𝙺𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝟼
Perjalanan mereka ke Desa Binara memakan waktu satu minggu melalui darat. Xandor menjelaskan detil permintaan Nareen selama perjalanan. Nareen membutuhkan Pasukan Bayangan untuk membunuh Naga Hitam. Ia mendapatkan komisi untuk mengantar jasad Naga Hitam agar dapat digunakan sebagai bayaran kontrak seorang bangsawan dari Andalas.
Ia sudah mengirim banyak pasukannya sendiri namun tidak ada yang bisa menumbangkan Naga Hitam. Nareen mendengar dari beberapa pasukannya yang selamat setelah serangan Pasukan Bayangan bahwa Pasukan Bayangan memiliki keahlian dalam mengatasi makhluk-makhluk magis.
Pandangan Xandor tertahan pada Ree ketika menceritakan bagian itu. Ree langsung tahu apa yang pria tua itu maksudkan. Di malam mereka membebaskan rusa dengan tanduk magis, Ree dapat membuat tanduk itu bersinar. Juga di hari-hari setelahnya, setiap kali Ree menyanyikan lagu yang sama, semua makhluk magis menjadi tenang dan menurut pada arahan Pasukan Bayangan.
Aku alasan semua ini terjadi...
Xandor juga menjelaskan rencana yang melibatkan pengintaian selama dua hari, kemudian setelah mengetahui lokasi markas Nareen, mereka akan membebaskan para tahanan. Markas Nareen tersebar di Andalas dan Judistia. Salah satunya berada di Desa Binara, dekat dengan goa Naga Hitam.
Setiap markas mereka memiliki sel-sel untuk menahan korban-korban kontrak hingga mereka akhirnya ditransportasikan ke kota atau tempat lain. Mereka mendapatkan para korban itu secara ilegal. Dalam arti mereka membeli budak hingga menculik orang-orang untuk dijadikan korban kontrak. Mereka juga memburu para makhluk magis yang langka.
Pasukan Bayangan sendiri pernah menjatuhkan satu markas Nareen, kendati merupakan markas yang kecil. Mereka belum pernah memasuki markas Nareen sebesar markas di Desa Binara.
Seperti yang sudah direncanakan, selama dua hari mereka melakukan pengintaian. Ree dan Garin mengintai goa Naga Hitam, Xandor dan Dae mengintai markas Nareen. Sementara itu Xi berbicara dengan para warga desa. Informasi apapun akan sangat berguna.
Goa Naga Hitam terletak agak jauh dari desa, mungkin perjalanan setengah hari. Naga Hitam sendiri tidak mengganggu warga desa, naga itu hanya tertidur di siang hari dan berburu pada malam hari. Ia pun tidak pernah menganggu hewan ternak para warga desa. Tetapi Xi mendapatkan kisah seorang kesatria yang berusaha menantang Naga Hitam. Naga itu menjadi sangat marah dan mengeluarkan api berwarna hitam. Ksatria itu menjadi debu seketika.
Atas perintah Xandor, Ree dan Garin tidak boleh masuk ke goa itu sendiri. Mereka hanya mengintai dari mulut goa saja. Saat itulah Ree pertama kali merasakan sensasi getaran yang aneh. Bulu kuduknya berdiri, jiwanya seakan bergetar, tergerak oleh sesuatu... tetapi saat itu Ree tidak bisa menjelaskannya.
Sementara itu, markas Nareen hanya berada lima menit perjalanan dari goa Naga Hitam. Luasnya kurang lebih 1 hektar dan hanya terdiri dari dua lantai. Puluhan penjaga dengan baju zirah menjaga markas itu. Dengan kemampuan menghilang Dae, Xandor dan Dae telah berhasil menemukan tempat Nareen memenjarakan semua tahanan.
"Ruang bawah tanah, sisi barat laut." Xandor menunjuk sebuah tempat di atas map markas yang telah Ia gambar sendiri menggunakan memori. "Di situlah semua tahanan berada."
"Sepuluh penjaga di pintu depan berotasi setiap dua jam." Lanjut Xandor, "Tiga penjaga di ruang bawah tanah, dirotasi setiap dua jam."
Xandor kemudian menunjuk bagian lain dari map itu, "Kediaman Nareen di sini. Dua belas penjaga dirotasi setiap jamnya."
Ree menautkan alisnya mendengar itu, "Kenapa? Karena kita di sini?"
Xandor hanya menaikkan kedua pundaknya daripada menjawab Ree.
"Penjaga di depan lebih disiplin dengan rotasi mereka. Penjaga di ruang bawah tanah lebih longgar, mereka lebih malas, sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk lumpuhkan."
"Ada satu penjaga depan yang harus pipis terlebih dahulu di hutan sebelum melakukan rotasi pada jam satu subuh. Ia menjaga bagian selatan gerbang markas. Kita bisa menyelinap dari situ."
Semua orang mengangguk. Mereka dapat menggunakan kesempatan ketika penjaga itu kembali masuk ke dalam markas untuk ikut menyelinap masuk pula. Tentunya menggunakan kemampuan Dae yang dapat membuat tubuh mereka tidak terlihat.
"Tapi bagaimana kita dapat memastikan penjaga itu akan membuka gerbang cukup lama agar kita semua dapat masuk?"
"Serahkan padaku." kata Xi mantap.
Tentu saja Xi dapat mengontrol pikiran penjaga itu sehingga secara tak sadar membuka pintu gerbang selama yang mereka butuhkan.
Sisanya mereka dapat dengan mudah memasuki ruang bawah tanah, melumpuhkan ketiga penjaga itu.
Hal yang tersulit adalah membawa semua tahanan untuk keluar. Mereka hanya memiliki dua jam sebelum penjaga lain datang menggantikan ketiga penjaga pertama. Dalam pengintaian, mereka menghitung terdapat dua puluh tiga tahanan. Dae hanya bisa membawa lima orang sekaligus tanpa terlihat. Maka Xi akan berjaga di pintu depan, memastikan setiap kali Dae datang, Xi dapat mengontrol pikiran penjaga itu untuk membukakan pintu gerbang selatan.
Menggunakan kemampuan Garin untuk mengirimkan memori pada benak setiap orang, Xandor memberikan arahan untuk tetap tenang dan diam. Lalu secara metodis mereka mengeluarkan tahanan satu persatu untuk dibawa Dae keluar. Garin mengikuti rombongan pertama. Bocah itu akan mengarahkan setiap rombongan berikutnya untuk berkumpul di titik yang telah mereka sepakati. Di mulut goa Naga Hitam. Setelah mengintai naga itu selama dua hari, Ree dan Garin sangat yakin bahwa naga itu selalu berburu sepanjang malam. Naga itu tidak akan kembali hingga matahari bersinar dari cakrawala.
Rombongan demi rombongan dengan mulus dapat dikeluarkan. Hingga mereka beralih ke dua sel terakhir, tiga perempuan dan satu bocah lelaki yang tersisa. Ketika Ree membukakan pintu sel, bocah lelaki itu menggenggam pakaian Ree dengan keras.
Suaranya serak dan panik, "Ibuku... ibuku di atas. Tolong selamatkan dia!"
Ree melihat Xandor. Pria tua itu menggeleng. Mereka tidak ada waktu untuk menyelamatkan ibu bocah itu. Pun bila keberadaan perempuan itu di lantai atas, mereka tidak bisa menembus pertahanan Nareen.
"Tolong!" Isak bocah itu. Suaranya mulai meninggi sehingga Ree harus memintanya untuk diam.
"Pergilah dengan Dae." Ree menunjuk pada perempuan yang Ia maksud. "Kita akan kembali di lain waktu untuk ibumu."
Bocah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat. Isakannya makin kencang. "Tidak, tidak tidak... selamatkan dia sekarang. Ia satu-satunya yang kupunya,"
Ree dapat mengerti rasanya putus asa ingin menyelamatkan orang yang dicintai. Tetapi terkadang nasib berkata hal lain. Terkadang kita tidak sekuat yang kita pikirkan.
"Maafkan aku."
Ree hendak memukul leher bocah itu, tepat di tempat perbatasan kepala dan leher, titik yang dapat langsung menghilangkan kesadaran. Tetapi tiba-tiba dari telapak bocah itu, muncullah angin topan yang mendorong Ree terpental ke jeruji besi di seberang sel sang bocah. Bunyi tabrakan tubuh Ree dan beragam besi pisaunya yang bertemu dengan jeruji besi berdenting nyaring. Ree pun menggerutu kesakitan.
Xandor langsung menghampiri Ree, memastikan gadis itu tidak apa-apa. Lalu pria tua itu mengangguk pada Dae, tanda sebaiknya perempuan itu membawa sisa tahanan lain keluar terlebih dahulu.
"Xan... lihat," kata Ree lemah.
Xandor kemudian melayangkan pandangannya pada araah tunjukan Ree. Pergelangan tangan bocah itu... mulus. Tanpa tanda kontrak. Tetapi bocah itu jelas-jelas telah menggunakan magis...
Tatapan bocah itu mengeras. Dengan susah payah Ree berkata, "Jangan bertindak gegabah! Aku tahu rasany–"
Bocah itu tidak mau mendengarkan. Ia berlari menaiki tangga menuju lantai atas. Tanpa berkata apapun, Xandor menolong Ree untuk berdiri kemudian mereka mengejar bocah itu.
Tangga itu membawa mereka ke sebuah ruang tamu yang besar. Terdapat tangga yang setengah melingkari ruang tamu itu. Tak butuh waktu lama, mereka juga mendengar suara deru langkah kaki para penjaga yang menuju arah mereka. Deru kaki itu muncul dari atas tangga.
Para prajurit itu menghalangi bocah itu untuk terus menaiki tangga.
"Tangkap dia!" Seru seorang prajurit.
Bocah itu langsung berlari ke arah yang berlawanan. Dengan tidak menggunakan kekuatannya, Ree langsung tahu bocah itu belum dapat mengontrol kekuatannya. Melihat bocah itu dikejar, Ree dan Xandor tidak tinggal diam.
Setelah memastikan tidak ada tulang yang patah, Ree langsung berlari kemudian dengan kecepatan yang tinggi mulai menusuk, menyayat, menghalau, serta menghindari para prajurit itu. Dalam sekejap, lusinan prajurit sudah tumbang dengan kemampuan Ree dengan pisaunya.
Ketika prajurit-prajurit lain mulai berdatangan, Xandor mengarahkan tangannya kepada mereka. Aliran listrik dari kandelir mengalir dengan cepat ke arah para prajurit yang datang. Dengan sekejap mereka tersetrum dan tak sadarkan diri. Cahaya kandelir mati seketika.
Ree langsung menggenggam lengan bocah itu kembali.
"Dengar, jangan bertindak bodoh. Kecil kemungkinannya ibumu masih hidup. Bila kau menyerbu mereka dengan gegabah, kau hanya akan membahayakan dirimu sendiri. Apakah itu yang ibumu inginkan?!"
Mata bocah itu membelalak terhadap sesuatu di belakang Ree. Benar saja, di atas tangga, seorang perempuan berdiri. Di belakang perempuan itu, Nareen tertawa puas.
Dari pintu depan dan beberapa prajurit mulai berdatangan kembali. Kali ini mereka membawa dua orang bersama dengan mereka. Dae dan Garin.
Bocah itu berteriak memanggil perempuan itu, ibunya. Tetapi tatapan perempuan itu kosong. Hampa.
Nareen bertepuk tangan keras.
"Malam yang indah, bukan? Ini adalah malam aku bisa menembak dua burung sekaligus."
Tubuh Xandor menegang di sebelah Ree. Gadis itu pun mulai memahami situasi yang mereka hadapi sekarang. Nareen tidak pernah membutuhkan Naga Hitam. Ia sengaja mendatangi Pasukan Bayangan untuk menjebak mereka. Ia tahu Pasukan Bayangan tidak akan diam saja mengetahui ada tahanan di markas Nareen. Nareen tahu mereka akan berusaha membebaskan para tahanan, seperti yang telah mereka lakukan selama tujuh tahun lamanya.
Kini mereka masuk ke dalam perangkap Nareen. Target pria itu selama ini adalah mereka.
"Aku tidak butuh para tahanan itu." Lanjut Nareen, "Bila aku bisa dapatkan lima kontraktor yang selalu menghalangi bisnisku." Tatapannya haus akan darah.
"Meski... aku juga butuh pemagis murni itu." Nareen menunjuk ke arah bocah itu.
Pemagis Murni... seseorang yang mendapatkan magis secara gratis tanpa melakukan kontrak. Hati Ree seakan terhenti. Pemagis Murni... Astaga... Ree mendengar rumor mengenai lahirnya bayi yang dapat menggerakkan angina tanpa tanda kontrak. Tapi ia tidak menyangka–
"Meski aku memiliki satu hal yang tidak akan membuat Pemagis Murni itu dapat pergi." Satu tangan Nareen memegang pundak perempuan itu.
Bocah itu berteriak memanggil ibunya kembali. Tidak ada jawaban balik. Seolah perempuan itu sudah hilang jiwanya. Ree merasakan ada yang salah dengan perempuan itu.
Tiba-tiba beberapa prajurit di pintu menyerang sesamanya. Mereka memukul prajurit yang memegangi Dae dan Garin. Lalu bergerak untuk menjatuhkan prajurit-prajurit yang lain. Ree langsung tahu itu adalah perbuatan Xi. Dae dan Garin pun memutar tubuh mereka untuk menjatuhkan sisa-sisa prajurit yang ada.
"Tangkap mereka semua!"
Prajurit-prajurit dari lantai atas bergegas turun. Ree dan Xandor menghadang para prajurit dari atas sementara Dae dan Garin melawan prajurit-prajurit dari pintu. Mereka belum melihat Xi tapi mereka tahu pemuda itu ada di sekitar mereka, mengendalikan beberapa prajurit untuk membantu mereka. Puluhan prajurit melawan delapan orang. Listrik menerjang ruangan itu sekali-kali. Benda-benda berterbangan. Beberapa prajurit berlutut karena ditunjukkan memori yang mengerikan oleh Garin.
Tapi prajurit terus berdatangan dari luar. Mereka tidak lagi memasuki dari pintu luar, tetapi juga berdatangan dari pintu belakang, dari pintu samping. Nareen sudah mempersiapkan massa yang besar untuk menangkap Pasukan Bayangan.
Seorang prajurit menghujamkan pedangnya ke pundak salah satu prajurit yang menolong mereka. Prajurit itu berteriak kesakitan.
Ree mengenali suara itu. Gadis itu dengan cekatan melemparkan satu pisau kepada prajurit lain itu. Kemudian ia berlari ke arah prajurit yang terluka. Ia buka helm besi itu, membiarkan pemuda di dalam pakaian zirah itu mendapatkan udara. Dan menopang tubuh pemuda itu sembari memberikan tekanan pada pundaknya.
"Xi..."
Napas pemuda itu teersengal-sengal. Lukanya sangat dalam. Ia pun mulai kehabisan tenaga. Ketiga prajurit yang membantu mereka kini mulai tersadarkan dan menyerang mereka.
Kini mereka berhasil dikelilingi. Tubuh mereka sudah kelelahan sementara para prajurit dengan pakaian zirah mereka masih berdatangan. Lambat laun, satu per satu, mereka pun tertangkap. Dikekang oleh para prajurit, mereka memukuli kaki hingga mereka kesusahan berdiri.
Ree melihat ini adalah keadaan yang mustahil untuk mereka lalui. Ia hanya memiliki satu cara terakhir. Dan ia harus berhasil.
Mungkin... mungkin saja... mereka masih memiliki kesempatan.
Xi sepertinya tahu maksud Ree, karena ia berdiri sendiri kembali. Pemuda itu mengangguk pelan pada Ree.
Lalu dengan kecepatan tinggi, Ree berlari menghindari para prajurit, menebas semua yang menghalanginya, untuk mencapai Nareen di lantai dua. Ia sangat cepat. Para prajurit dengan helm besi mereka tidak bisa mengikuti. Hanya butuh beberapa detik untuk gadis itu sudah meloncat di atas Nareen. Ia keluarkan pisau kesayangannya, pisau yang diberikan Ayahnya dan dengan sekuat tenaga mengayunkannya ke bawah.
Tetapi sedetik sebelum pisau itu mencapai tubuh Nareen, perempuan itu berdiri di depan Nareen. Menghalangi tubuh Nareen dari tusukan pisau Ree.
"Ibuuuuu!!!" Si Pemagis Murni berteriak.
Hal berikutnya yang Ree rasakan adalah tekanan yang besar mendorong tubuhnya ke samping. Angin yang sangat dasyat menekan tubuh ramping Ree membentur tembok. Keras sekali tekanan itu. Tembok itu pun retak. Tulang rusuk Ree pun rasanya tidak selamat. Napasnya juga makin lama makin susah karena tekanan angin itu.
Ketika tekanan angin itu berhenti, tubuh Ree terjatuh ke lantai. Matanya berkunang-kunang. Ree melihat Nareen tersenyum lebar.
"Sudah kuduga ada baiknya kusimpan tubuh perempuan itu." Nareen menepuk pundak perempuan di depannya. "Kerja bagus."
Perempuan itu tidak merespon. Ekspresinya bahkan tidak berubah. Dari bawah Ree melihat bayangan perempuan itu menyatu dengan bayangan Nareen. Warnanya hitam pekat, tidak seperti bayangan biasanya. Magis apa ini? Tapi Ree tahu bahwa Nareen mengendalikan perempuan itu.
Ree melihat semua teman-temannya sudah tertangkap. Mereka berlutut dengan tangan terkekang dan dijaga oleh puluhan prajurit di bawah. Beberapa prajurit juga mulai mendatangi Ree.
Hanya ada satu kesempatan. Satu...
Dengan sisa tenaga yang Ree miliki, ia menggenggam pisau kesayangannya. Lalu ia meluncur kembali ke arah tubuh Nareen. Sebelum perempuan itu dapat melindunginya lagi, Ree menyayat wajah Nareen. Tepat di mata kanannya.
Pria itu berteriak kesakitan. Ree menggunakan kesempatan ini untuk menendang kaki Nareen, membuat pria itu terjatuh. Kemudian ia menyentuh kening Nareen. Memaksa kepala Nareen dengan tangan bebasnya untuk tidak bergerak. Tangan Ree bersinar.
Mata kiri Nareen membelalak kaget, kepanikan merasuki dirinya.
Tetapi belum sempat Ree dapat mengambil kekuatan Nareen, perempuan itu menusuk Ree dari belakang menggunakan cakarnya. Sejak itu Ree sadar perempuan itu bukanlah manusia lagi. Ia adalah makhluk bentukan Nareen, entah bagaimana caranya.
Dengan tangan bebasnya. Perempuan itu mendorong kepala Ree ke lantai. Menekan kepalanya hingga pipinya terasa sakit. Ree memuntahkan darah seketika. Perutnya yang terluka, dan benturan pada wajahnya membuat pandangannya kembali berkunang-kunang.
Nareen yang melihat Ree sudah jatuh, berdiri dan kemudian mulai menendangi tulang rusuk Ree.
"Ree!!!" Panggil Xi di bawah.
Ree dapat melihat pemuda itu berusaha keluar dari genggaman lima prajurit. Ia melawan, membenturkan kepalanya, melakukan segalanya untuk dapat meraih Ree.
Tetapi jumlah prajurit itu terlalu banyak.
"Perempuan jalang!" Nareen meludahi wajah Ree.
"Buang dia ke Goa Naga Hitam. Sebentar lagi matahari bersinar dan naga itu akan kembali. Penjarakan sisanya."
Senyuman Nareen merekah. "Aku berubah pikiran. Aku akan menggunakaan mereka untuk kontrak ketigaku."
Tidak. Tidak. Tidak.
Ree berusaha melawan. Tetapi perempuan itu sangat kuat. Terlalu kuat untuk seorang manusia.
Nareen menendang Ree sekali lagi di perut. Sangat keras. Hingga kesadaran hampir meninggalkan Ree. Beberapa prajurit mengangkat tubuh Ree. Kesadarannya datang dan pergi. Ia melihat teman-temannya dibuat pingsan di lantai bawah. Kemudian gelap. Lalu ia melihat dirinya di bawa ke dalam hutan. Gelap kembali. Dan terakhir yang dapat Ree rasakan adalah dirinya dilempar mengenai batu. Batu itu bentuknya tidak rata, bagian yang tajamnya menusuk kulit Ree. Ia terjatuh ke lantai yang batu pula.
Akhirnya kegelapan menguasai pandangan Ree untuk waktu yang lama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top