bisa batal.
"Jangan-jangan kecelakaan itu juga sekenario yang lo buat?" Nina memicingkan mata meminta penjelasan pada Mahesa.
"Gue enggak segila itu, mempertaruhkan nyawah hanya demi lepas dari suatu hubungan. Kecelakaan itu murni kecelakaan tanpa ada sekenario dari gue. Tapi ini sekenario dari Tuhan. Kalau enggak ada kecelakaan itu, gue enggak tau harus bagaimana caranya buat ngebatalin pertunangan ini."
"Gila lo Mahesa! Gue enggak kuat liat Viny nangis kejer pas tau keadaan lo itu parah. Tapi nyatanya ... astaga, pinter banget sahabat gue!" Maulana gemas karena Mahesa hanya memberitahu Alika dan Kudo tentang rencananya dan itu membuat ketiga sahabatnya khawatir setengah mati.
"Baru tau gue pinter." Mahesa tersenyum menyombongkan dirinya kepada ketiga teman-temannya. Ketiga temannya hanya memutar bola mata, malas mendengar ucapan Mahesa.
"Eh, kalian enggak kerja?" tanya Mahesa karena seharusnya di jam-jam seperti sekarang mereka sedang berada di kantor.
"Gue mah lagi ngambil cuti buat persiapan pernikahan," jawab Nina.
"Urang mah lagi gak ada kerjaan. Lagian toko punya urang ini, biar pegawai yang ngurus." Tri setelah lulus kuliah membuat sebuah toko oleh-oleh khas Bandung di daerah Pasteur. Dan calon istrinya adalah salah satu pelanggan Tri.
"Ini gue lagi kerja," jawab Maulana yang mengundang tatapan heran dari sahabat-sahabatnya.
"Kerja apaan?" tanya Mahesa, Nina dan Tri bersamaan.
"Ngejagain si Bos."
"Sejak kapan lo kerja sama gue?"
"Sejak lo diangkat jadi bos di tempat kerja gue."
"Lo kerja di perusahaan Ayah?" Maulana mengangguk dengan senyuman terbaik yang ia ukir di wajahnya.
"Dosa apa gue bisa ketemu sama lo lagi, Maul!"
"Ih, Kakak ipar jahat!" Nina dan Tri sontak tertawa mendengar ucapan Maulana dengan ekspresi menyebalkannya.
~~~
Langit jingga menghiasi taman rumah sakit. Shani, Viny dan Beby tengah berjalan-jalan di taman itu sambil menemani Mahesa yang masih duduk di kursi roda.
"Gimana keadaan Kakak hari ini?" tanya Beby. Matanya menatap indahnya langit jingga sambil menikmati hangatnya udara di sore itu.
"Membaik, By. Dan akan terus lebih baik. Apalagi ada kalian yang selalu ada di sisi Kakak."
"Syukur kalau Kakak terus membaik. Aku, Beby, dan Teteh seneng banget ngedengernya," ucap Viny sambil mengelus pundak Mahesa.
"Kakak jangan pernah tinggalin kita lagi, ya. Kita lemah tanpa Kakak." Shani memeluk erat Mahesa dari belakang setelah mengucapkan kalimat itu. Viny dan Beby juga akhirnya ikut memeluk Mahesa.
Mereka bertiga benar-benar menghabiskan sore itu dengan canda tawa dan kebahagiaan. Mereka ingin membayar waktu kebersamaan yang telah hilang selama tiga tahun lamanya. Sudah cukup rasa sakit, dan air mata yang mereka keluarkan akibat perpisahan dan perpecahan yang terjadi kemarin.
Matahari terbenam dengan indah, Mahesa, Shani, Viny dan Beby masih betah memandang langit yang mulai berubah menjadi gelap.
"Ada dua hal yang ingin Kakak sampaikan kepada kalian. Tapi, Kakak minta kalian jangan marah." Ketiga gadis kembar itu menatap Mahesa dengan tatapan penasaran.
"Ada apa, Kak?" tanya Viny.
"Kakak mau cerita, tapi kalian jangan marah." Ketiga gadis itu mengangguk. "Janji?"
"Iya, Kakak," jawab Shani mewakili adik-adiknya.
"Sebenarnya." Mahesa berdiri dari kursi rodanya dan membuat ketiga adiknya itu terbelalak.
"Kejutan!" ucapn Mahesa sambil merentangkan tangan, ia terkekeh pelan melihat tatapan kaget dari ketiga adiknya.
"Kenapa bisa?"
"Kakak bohong, ya?"
"Cepet banget sembuhnya!"
Ketiga gadis kembar itu bertanya hal yang berbeda secara bersamaan.
"Oke Kakak jawab. Yang pertama, kecelakaan itu hanya menyebabkan luka kecil aja di sini." Mahesa menunjuk pelipisnya yang tertutup kain kasa. "Yang ke dua. Kakak terpaksa berbohong kalau keadaan Kakak itu parah. Karena ...."
Shani yang masih tidak percaya dengan ucapan Mahesa tidak menyadari kalau kedua tangannya sudah digenggam erat oleh Mahesa.
"Karena, ternyata di hati Kakak masih ada Shani. Di dalam relung hati Kakak masih terukir indah nama Shani. Dan di pikiran Kakak hanya ada Shani, Shani, dan Shani."
"Aku enggak ada?" tanya Viny yang merusak suasana romantis yang dibuat oleh Mahesa.
"Ganggu aja anak kecil!" Beby membekap mulut kembarannya itu agar tidak kembali merusak suasana.
Mahesa terkekeh, "Maaf ya, Viny, Beby. Sudah saatnya Kakak harus egois. Kakak enggak mau lagi kehilangan orang yang Kakak cintai sejak lama. Maka dari itu, kecelakaan kemarin adalah sekenario dari Tuhan agar Kakak bisa bersatu dengan Shani. Ya, meski ada sedikit sekenario Kakak juga, sih."
Viny dan Beby tersenyum. Mereka, terutama Beby sudah bisa menerima kalau Mahesa dan Shani sebenarnya saling mencintai.
"So. Tsuraya Yuki Katya Shani Indira Sundari Prawira maukah kamu menjadi pendamping seorang Ryuji Mahesa Chaesara Vernando CahyaFallahi Prawira. Will you marry me?"
Viny dan Beby meneteskan air mata haru. Akhirnya setelah penantian panjang, kedua kakak mereka bisa dipersatukan. Ternyata benar, jodoh tidak akan kemana. Meski awalnya mereka pergi berkelana menikmati rasa sakit, rindu, dan akhirnya berbahagia.
Shani tidak bisa berkata-kata, ia langsung memeluk Mahesa tanda bahwa ia benar-benar ingin menjadi pendamping Mahesa, selamanya.
"Kasian bapak penghulu kalau nikahin Kakak sama Teteh," gumam Viny tidak terlalu pelan membuat ketiga saudaranya menoleh.
"Kenapa?"
"Habis napas entar. Nama Kakak sama Teteh 'kan panjang, belum nanti nama Ayah juga." Mereka tertawa lepas mendengar celetukan Viny.
"Eh, Kak. Cincinnya mana. Masa ngelamar enggak pake cincin?" tanya Beby sambil tersenyum jahil pada Mahesa.
"Duh, sorry telat!" Maulana tiba-tiba datang dengan napas terengah-engah. Kedatangannya langsung disambut oleh tatapan tajam dari Mahesa.
"Hai, Sayang," ucap Maulana sambil tersenyum manis kepada Viny.
"Heh, siniin pesenan gue. Jangan dulu pacaran, napa!" Mahesa jengah melihat Maulana yang terlambat datang dan malah menyapa adiknya terlebih dahulu. Padahal sejak tadi Mahesa sudah menanti kedatangan kekasih dari adiknya itu.
"Iya, iya. Pak Bos galak amat, dih!" Maulana menyerahkan sebuah kotak berpola kotak-kotak berwarna kombinasi biru dan putih.
Mahesa membuka kotak yang berisi cincin perak dengan mata berlian lalu memasangkannya pada jari manis Shani. Keduanya saling tatap lalu tersenyum manis setelah cincin itu terpasang dengan sempurna.
"Eh, ngomong-ngomong cincinnya si Ambar ke mana?" bisik Maulana di telinga Beby.
"Gue jual, Bang. Buat modal nikah!"
~~~
Bandung, July 2019
SEBENTAR LAGI MAU UDAHAN!
R.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top