𝕭𝖆𝖇 7
Ree jauh lebih menyukai matahari terbenam daripada matahari terbit. Berdiri di atas balkoni lantai dua, Ree melihat matahari terbenam selama yang ia bisa. Ketika bola api itu akhirnya dapat melepas lelah dan terlelap, tenggelam di cakrawala. Rasanya mungkin sama dengan dirinya tenggelam dalam bayangan. Dunia yang tadinya penuh warna menjadi gelap. Ia memikirkan Andreas. Bagaimana keadaannya sekarang.
Rangga menyuruh kru untuk melepas lelah selama beberapa jam kemudian kembali di ruang utama ketika matahari terbenam. "Semua dari kita." Rangga menekankan hal itu dan sengaja menahan tatapan Ree ketika mengatakan kalimat itu.
Bukan berarti Ree akan keberatan bila mereka memperlakukan dirinya seperti Tia, meng-eksklusi dirinya. Ree pikir, keadaan tersebut tidak akan terlalu buruk. Mereka punya agenda mereka, Ree punya agendanya sendiri. Tidak perlu untuk Ree mengetahui semua seluk beluk rencana mereka.
Semilir angin menyapa pipi dan rambut hitam Ree yang basah setelah mandi. Angin itu menuju timur. Ree berharap angin itu membawa pesannya kepada Andreas.
"Adikmu adalah bagian dari Kru Pandawa atau kru Hitam?"
Ree memutar tubuhnya. "Yang pertama."
Rangga berdiri di pintu balkoni memegang sebuah botol anggur. Tubuh kekarnya dibalut oleh tunik dan celana hitam. Mata birunya terlihat menyala di kegelapan malam. Ia memperhatikan Ree dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ree mengangguk.
Pria ini memang seorang dengan kemampuan observasi tinggi. Ia menyadari mengapa Ree terfiksasi dengan pertandingan terakhir tadi.
Ree menunggunya untuk berkomentar lebih tapi hal itu tidak kunjung terjadi. Ia hanya menatap Ree. Garis bibirnya menipis sementara matanya seakan semakin menyala.
"Kita berkumpul lima menit lagi." Akhirnya ia berkata.
Ree hanya mengangguk kemudian memunggunginya.
Langit malam penuh bintang menyambut gadis itu. Sebuah bulan purnama bersinar tinggi. Mungkin bulan yang sama di malam Andreas diculik. Ia memasukkan pemandangan di depannya ke dalam memori.
Lalu ia menuju ruang tamu.
Pada awal mulanya, turnamen ini diadakan sebagai jawaban untuk sebuah ramalan. Jauh ketika Ibu Naga, Nagaswara, masih hidup, di zaman para dewa sedang membentuk dunia ini dari api dan debu.
Kegelapan menyelimuti setiap celah
Lima berserah
Pada penyelamat dunia
Dalam balutan lautan merah
Ia yang memakai topeng
Ia yang memasang benteng
Ia berjalan di pasir yang berdarah
Diselimuti oleh gelap dan amarah
Diapit oleh api dan tanah,
Dikokohkan oleh air
Ditantang oleh abadi
Ia mengelabui dunia
Ia adalah Putri Pertama
Mentari terakhir dari Negeri Cahaya
Oleh karena itu, setiap kru diharuskan terdiri dari lima orang. Lima orang untuk masing-masing peran dalam Pancabara. Sekalipun peran itu masih tak begitu jelas. Banyak yang berasumsi kelima peran akan berikatan dengan elemen-elemen yang disebutkan dalam ramalan: tanah, api, air, benteng, atau topeng.
Semua orang di kontinen ini mengetahui akan hal ini. Tapi itu tidak menghentikan Bima untuk menceritakannya kembali.
Mereka duduk melingkari meja pendek di tengah ruangan. Bima dan Lex duduk di sofa. Rangga duduk di sofa-satu-orang yang sudah Ia geser mendekati meja itu. Danum dan Ree menggunakan kursi meja makan untuk melengkapi lingkaran itu.
"Semua anak di kontinen ini mengetahui legenda asal-usul turnamen ini, Tuan Bima," kata Danum jengkel. "Percepatlah ceritamu."
Gadis itu mengurai rambut hitam ikalnya sehingga telinganya yang unik tidak terlihat. Ia hanya memakai tunik abu-abu dan celana hitam. Postur tubuhnya tegak sekalipun duduk. Seorang pejuang yang tidak bungkuk pada siapapun.
"Ah, tapi yang orang tidak tahu adalah sebenarnya ramalan itu terdiri dari dua bait!" Mata bocah itu bersinar. Dia sangat menyukai sejarah sepertinya.
"Apa kau tahu bait keduanya?" Tanya Ree.
"Uhm... tidak."
Danum memutar bola matanya. "Ga, mulai saja pertemuannya."
"Baiklah," kata Rangga. Otoritas di nadanya sangat kentara. "Kita mulai dari memperkenalkan diri terlebih dahulu."
"Apa?" Tanya Lex.
"Kita punya anggota baru. Sudah selayaknya kita memperkenalkan diri."
"Tsk." Dengus Lex. "Aku masih tidak memercayainya."
"Sebut saja panggilan kalian dan kekuatan kalian. Tidak perlu membeberkan info yang terlalu personal."
"Oke." Lex menghela napas. "Aku Alexander, kekuatanku adalah mengontrol elemental tanah. Tapi rasanya kau sudah tahu ini dari bayanganku." Kalimat terakhir ia suarakan dengan nada tajam.
Di sebelah kiri Lex, Bima berkata, "Aku Bimasakti Wardhana dari Jusditia. Aku adalah Pembaca Pikiran."
"Danum. Aku adalah seorang Shifter." Kekuatan khas bangsa Dijamer. Tidak seperti kekuatan Siluman yang hanya dapat dimiliki oleh para Basma, shifter hanya dapat mengubah kulit mereka tapi tidak bentuk tubuh mereka.
Ree melihat pada Rangga. "Rangga." Suaranya seakan sebuah besi kokoh, dingin dan kuat, "Aku adalah Pangeran Judistia. Kekuatanku adalah api."
Menurut Ree, aneh melihat pangeran yang dingin dan penuh perhitungan ini memilih elemental api sebagai kontrak magisnya. Ia lebih akan percaya bila Lex yang berkata dirinya memiliki elemental api.
"Judistia... sudah melarang kontrak magis, bukan? Semenjak keluarga royal yang lalu dibantai...?" Tanya Ree. Suaranya terdengar serak.
Tatapan mereka berubah gelap. Bima memberikan penjelasan pada Ree. "Setelah pembunuhan keluarga Janya, kehidupan para kontraktor semakin ditekan. Banyak yang sudah meninggalkan Judistia. Tapi, bagi mereka yang tidak bisa... delapan tahun di rezime baru, Jagrav mengeluarkan perintah untuk membantai hampir semua kontrakor Judistia."
Jagrav.
Bima memanggilnya Jagrav, dan bukan Raja.
Jagrav Pandawa adalah Raja baru Judistia. Dialah yang memimpin pemberontakan terhadap rezime Janya sebelas tahun yang lalu.
Ironisnya, sekalipun ia melarang kontrak di kerajaannya, ia membuat sebuah kru berisi para kontraktor. Kru itu adalah kru Pandawa. Kru yang terkenal kehebatannya di seluruh kontinen. Kru yang sudah didirikan sejak lima tahun yang lalu, entah untuk alasan apa. Kemungkinan besar untuk mengikuti Turnamen Mentari.
Namun, entah kenapa, mereka memilih tahun ini untuk mendaftar.
Jauh di benak Ree, kecurigaan muncul. Tidak mungkin ini adalah kebetulan belaka. Kru Pandawa mendaftar di tahun yang sama Andreas mendapatkan magis murninya.
Dan tepat ketika kru Pangeran Pemberontak mendaftar.
Ada apa dengan tahun ini?
"Itulah mengapa kita membuat pemberontakan ini," timpal Rangga. "Sekalipun kami memilih menjadi kontraktor, kami tetap adalah rakyat Judistia."
Ree hanya dapat mengangguk. Ia tidak tahu bahwa keadaan di Judistia sudah menjadi separah ini. Sudah sebelas tahun Ia berada di Andalas. Tidak pernah satu kali pun Ia mencari tahu akan apa yang terjadi di kerajaan tempatnya lahir. Mengetahui bahwa para kontraktor seperti mereka mengalami penekanan sedemikian rupa... sisi Judistia dalam dirinya berempati akan hal itu.
"Namun dengan segala penekanan terhadap kontraktor di Judistia, kalian tetap memilih menjadi seorang kontraktor?"
"Danum sudah menjadi kontraktor sebelum keluarga Janya jatuh," jawab Rangga. "Bima, Lex, dan aku memilih untuk menjadi kontraktor setelahnya karena alasan kami masing-masing. Kami menjadi kontraktor sebelum isu pembunuhan kontraktor dimulai di Judistia... oleh Jagrav." Pria itu lebih tepatnya meludahkan kata terakhir itu.
Jagrav.
Dan bukan ayah atau Raja.
Ree mengangguk kembali. Jujur, ia tidak tahu harus berkata apa. Sebuah gumpalan seakan mengumpul di tenggorokannya, membuatnya hampir sesak napas. Ia dapat merasakan rasa asam pada tenggorokannya.
Pada akhirnya, ia hanya melanjutkan perkenalan mereka. "Panggil aku Ree. Aku dapat mengendalikan bayangan dan.. menyembuhkan."
"Dulu aku adalah bangsa Judistia..." Lanjutnya, "Tapi sesuatu terjadi sehingga aku harus meninggalkan negeri itu. Aku menjadi kontraktor tepat sebelas tahun yang lalu."
"Sebelas?" Tanya Danum, "Kau terlihat masih sangat muda sekarang. Dan kau sudah menjadi kontraktor dari sebelas tahun yang lalu?"
Lagi-lagi Ree hanya mengangguk. Bisa Ree rasakan Danum ingin memancing alasannya menjadi kontraktor di usia muda. Perempuan satu ini memang penuh penasaran. Maka, Ia lebih dulu berkata, "Kita semua memiliki alasan masing-masing untuk menjadi kontraktor. Tidak peduli berapapun umur kita, bukan?"
"Tapi bila kau mengorbankan seorang nyawa untuk sebuah kontrak, itu adalah permasalahan lain. Kalau tidak, bagaimana mungkin kau memiliki dua tipe magis. Tidak ada dewa yang sebaik itu." Nada Lex tajam. Tatapannya menusuk ke arah Ree. Itu adalah batasan yang Lex tidak akan ambil rupanya, membunuh orang demi mendapatkan magis sebagai kontrak.
Dia membenci Ree karena gadis itu sudah menembus batasan itu.
Ya, aku sudah melewati batasan itu.. dahulu sekali.
"Kita belum tahu pasti," sergah Danum yang dengan cepat menyadari tatapan Lex pada Ree. "Apakah benar kau mengorbankan nyawa untuk magismu?"
Ree melihat mata mereka satu per satu.
Penasaran, amarah, ketakutan, dan..
Dingin.
Itu adalah eskpresi mereka.
"Kalian akan terjebak bersamaku di turnamen selama 3 bulan. Jadi sebaiknya aku utarakan saja di awal." Ree menghela napas.
"Magisku... tidaklah murah."
Hening.
Ree mencari kata-kata yang tepat tapi tidak ada yang muncul. Hanya satu kata yang brutal dan akurat. Satu kata yang merupakan jawaban dan bukan jawaban sekaligus.
"Ya."
Tidak ada yang merespon selama beberapa saat.
"Kami berjuang untuk kehidupan yang layak bagi para kontraktor di Judistia," kata Rangga dengan wibawa. "Tapi dari awal kami sudah sepakat untuk menegakkan batasan dalam kontrak. Nyawa manusia tidak boleh dijadikan bayaran."
"Itulah mengapa rezime Janya jatuh. Mereka tidak menetapkan batasan kepada kontraktor Judistia."
Ree mengerti. Bahkan ia tidak perlu melanjutkan lagi, Ree sudah mengerti maksud pria ini.
"Kau adalah anggota kru kami selama 3 bulan. Kita semua akan berjuang bersama untuk memenangkan turnamen. Kau dengan tujuanmu sendiri, kami dengan tujuan kami."
Rangga berhenti sebentar, namun memutuskan untuk mengutarakan kalimat berikutnya dengan brutal. "Setelah itu, kita akan melanjutkan kehidupan kita yang berbeda."
Pangeran Pemberontak dari Judistia, kemungkinan pemimpin Judistia di masa depan, menyatakan dengan halus bahwa Ree tidak akan diterima di Judistia.
Ree hanyalah batu loncatan bagi mereka untuk mengikuti turnamen ini. Sama seperti Ree menggunakan mereka untuk mencari Andreas. Setelah itu, ia tidak diperbolehkan pulang ke Judistia, tidak oleh mereka. Setidaknya bila mereka akhirnya berhasil menjatuhkan Jagrav.
Lagipula, apakah Ree ingin kembali?
Judistia membuat banyak kenangan buruk kepada Ree. Gadis itu tidak yakin apakah apa yang dideklarasikan Pangeran Pemberontak hari ini adalah sebuah anugerah atau tidak.
Ree mengangguk pelan. Kepalanya tidak terasa berat ketika melakukan hal itu.
Apakah pernah terbersit di kepalanya untuk kembali?
Jawabannya adalah tidak.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan besok? Atau sekarang?" Tanya Bima memecah kesunyian yang mengikuti setelah anggukan Ree.
"Tergantung. Sebelum itu, Ree, Bima, apa ada hal penting yang kalian dapatkan dari pertemuan pertama tadi?"
Ree mulai menceritakan mengenai Kairav yang ternyata adalah seorang Basma. Namun sepertinya semua orang sudah mengetahui hal itu. Legenda manusia imortal itu ternyata sangat terkenal. Untuk menyelamatkan dunia dari Gordilock, Kairav mengorbankan seseorang yang sangat berharga baginya.
"Sebenarnya Kairav berada di daerah abu-abu bagi kami. Ia mengorbankan nyawa untuk magis namun Ia melakukannya untuk menyelamatkan dunia," kata Rangga termenung.
"Bagaimana pun Ia mengorbankan nyawa seseorang, itu adalah batasan yang sudah kita tetapkan untuk Judistia yang baru," balas Lex dengan tegas. Dibandingkan Rangga, Lex sepertinya lebih kaku.
Kemudian Bima memberitahu bahwa sebagian besar peserta membuat pertahanan mental sehingga agak sulit baginya untuk membaca pikiran semua orang. Beda dengan bayangan di pikiran Ree, pertahanan mental adalah seperti tembok tebal. Dengan bayangan, rasanya seperti berada di ruang hampa dan gelap. Namun tembok lebih seperti pembatas, tidak ada isi yang disembunyikan, hanya dihalangi. Bila Bima berusaha keras, ia dapat menjebol tembok itu.
"Tapi yang paling aneh adalah kru Hitam," kata Bima.
Ree langsung memfokuskan perhatiannya pada Bima.
"Pikiran mereka hampir seperti Ree. Tetapi bukan bayangan... lebih seperti... lumpur? Aku juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya."
Ree tertegun. Ia membuat catatan mental untuk mengecek kru Hitam ketika ia bisa. Harus. Terutama ia harus mencari tahu mengenai Xi.
Tapi aku melihat mayatnya malam itu...
ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɢᴀᴍʙᴀʀ ᴋᴀʀʏᴀ ᴋᴀᴍɪ, ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ, ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇᴍʙᴀɴᴛᴜᴍᴜ ᴍᴇᴍᴠɪꜱᴜᴀʟɪꜱᴀꜱɪ ᴅᴀɴᴜᴍ.
ᴜᴊᴜʀ, ᴅᴀʀɪ ꜱᴇᴍᴜᴀ ᴋʀᴜ ᴘᴀɴɢᴇʀᴀɴ ᴘᴇᴍʙᴇʀᴏɴᴛᴀᴋ, ᴅᴀɴᴜᴍ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴋᴇꜱᴜᴋᴀᴀɴ ᴋᴀᴍɪ. ɪᴀ ᴍᴀꜱɪʜ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ꜱᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ, ʀᴀꜱᴀ ᴘᴇɴᴀꜱᴀʀᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴛɪɴɢɢɪ, ᴅᴀɴ ᴘᴇᴄᴀɴᴅᴜ ᴋᴏᴘɪ
ᴍᴇꜱᴋɪ, ᴛᴇɴᴛᴜɴʏᴀ... ʀᴇᴇ ᴛᴇᴛᴀᴘ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ꜰᴀᴠᴏʀɪᴛ ᴋᴀᴍɪ.
ʙᴀɢᴀɪᴍᴀɴᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴅɪʀɪᴍᴜ? ᴀʜ, ᴛᴀɴᴘᴀ ᴘᴇʀʟᴜ ᴋᴀᴜ ᴊᴀᴡᴀʙ ᴘᴜɴ ᴋᴀᴍɪ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇɴɢᴇᴛᴀʜᴜɪɴʏᴀ. ʟᴀɢɪᴘᴜʟᴀ ᴋᴀᴍɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴᴍᴜ. ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ꜰᴇᴇᴅʙᴀᴄᴋ, ᴅᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴋᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ ᴋᴇꜱᴜᴋᴀᴀɴᴍᴜ.
ꜱᴀʟᴀᴍ,
ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ʙᴀᴡᴀʜ ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ ᴛɪᴅᴜʀᴍᴜ.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top