03. raison d'être

Suara langkah kaki menggema.

Seorang gadis berjalan seraya bersenandung kecil, menikmati setiap langkah ringan di atas karpet panjang yang membuatnya merasa seperti bangsawan. Kaki yang terbalut tight high boots hitam itu berhenti di depan pintu ganda kokoh, dua pria berperawakan jangkung besar dengan setelan hitam bersenjata berdiri di setiap sisi.

Mini skirt hitam yang dipakai membuat sebagian paha mulusnya terekspos, dia menggunakan kemeja putih yang tertutupi vest hitam sebagai atasan. Tangannya yang terbungkus sarung diangkat untuk melonggarkan dasi, kemudian turun dan meremat mantel hitam pemberian mantan partner. Gadis itu menyunggingkan senyum percaya diri kala penjaga membukakan pintu.

Ruangan di hadapannya suram. Dinding, langit-langit, serta lantainya berwarna hitam. Tidak banyak yang mengisi ruangan itu, hanya meja dan lampu hias temaram di tengah ruangan. Seorang pria muda duduk tenang dengan kedua siku bertumpu pada meja. Sebagian kepala hingga satu matanya tertutup perban. Iris hazel gelap itu tampak kelam dan memancarkan intimidasi kuat. Tubuh jangkungnya dibalut setelan jas mahal dengan kualitas tinggi. Meski hanya melihatnya dari kegelapan, pria itu sudah mampu membuat merinding dan bikin lawannya lari tunggang-langgang saat melihat sosoknya.

Dia adalah Dazai Osamu. Pemimpin Port Mafia. Yang mengendalikan Port Mafia dan kegelapan Yokohama dengan strategi-stragegi anti gagalnya. Yang merebut serta mengendalikan takdir setiap orang. Pria dengan kecerdasan luar biasa yang mengerikan. Pria yang berdiri di sisi lain kehidupan, jauh dari jangkauan siapapun.

Hayami membungkuk hormat padanya.

"Apa yang ada di tanganmu?" Seorang pria bertopi di samping Dazai menyela sebelum Hayami sempat mengatakan apapun. Namanya Nakahara Chuuya, anggota eksekutif Port Mafia sekaligus pengawal pribadi Dazai. Chuuya adalah wadah Arahabaki dengan kemampuan mengendalikan gravitasi.

Jika ada seseorang yang bisa membunuh Hayami tanpa melenyapkan Infinite Barrier, orang itu adalah Chuuya.

"Aku membawa ini untuk bos."

"Mawar ungu itu? Atas dasar?"

"Ya. Menurut yang kubaca di internet, bunga ini sempurna untuk memuji bos, menghormati atasan." Hayami terdiam sesaat, melirik Chuuya dan Dazai bergantian.

Dazai menatap Hayami. "Itu yang menginspirasimu untuk beri aku bunga?"

Si gadis mengangguk dua kali, meletakkan bunga serta dokumen di hadapan sang bos. "Begitulah. Bos belum pernah dapat bunga, 'kan?"

Dazai meraih dan meneliti bunganya. "Baiklah, terima kasih bunganya. Lantas, pekerjaanmu?"

Hayami mundur selangkah. "Kargo sudah kukirim semua. Seperti perhitunganku, keuntungan kita meningkat setiap tahunnya, relasi bertambah, aku juga atur perlengkapan senjata supaya lebih modern dan praktis," tuturnya tenang. "Aku sudah mendistribusikan senapan baru pada pasukan para eksekutif, termasuk pasukan Hirotsu, Higuchi, serta Atsushi."

"Pekerjaanmu menakjubkan." Dazai menyanjung dengan senyum penuh arti. Semua yang berjalan saat ini memang sudah dalam prediksi, tetapi bagaimana Hayami mengatur dan menjalankan pekerjaannya, itu jauh melebihi ekspektasi Dazai.

Meski gadis itu kerap membuat kegaduhan dan merecoki pekerjaan rekan-rekannya, dalam bidang-bidang tertentu dia memang pantas diandalkan. Perdagangan senjata merupakan salah satu bisnis dengan pemasukan terbesar untuk Port Mafia. Bos terdahulu sudah mempercayakan hal ini kepada Hayami dan masih berlanjut meski kepemimpinan mafia sudah berganti.

Hayami bukan seseorang yang spesial dalam mafia. Dazai bisa membuangnya kapan saja. Kendati begitu, gadis itu berkontribusi banyak untuk organisasi. Di bawah kepemimpinan bos sebelumnya, dia dipercaya untuk menemani Ougai-bos terdahulu yang membesarkan Dazai-dan melindunginya. Dahulu, identitas dan eksistensi Hayami disembunyikan demi kepentingan organisasi, hanya beberapa petinggi yang tahu bahwa merupakan bagian dari Mafia. Namun setelah Dazai memimpin, Hayami dibebaskan ke dunia luar.

Dazai cukup mengandalkannya. Apalagi perihal mencarikan wanita cantik berkelas untuk Dazai tiduri, gadis itu adalah yang paling diandalkan. Kemarin pun, Hayami membawa Bangsawan Eropa dan membuat gadis berdarah biru itu berakhir bergulat mesra di ranjang bersama Dazai. Barangkali orang-orang mengatai Hayami bajingan tak bermoral, well, itu tak sepenuhnya salah. Lagipula, apa yang diharapkan dari seorang anggota mafia serta pemimpin organisasi kriminal?

Hayami memiringkan kepala, tersenyum lembut. "Suatu kehormatan, Bos."

Seseorang dengan setelan serba hitam memasuki ruangan, mengambil dokumen dari atas meja tanpa mengatakan apapun. Rambutnya hitam dan panjang, diikat setinggi leher. Namanya Gin, tampak muda dan cantik. Hayami memperhatikan dalam diam.

"Setelah kupikirkan, bukankah penerbitanmu strategis untuk menambah relasi mafia? Kau seorang direktur di dunia luar, bukan?" Dazai bersuara, membuat Hayami menoleh dan memusatkan atensi padanya.

"Bos ingin menambah relasi lebih banyak? Aku bisa atur."

Dazai mengangguk. "Hanya jika kau tak lelah dan keberatan."

Dalam mafia, perintah bos adalah absolut. Sejak dulu hierarki itu tak pernah berubah. Sekalipun titahnya adalah misi bunuh diri-selama tujuannya berhubungan dengan organisasi-, anggota mafia tak patut menolak. Titah bos mutlak.

"Tentu tidak." Memang akan menambah sibuk, tetapi jika itu permintaan Dazai, gadis itu mana sanggup menolak. Dia sudah menganggap pria itu seperti saudara lelakinya sendiri. "Omong-omong, rinciannya sudah kutulis semua dalam laporan. Kau sudah membacanya, Gin?"

Perempuan bersurai legam menyahut dengan suara lembut, "Sudah, Senior. Semua ringkas dan jelas, ini akan memudahkan pekerjaanku. Terima kasih."

Hayami menyunggingkan senyum tipis. "Kurasa Gin sudah menanganinya. Bos, bolehkah aku undur diri?"

Dazai menatap bawahannya penuh pertimbangan. Kendati tak menyadari seberapa mengerikan tatapan yang dia miliki, bibir pria itu menyunggingkan senyum misterius. "Ingin menemui Kyusaku di tahanan lagi?" tanyanya dingin. "Aku penasaran, kenapa kau mau repot-repot menemuinya?"

Si gadis diam, memandang tenang.

"Aku bisa mengerti mengenai pertemuan dengan paman Mori. Tetapi, Kyusaku? Apa yang mendorongmu untuk terus menemani bocah terkutuk itu bermain?"

"Kemampuan supernatural kami nyaris sama. Perbedaannya hanya dalam boneka terkutuk itu, Bos. Aku menemaninya tanpa maksud apapun. Sejak bos terdahulu masih memimpin, menemainya sudah udah jadi rutinitasku."

Dazai menyeringai tipis. "Begitu, ya. Apa ini bukan bagian dari rencana jangka panjangmu?"

"Apa maksudmu?" Chuuya yang semula hanya menyimak, menimpali dengan ekspresi bingung separuh tak setuju dari samping Dazai.

"Rencana jangka panjang?" Hayami mengulang, terdiam sebentar. "Jika Bos berpikir aku tengah menyusun rencana untuk gulingkan mafia untuk dapatkan uang dan kekuasaan, tentu tidak. Penghasilanku sudah sangat cukup dan aku tidak mau repot menjadi seseorang yang punya pengaruh besar. Bahkan kupikir, aku bisa menafkahi ratusan atau ribuan anak yatim piatu dengan uang-uangku. Aku tak memikirkan hal lain selain mempertahankan semua yang kumiliki."

"Begitu?" Dazai mengangguk singkat dan tersenyum dingin. "Kau boleh pergi."

Hayami membalas tatapan sang bos, tak buru-buru beranjak. "Terima kasih, Bos. Aku undur diri." Kemudian dia berbalik dan melangkah menjauh. Kala kedua kakinya menapak di ambang pintu, Hayami menoleh ke belakang, tersenyum, memandang hangat pada sang bos dan berujar tulus, "Berbahagialah, Dazai. Kau berhak untuk mencicipi rasa menjadi manusia."

Setelah itu, pintu tertutup rapat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top