𝕭𝖆𝖇 4

Dua bulan. 

Dua bulan sudah berlalu semenjak penculikan Andreas. Ree bertekad matang untuk mencari Andreas. Satu-satunya yang Ree dapat kejar adalah Turnamen Mentari di Ibu Kota Andalas, Kota Ridealle.

Ree menghabiskan siang dan malam menjadi bayangan-bayangan koloseum. Mencari informasi-informasi mengenai turnamen ini. Ketika ia tahu bahwa turnamen ini berniat menyegel para kontestan di dalam koloseum hingga permainan selesai, ia bertekad untuk menyusup menjadi salah satu anggota kru yang sudah ada. Lagipula tidak mungkin baginya untuk membentuk kru baru dalam waktu dua bulan.

Kemudian Ree kembali menjadi bayang-bayang kota, memburu informasi mengenai para kontestan. Ia dapat mengetahui tempat tinggal beberapa kru, apa kekuatan magis mereka, dan terkadang identitas mereka. 

Sembari membuat catatan mental, misalnya, menghindari kru milik Tuan Foyer dan kru yang dipimpin oleh seorang wanita berambut putih –yang diberi julukan Penyihir Putih. Ree juga menandai beberapa kru yang terlihat terlalu lemah. Setidaknya ia butuh kru yang cukup kuat untuk mencapai final. Karena kru Pandawa ... Ree sangat yakin mereka akan menjadi salah satu kru yang berdiri di babak final.

Tidak sekalipun para bayangan menemukan atau membisikkan keberadaan kru Pandawa di ibu kota Andalas sekalipun hari turnamen semakin mendekat.

Ree akhirnya menetapkan pilihannya pada sebuah kru yang menetap di Tuak Rolmero. Kru itu memiliki seorang anggota yang seperti di-eksklusi. Selama di Tuak Rolmero, anggota ini hanya berada di kamarnya saja sementara para anggota lain berkumpul atau mengerjakan suatu hal lain. Dinamika yang terpecah ini akan menjadi celah Ree untuk menyusup kru itu.

Seringkali mereka mengadakan pertemuan rahasia tanpa mengundang Tia. Seolah gadis itu hanyalah seseorang untuk memenuhi prasyarat Turnamen Mentari yaitu kru berjumlah lima orang. Dan gadis itu ... dia pun tidak yakin dirinya dapat bertahan di turnamen. Dia menggeliat dalam tidurnya dan menghabiskan waktu di kamar memijat-mijat tangan karena khawatir.

Jujur saja, Ree telah memberikan mereka pertolongan.

Memiliki anggota yang tidak percaya akan kemampuannya sendiri hanya akan membawa bencana bagi kru ini ... dan apapun yang mereka rencanakan.

Ree masih menunggu keempat orang itu untuk selesai mendaftarkan diri. Ia menunggu dalam kegelapan bayangan. Seakan tubuhnya mengambang di kekosongan yang gelap. Tanpa atas, bawah, kiri maupun kanan. Hanya ruang kosong yang tak berujung. Ree sudah mulai biasa berada di ruangan itu, sudah mulai terbiasa dengan suara-suara bayangan di dalam kepalanya.

Tapi hari itu, ada sebuah sensasi yang berbeda. Ree merasakan sensasi getaran itu lagi. Kali ini jauh lebih besar dari sebelumnya. Bulu kuduk Ree berdiri.

"Siapa di sana?" seru Ree pada ruang hampa itu.

Awalnya Ree tidak dapat melihat siapa pun. Namun lama-kelamaan ia dapat melihat sebuah sosok mulai mendekat. Kaki, tubuh, tangan, kemudian kepala. Rambutnya putih. Namun wajahnya ... rasanya familiar.

"Tidak semua orang dapat melanggar peraturan koloseum tanpa menanggung konsekuensinya," kata pria itu.

Ree menatap bingung.

"Tidak ada kontestan yang diperbolehkan masuk ke dalam koloseum tanpa persetujuan Madoff. Semua orang yang berusaha melakukannya langsung dimatikan oleh magis kuno seketika," jelas pria itu. 

"Tapi kau ... magis kuno tidak menyentuhmu sekalipun."

"Siapa kau?" tanya Ree.

Pria itu membungkuk. 

"Selamat datang di koloseum. Aku Wiseman, salah satu makhluk penunggu koloseum ... dan dalang di balik Madoff." Suaranya berat dan entah bagaimana terdengar penuh wibawa. Seakan pria ini telah melalui banyak kehidupan sebelumnya.

Semua orang tahu bahwa Madoff merupakan makhluk yang terbuat dari sihir, sihir kuno yang juga mengawasi setiap sudut koloseum. Ia bukan manusia, bukan makhluk dengan kehidupan, tapi tidak bisa diremehkan sebagai benda mati pula.

Bila pria ini adalah dalang dari Madoff.... 

Tunggu, bagaimana mungkin seseorang dapat menjadi dalang magis kuno?

"Kau sudah tahu jawaban untuk babak pertama." Lanjut pria itu, "Kami sudah menunggumu, Ree, lama sekali." 

Ree membelalak mendengar perkataan itu. 

Dengan cepat ia memunculkan diri dari bayangan. Ia ingin keluar dari ruangan yang sama dengan pria itu. Menghindar dari apapun pria itu. Entah bagaimana Ree merasa pria itu mengetahui siapa diri Ree di masa lalu. 

Masa lalu yang ingin sekali Ree tinggalkan.

Ree memunculkan tubuhnya di salah satu pojok lorong koloseum, tempat tangga menuju bawah kursi penonton muncul. Tidak ada yang melihatnya. Di depannya adalah sebuah arena berpasir yang sangat luas.

Ia memutar tubuhnya dan melihat Rangga serta yang lain sedang mendaftar. Mereka adalah kru terakhir yang mengantri. Satu per satu dari mereka mendapatkan kertas yang dicap oleh Madoff. Lalu pria berambut hijau itu memberikan satu lagi kertas kepada Rangga. Ree dapat bersumpah mata Madoff melirik ke arah Ree. Pria berambut hijau itu melihatnya –atau dalang Madoff, Wiseman, melihatnya.

Ree bergegas menuju mereka. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi bila Madoff mengatakan sesuatu ... Atau bahkan bila ia membocorkan siapa Ree sebenarnya.

Gadis itu hanya sempat mendengar Madoff berkata, "...Tidakkah lucu bagaimana nasib akhirnya bermain?" 

Ree mengambil dengan kasar kertas di tangan Madoff. Di kertas itu tertulis "Ree" dan spesialisasi kekuatan penyembuh. 

Ree menghela napas.

Madoff berlakon dengan memutar kepalanya ke kanan dan kiri. "Kenapa kau tiba-tiba berada di belakangku?"

Rangga dan yang lain menatap Ree bingung. Namun Ree melihat tidak ada kecurigaaan di muka mereka. Akhirnya Ree berkata dengan ketus, "Tidakkah kau punya permainan untuk dijalankan?"

Madoff bersiul riang. "Betul sekali! Silahkan turun ke bawah. Aku akan memanggil setiap kru satu per satu."

Di bawah kursi penonton adalah ruangan yang sangat pengap. Debu-debu meliputi setiap sudut. Dan para kontestan memadati ruangan yang melingkari arena itu. Atap ruangan sangat dekat dengan kepala, hanya sekitar lima kaki di atas kepala Ree. Hingga banyak kontestan dengan tubuh besar dan tinggi terpaksa harus duduk di tanah.

Ketika Rangga dan kru–nya memasuki ruangan itu, semua mata memandang mereka. Mencoba menganalisa kekuatan ataupun kelemahan yang mereka miliki.

Ree bersyukur ia sudah menaikkan tudungnya. Ia dapat melihat kru Pandawa –nama dari kru yang menculik Andreas, berdiri agak jauh di sebelah kanan ruangan. Melihat kru Pandawa tak mengacuhkannya kemungkinan besar berarti mereka sudah melupakan tentang kakak Pemagis Murni. 

Bagus.

Ree sendiri mengetahui nama kru itu dari hasil pengintaiannya di Kota Ridealle. Jantungnya berdebar sangat cepat ketika anggota kru Pandawa melihat ke arahnya. Namun tidak ada kesan mengenal Ree. Mereka sama sekali tidak tertarik dengan Ree. Sepertinya mereka benar-benar sudah melupakan Ree, dan gadis itu sangat bersyukur akan hal itu meski jengkel.

Kru-kru lain di sekitar mereka memberi jarak dengan kru Pandawa. Dan di antara mereka, seorang bertubuh kecil duduk di tanah. Dari atas anak tangga, Ree dapat melihat wajah Andreas yang mendongak menatap Ree. Ia ingin sekali berlari ke arah adiknya itu untuk memeluknya. Mengambilnya kembali dari kru Pandawa dan langsung membawanya pulang.

Namun sekilas Ree melihat seorang perempuan memeluk Andreas dari belakang dan membisikkan sesuatu kepadanya. Kemudian Andreas memalingkan wajahnya dari Ree. Hilang sudah kesempatan Ree untuk menghampiri Andreas.

Pintu ruangan bawah tanah ditutup oleh Madoff. Menghalangi cahaya matahari memasuki ruangan itu. Dan ruangan menjadi sangat gelap.

Beberapa langkah di depan, di kedua sisi kiri dan kanan, dua pintu lain dibuka. Cahaya dari celah yang dibuka menunjukkan tangga di bawah kedua pintu. Suara riuh tepuk tangan dan sorakan terdengar. Entah bagaimana caranya, koloseum yang tadi kosong sudah penuh dengan penonton. Mungkin magis kuno yang mengatur waktu. Ree dapat merasakan kebingungan banyak kontestan pula akan fakta itu. 

Lalu suara Madoff bergema dari atas arena. "Mari kita panggil, dua kru pertama kita hari ini, kruuu VEER dan FOYERRR!!"

Kru Foyer dengan mantap menaiki tangga di pintu kanan. Sedangkan kru Bida tampak lebih ragu namun akhirnya mereka pun menaiki tangga di pintu kiri. Tidak begitu lama terdengar suara auman diikuti oleh teriakan yang bersahut-sahutan. Kemudian suara tepuk tangan penonton yang girang. Hanya satu kru yang turun kembali dengan utuh. Kru Foyer. 

Kru Veer tidak turun sama sekali.

Seorang kontestan berambut merah berkata dengan nyalang, "Kalian tidak diharuskan membunuh kru lain di babak ini." Kontestan itu duduk karena tubuhnya yang relatif tinggi. 

Foyer, seorang bangsawan, menjawab, "Apa bedanya mati sekarang dan mati nanti. Ujung-ujungnya kami yang akan menang."

Ree menggapai jubah Rangga. Menarik pria itu menghadapnya hingga Ree dapat berbisik di telinganya.

"Kau tahu permainan babak pertama?"

Rangga mengangguk.

"Kita harus menghadapi ketakutan terbesar kita."


ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢᴀɴ ᴍᴀᴄᴀᴍ ᴀᴘᴀ ʙɪʟᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅɪꜱᴜɢᴜʜɪ ᴏʟᴇʜ ᴍɪꜱᴛᴇʀɪ, ʙᴜᴋᴀɴ?

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ, ᴠᴏᴛᴇ, ᴋʀɪᴛɪᴋ ᴅᴀɴ ꜱᴀʀᴀɴ... ᴀᴛᴀᴜ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ꜱᴀʟᴀʜᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪ ʙɪʟᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴᴍᴜ ᴀᴋᴀɴ ʙᴇʀʟᴀᴋᴜ ᴊᴀʜɪʟ


ꜱᴀʟᴀᴍ,

ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ʙᴀʟɪᴋ ᴘɪɢᴜʀᴀ ꜰᴏᴛᴏᴍᴜ.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top