𝕭𝖆𝖇 35


Ree menemukan satu kru sedang duduk di ruang tengah. Rangga, di kursi besarnya, Danum dan Bima di kursi meja makan, dan Lex di kursi yang paling besar.

Mereka telah menunggunya.

"Yak, aku butuh minuman lebih," kata Danum akhirnya memecahkan keheningan. Ia beranjak ke dapur dan mengambil satu botol anggur merah beserta satu gelas.

Ketika Danum menyerahkan gelas itu pada Ree, Rangga bertanya, "Dari mana kau?"

"Perpustakaan."

Lex menatap Ree tajam. "Jadi selama ini... Kau adalah Sang Karma yang legendaris itu.."

Ree mengangguk lemah.

"Jadi kau mendapatkan kekuatan dari Naga Hitam hanya dengan menatap matanya?" Tanya Rangga.

Ree memaksa dirinya untuk mengangguk lagi. "Itu adalah bayarannya. Hadapi ketakutan dan kau akan mendapatkan kekuatan."

Sedikit kebohongan, pikir Ree. Karena Ree tidak hanya menatap Naga Hitam saat itu. Ia menatapnya dan mengambil kekuatannya menggunakan magis. Magis yang sama yang ia telah gunakan pada Tia untuk mendapatkan kekuatan penyembuh.

"Tidak mengubah fakta bahwa kau mengorbankan nyawa untuk kontrak pertamamu." Tanya Lex dengan nada rendah, "Apakah itu tetap benar?"

"Itu masih benar," kata Ree dengan lelah. "Setidaknya segala paradigma kalian tentang Sang Karma sudah terhapuskan."

"Aku kira dia adalah pria," renung Bima.

"Itu adalah pemikiran patriarki, Bim. Kau sangat kuno," seru Danum di sela minumannya.

"Bagaimana kau tahu kau akan berhasil.. melawan Naga Hitam?" Tanya Rangga kembali.

"Aku tidak tahu." Ree meneguk anggurnya sebelum berkata kembali. "Tapi saat itu... aku rela mencoba apapun."

Untuk sesaat hanya keheningan yang menemani mereka.

"Aku turut berduka cita..." Kata Bima pelan, "Mengenai teman-temanmu."

Ree menyodorkan gelasnya ke arah bocah itu yang dengan tanggap menggiring gelasnya sendiri hingga membuat suara merdu. Gelas dengan gelas. Es dengan gelas.

"Ketika satu keluargaku meninggal, aku ditinggalkan dengan perasaan amarah dan... dendam." Suara Danum berubah rendah, mata besarnya melihat lurus kepada Ree. 

"Dendam untuk penguasa Judistia yang melalaikan tugas untuk mendistribusikan obat. Karena sangat dendamnya, aku menuju ibu kota dan menyerbu barak prajurit mereka. Singkat cerita, aku hampir digantung... bila Rangga tidak menyelamatkanku."

"Aku tahu perasaanmu," kata Damun.

Ree tertawa pahit dalam hatinya. Benarkah?  Ia ragu Danum benar-benar mengerti rasanya. Namun ia menyimpan keraguan itu dalam hatinya. Ree menjaga agar ekspresinya netral.

"...Orang seperti Nareen pantas mendapatkannya." Mata Danum berkaca-kaca meski suaranya stabil, tanpa bergetar.

Di malam itu, cahaya lilin membuat anting-anting besi Danum merefleksikan cahaya dalam jutaan spektrum warna. Di malam itu pula, Ree melihat seorang yang telah selamat dari malapetaka. Seseorang yang telah dihantam beribu musibah. Dan seseorang yang menolak untuk ditenggelamkan dunia begitu saja.

Ree mengagumi Danum malam itu. Sebagian besar, karena semangat hidup perempuan itu yang masih besar. Kapan terakhir kali Ree merasa 'hidup' seperti itu? 

Bukan bahagia, tapi hidup. Memiliki tujuan.

Menyelamatkan Andreas? Apakah itu tujuan hidupnya sekarang?

Ree bersulang dengan Danum kemudian kedua gadis itu meneguk minuman mereka.

Untuk sesaat, hanya bunyi jangkrik dan buaian angin malam yang menemani mereka. Bulan purnama bersinar terang dan Ree dapat melihat beberapa titik putih di langit yang gelap.

Rangga akhirnya mendeham. "Sekarang semua orang sudah tahu kemampuan aslimu. Kita harus bersiap untuk pesta dansa."

Bima memberitahukan Ree bahwa setiap tiga permainan selesai pada minggu keempat, kedelapan, dan keduabelas, semua peserta diundang untuk menghadiri pesta dansa dengan keluarga royal dan para bangsawan Andalas. Madoff selalu menghadiri pesta dansa itu. Dan, Madoff pun mengirimkan pakaian untuk para peserta.

Benar saja, pada hari berikutnya pakaian mulai berdatangan di kediaman mereka. Pakaian Bima adalah yang pertama kali muncul. Sebuah tuxedo biru muda dan selendang tenun untuk disematkan di pinggul.

"Bagaimana Madoff memilih pakaian apa untuk siapa?" Tanya Danum.

"Magis kuno koloseum yang membuatnya," jelas Bima. "Magis kuno itu selalu memerhatikan setiap peserta. Sehingga mereka akan membuat pakaian untuk setiap peserta sesuai pandangan mereka."

Melihat tuxedo biru itu, Ree tidak tahu apa yang membuat magis kuno koloseum berpikir ini adalah pakaian yang sesuai untuk Bima. Namun melihat Bima tertegun melihat pakaian ini...

"Haruskah semua peserta mengikuti pesta dansa?" Tanya Ree.

"Kau pikir pesta itu bukanlah bagian permainan?" Tanya Lex. Ree menangkap pandangannya. Ia sudah tidak melihat kebencian di mata Lex, namun pria itu masih waswas dengan dirinya. 

"Pesta dansa adalah waktu di mana Ujian Putri Pertama akan dilakukan."

"Ujian Putri Pertama?"

"Kau tahu mengapa setiap kru harus berjumlah lima orang bukan?" 

Lanjut Bima, "Setiap anggota seharusnya memiliki peran masing-masing sesuai Pancabara yang diramalkan. Namun ramalan menyatakan bahwa Putri Pertama akan menyandang banyak samaran. Maka ujian ini dilakukan untuk menemukan Putri Pertama yang sebenarnya di antara para peserta."

"Setidaknya itu legendanya. Tapi... tidak ada yang pernah memenangkan ujian ini. Apalagi sekarang Sang Putri Pertama sudah diketahui semua orang..."

"Kenapa tidak ada yang pernah bisa memenangkannya?" Tanya Ree.

"Setiap tahun ujiannya sama." Kali ini Rangga yang menjelaskan, "Kau dibawa ke dunia maya dan merasa itu adalah realita. Kau akan bertemu dengan seorang kontraktor dan kau harus membunuhnya –atau lebih tepatnya, berusaha membunuhnya. Selama ini tidak ada yang pernah bisa membunuhnya."

"Lalu..? Bagaimana ujian dapat berakhir?"

"Kau mati di dunia itu dan langsung kembali ke dunia yang asli." Kata Rangga, "Ini adalah permainan tanpa pemenang."

Ree tertegun mendengar itu. Untuk apa sebuah ujian diadakan setiap tahun tanpa ada kemungkinan seseorang untuk memenangkannya?

"Kenyataan bahwa mereka membuat permainan tanpa pemenang ini..." 

Ree mulai berbicara namun tidak ia selesaikan. Ia tidak mengerti mengapa permainan ini ada. 

Tapi seperti Madoff terprogram untuk membuat permainan menyenangkan, mungkin ujian ini memang terprogram untuk... untuk... 

Ah, Ree tidak tahu. 

Mengingat Madoff, Ree jadi teringat akan Wiseman. Akan makhluk yang berkata ia adalah teman Ree namun ternyata ia membantu Rosea. 

Apa sih yang makhluk itu inginkan?

Keesokannya, pakaian Danum dibawakan oleh Wiseman. Ketika Ree bertemu dengan Wiseman, ia berusaha untuk membaca pria tua itu. Namun Wiseman tidak menunjukkan kejanggalan apapun. Ia bersikap seolah ia bukanlah dalang di balik Madoff. Ia bersikap seolah ia tidak memiliki andil dalam menguak masa lalu Ree di koloseum.

Gaun Danum adalah sebuah gaun biru tua yang panjang, dengan permata-permata kecil menghiasi setiap ujung gaun itu. Bagian dadanya membentuk huruf V dan bagian punggungnya lebih rendah lagi. Lengannya hanya berupa kain tipis melingkari pundaknya. Gaun Danum seakan seperti langit malam yang indah. 

Danum pun terpukau oleh gaun itu, berbeda dengan ekspresi Bima yang tertegun ketika pakaiannya datang.

Berikutnya, pakaian Lex dan Rangga datang secara bersamaan. Satu mendapatkan tuxedo cokelat yang tenang, satu lagi mendapatkan tuxedo hitam dengan kemeja berwarna merah tua. Tuxedo yang cokelat segera dipakai oleh Lex, dan ukurannya sangat pas di tubuhnya. Sementara Rangga hanya membelai pakaian barunya dengan tangan.

"Kurasa mereka juga menyocokkan pakaian dengan kekuatan yang kita miliki," gumam Ree.

Rangga mengangkat wajahnya, melihat Ree. "Kalau begitu pakaianmu kemungkinan besar akan berwarna hitam."

"Atau abu-abu," sahut Danum. "Tapi pakaianku dan Bima berwarna biru, tidak sesuai dengan kemampuan kita."

"Namamu berarti air dalam Bahasa Dijamer," jelas Ree. "Dan untuk Bima... emblem keluarganya berwarna biru muda, benar bukan?"

Bima sedikit kaget mendengar Ree mengetahui emblem keluarganya, "Be- benar... kau masih ingat emblemnya?"

Ree mengangguk. "Sebuah angsa dengan dua pedang di depan latar belakang biru muda."

"Aku bahkan hampir lupa dengan emblem itu.." kata Bima pelan.

Rangga terbatuk ringan kemudian berkata, "Ngomong-ngomong Ree, kau tahu cara berdansa?"

Sudah jelas sekali Rangga berusaha mengganti topik untuk melindungi Bima. 

Sebegitu parah kah hubungan Bima dan keluarganya sekarang?

"Sepuluh tahun yang lalu, aku tahu caranya." Lanjut Ree, "Lagipula aku tidak akan berdansa kali ini. Semua orang hanya datang untuk Ujian Putri Pertama. Tidak ada yang akan peduli bila dansamu tidak sempurna atau bahkan tidak berdansa sama sekali."

Esoknya, tidak ada pakaian yang datang. 

Ree menghabiskan seharian berlatih dengan Danum. Ia pun menyempatkan diri untuk melatih Bima. Namun pikirannya terkadang merana menuju magis-magis kuno yang sedang membuatkan pakaian untuknya. 

Hanya tiga hari tersisa. Apa rencana mereka untuknya? Pakaian seperti apa yang mereka pikir sesuai dengan Ree, Sang Karma? Seseorang yang mendapatkan magis dari korban jiwa. Seseorang yang tidak sungkan membunuh bila ia dapat meraih tujuannya. 

Seorang monster.

Dua hari sudah lewat dan pakaian Ree tidak kunjung datang pula. Tinggal satu hari hingga pesta dansa dan sekaligus Ujian Putri Pertama. 

Ree tidak habis pikir mengapa hanya pakaiannya yang belum dikirimkan. 

Dari pembicaraan di arena latihan, semua orang sedang membicarakan pakaian yang mereka dapatkan. Dan dari bayangannya, Ree tahu semua orang sudah mendapatkan pakaian mereka masing-masing. 

Jadi ada apa gerangan dengan dirinya?

Apakah tidak ada pakaian yang sesuai untuk orang sepertiku?

Mungkin ini adalah pesan bahwa koloseum tidak ingin menerima Ree sebagai peserta pesta dansa. Mungkin mereka memutuskan Ree terlalu mengerikan sehingga mereka tidak bisa membentuk pakaian apapun yang layak.

Anggota kru yang lain penasaran akan hal ini pula, namun mereka menyimpan pertanyaan mereka dalam hati. Mereka tahu Ree terlihat terbebani dengan fakta itu. Sehingga mereka menjaga agar Ree tidak sakit hati.

Ree selalu yang terakhir selesai berlatih di arena. Tetapi hari itu, ia sengaja pulang lebih telat untuk mengusir kegundahannya. Ia bertekad, bila koloseum tidak mengirimkan pakaian apapun itu tidak akan menjadi masalah baginya. Ia hanya akan menjalani turnamen sesuai rencananya. Lagipula ia tidak berencana memenangkan turnamen.

Jadi tidak masalah bila ia tidak memiliki gaun untuk sebuah pesta konyol.

Namun ketika ia pulang diantarkan Wiseman, ia melihat semua anggota kru masih berkumpul di ruang tengah. Dan di kursi besar tempat Rangga biasa duduk, sebuah gaun tergeletak. 

Jantung Ree berhenti sesaat ketika melihat gaun itu.

Karena bukanlah gaun hitam atau abu-abu atau gaun mengerikan yang terlihat. Melainkan sebuah gaun off-shoulder, dengan brokat emas dan ratusan lembar rok chiffon yang mekar.

Gaun itu berwarna merah darah.

Pupil mata Ree sedikit gemetar melihat warna yang familiar itu.


ᴋᴀᴍɪ ᴛᴀʜᴜ, ᴋᴀᴍɪ ꜱᴜᴅᴀʜ ʟᴀᴍᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ.


ᴜɴᴛᴜᴋ ꜱᴇᴍᴇɴᴛᴀʀᴀ ᴋᴀᴍɪ ᴛᴇʀʜᴀɴᴛᴀᴍ ᴏʟᴇʜ ᴍᴜꜱᴜʜ ʙᴇʀᴀᴛ ᴋᴀᴍɪ... ᴡʀɪᴛɪɴɢ ꜱʟᴜᴍᴘ...

ᴛᴀᴘɪ ᴋᴀᴍɪ ꜱᴜᴅᴀʜ ʙᴀʟɪᴋ.

ꜱᴇᴍᴏɢᴀ ᴋᴀʟɪᴀɴ ʙᴇʟᴜᴍ ᴍᴇʟᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢᴀɴ ᴋɪᴛᴀ.


ꜱᴀʟᴀᴍ,

ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ.


Gaun Danum:

Ingat, kulit Danum cokelat manis yaa


Gaun Ree:

Anggap aja cewe di bawah juga Ree.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top