𝕭𝖆𝖇 32
Orang itu menanggalkan penutup kepalanya. Menunjukkan pria Andalas yang botak dengan satu luka besar terpampang melewati mata kirinya yang selalu tertutup. Giginya tidak rata dan berantakan, dan hidung besarnya seakan sudah patah berkali-kali. Satu kakinya hanyalah sebatang kayu yang dimodifikasi.
Nareen Nygard.
Mata Ree tidak bergeming dari sosok Nareen. Ree telah mengukir nama dan sosok itu dalam ingatannya. Tapi tak ia kira pria itu dapat bangkit kembali setelah apa yang Ree telah lakukan padanya...
"Apa yang kau mau?"
Tapi Madoff-lah yang menjawab, "Baik, untuk sementara permainan diselingi terlebih dahulu."
Pria yang bukan pria itu terkekeh .
"Aku mendengar berita menyenangkan bahwa ada buronan ikut bermain menjadi kontestan. Kita tidak pernah menolak buronan sebelumnya, namun atas permintaan Yang Mulia Raja dan Sang Putri Pertama, aku memperbolehkan campur tangan pihak lain untuk membuka kedok buronan ini."
Ree sedikit meringis mendengar Madoff berkata demikian. Bukankan Wiseman, dalang dari Madoff berkata ia adalah 'teman' Ree? Sampai sekarang pun Ree masih tidak dapat menebak motif makhluk kuno itu.
Di antara barisan penonton, seseorang berteriak, "Pembunuh!"
"Dia pembunuh!" Dengan cepat para penonton bergantian melontarkan kata itu pada Ree.
"Dia harus diadili! Sekarang juga!" Teriak orang lain.
Para penonton bersorak setuju. Gemuruh suara mereka menggetarkan koloseum.
"Ohhh tidak tidak tidak..." Suara Madoff membuat semua penonton terdiam.
"Semua peserta koloseum imun akan pengadilan. Ia harus menyelesaikan turnamen terlebih dahulu baru Andalas dapat mengadilinya."
Beberapa penonton menatap Madoff kaget.
"Tunggu... Untuk apa kau membiarkan Nareen memancingnya keluar bila dia tidak akan diadili sekarang?" Teriak seorang lain.
Sebuah medan transparan membuat Madoff dan dua orang perempuan dapat melayang di atas Naren. "Untuk apa katamu?" Tanya Madoff dengan suara jahil.
"Untuk menanyakan pertanyaan emas. Menanyakan hal yang membuat Sang Karma legendaris."
Nareen melangkah maju. Sebuah senyuman sinis terpampang di wajahnya. "Katakanlah, Sang Karma. Bagaimana dirimu mendapatkan kekuatan dari Naga Hitam?"
Ree mengedarkan pandangan ke seluruh koloseum. Rangga, Lex, Danum, dan Bima berada di balik jeruji. Memperhatikannya seolah tidak ingin percaya. Memperhatikan Ree seolah ia sekarang adalah... monster.
Pembunuh.
Sang Karma.
Ia melihat Andreas. Tatapan bocah itu tak terbaca.
Kemudian ia melihat Kai. Satu alis terangkat, seakan ia bertanya apa yang Ree sedang lakukan?
Ia memperhatikan Madoff dan dua perempuan aneh di kedua sisinya. Satu perempuan memakai topeng -Putri Pertama Judistia, Rosea. Perempuan yang lain memiliki kain emas mengelilingi matanya.
"Hey, jawab pertanyaan itu!" Teriak Nareen gusar. "Bagaimana caranya seseorang dapat diberikan magis oleh Naga Hitam padahal dia bukanlah dewa?"
Saat itu bayangan Ree telah menemukan sumber bayangan keji -bukan, bukan bayangan. Ree kira itu adalah bayangan yang buas, namun setelah menemukan sumbernya, Ree tahu itu adalah magis gelap. Bukan bayangan, melainkan kegelapan. Sekalipun mereka memiliki sifat yang cukup sama. 'Hampir' adalah kata kuncinya.
Sumber kegelapan itu, sama seperti malam itu, adalah Nareen Nygard. Atau setidaknya dia adalah sumber kekuatan gelap di koloseum ini.
"Kau tahu bagaimana caranya, Nareen," jawab Ree tajam. "Masuk ke lubang itu. Tataplah Naga Hitam."
Naren tertawa mendengar itu.
"Tidak ada yang bisa menatap Naga Hitam. Ia memberikan teror dan rasa takut yang dasyat pada siapapun yang mendekatinya. Apalagi bila kau menatapnya langsung."
"Kau meninggalkanku dalam keadaan seperti ini!" Teriak Nareen kembali dengan amarah. "Semuanya salahmu! Dan kau akan membayar!!"
Naren memberikan aba-aba bagi para kru Hitam untuk mengencangkan tarikan mereka. Tubuh Ree semakin terlentang, namun tidak lama. Gadis itu melakukan gerakan menarik yang sama seperti pada Xi, memintal kekuatan keji yang mengontrol raga dan bayangan empat orang pemegang rantai.
Makhluk keji itu melawan, ia meraung sejadi-jadinya berusaha mempertahankan kendalinya dalam keempat tubuh itu. Sebelumnya makhluk itu selalu ekstatik ketika menemukan Ree, seakan menemukan mangsa yang empuk. Tapi itu hanyalah karena Ree berusaha menutupi kekuatannya. Ia tidak pernah suka melihat kehancuran yang ia dapat hasilkan dari menggunakan kekuatannya. Sama seperti ketika ia menjadi bagian dari Pasukan Bayangan, ia lebih suka untuk tidak menggunakan kekuatannya.
Namun kini, ia muak. Ia tak tahan melihat kesombongan Nareen dan makhluk keji itu.
Pegangan Ree pada bayangan lebih kuat, ia tahu para bayangan jauh lebih mendukung Ree daripada kendali makhluk itu. Ree hanya perlu menekan bayangan, menekan makhluk itu. Ia memilin dan memilin magis dari makhluk itu tanpa henti.
Kemudian Ree memecahkan mereka menjadi debu-debu magis. Serpihan-serpihan kelabu menghiasi arena koloseum.
Boneka, mereka semua adalah boneka. Sama seperti Xi, mereka bukanlah manusia.
Nareen terkesiap melihat hal itu. Bagaimana tidak? Makhluk itu dibuat dari kontrak kedua Nareen yang melibatkan banyak nyawa orang, termasuk nyawa Pasukan Bayangan. Untuk melihat makhluk itu hancur begitu saja oleh Ree... oleh gadis yang Nareen kira akan tumbang hari ini.
Ree tidak berhenti di situ. Ia menyelimuti seluruh arena dengan bayangan. Dengan kabut dan asap kelabu serta hitam. Menggelapkan pandangan setiap orang terkecuali mereka yang duduk di podium bangsawan atau berada di atas medan magis yang transparan.
"Pertama..."
Suara Ree muncul, seakan terdengar dari segala arah, atau lebih tepatnya, segala bayangan. "Kau yang menjebak kami, Nareen. Kau ingin menjadikan kami korban kontrakmu."
Nareen bergidik mendengar suara Ree seperti ini. Ia tidak menyangka boneka-boneka itu dengan mudahnya dapat dihancurkan oleh Ree. Dan bahwa gadis itu dapat memanggil kekuatan sebesar ini. Bahwa Naga Hitam memberikannya kekuatan sebesar ini kepada gadis itu.
Mengapa? Mengapa Naren tidak bisa memiliki kekuatan yang sama besarnya? Mengapa Nareen harus bergemetar ketakutan sekarang sementara gadis yang seharusnya sudah mati dua tahun lalu di tangannya menjadi sangat menakutkan.
"Kedua, kau menyeretku ke dalam lubang itu terlebih dahulu. Sementara kau menahan teman-temanku, menyiksa mereka, dan menggunakan mereka sebagai kontrak keduamu." Suara Ree rendah, mencekam.
"Ketiga, kau membuat boneka magis yang meniru sahabatku, memancingku keluar, untuk... untuk bertanya, bagaimana aku mendapatkan kekuatanku?" Kini Ree tertawa dengan getir.
Seketika bayangan-bayangan menghilang. Arena kembali menjadi jernih kembali. Nareen dapat melihat pasir arena dan para penonton kembali. Ia merasakan basah di sela-sela kakinya. Ia telah mengompol.
Tapi ia tidak melihat Ree di hadapannya...
"Aku tidak punya kesabaran denganmu," kata Ree di belakang Naren.
Pria dewasa itu mendapati dirinya mengompol kembali. Air seni mengucur deras di sela-sela kakinya. Para penonton terkesiap.
Sebelum Nareen dapat menjauh dari Ree, sulur-sulur hitam bermunculan dari bayangan Nareen. Menjerat tangan dan kaki pria itu hingga tidak bisa bergerak. Sulur-sulur itu bertambah banyak, menjerat tubuh dan leher Nareen. Kemudian menarik pria botak yang tidak tahu diri itu ke bawah. Ke lantai pasir arena, melebur menjadi kolam bayangan.
Nareen hendak membebaskan diri, ia meronta berusaha keluar dari jeratan bayangannya sendiri. Namun tak lama jeritannya teredam karena mulutnya sudah melebur menjadi kolam bayangan. Kemudian mata, dan akhirnya puncak kepalanya yang botak sudah tak bersisa.
Kali ini, tidak ada orang yang akan menarik seseorang keluar dari dunia bayangan. Bila orang awam terjebak di sana, ia akan menghabiskan sisa waktu menjadi warna kelabu di kaki seseorang atau dasar benda. Untuk Nareen, ia akan selamanya menghiasi pasir arena ketika matahari bersinar.
Koloseum menjadi hening. Entah sedang memproses perkataan Ree atau perbuatannya terhadap Naren. Yang Ree tahu, ia mencium bau yang sudah familiar untuknya, bau ketakutan.
"Aku tahu kau sudah mencoba menjawab Nareen, tapi kami pun kehabisan waktu," kata Madoff. Ree memutar badan dan mendongak menatapnya.
Medan transparan di bawah kaki Madoff menurunkan ketiga figur itu di pasir arena, di hadapan Ree. Lalu dengan satu jentikan jari, Ree terdudukkan di sebuah bangku yang terbuat dari pasir. Kedua pergelangan tangannya tertahan oleh besi pada kedua lengan kursi. Sebuah besi juga melingkari lehernya. Pada kursi dan besi itu, simbol-simbol kuno terukir. Simbol yang sama yang digunakan oleh kru Pandawa untuk menghentikannya dari mengejar mereka. Simbol antimagis.
Ree berusaha memanggil bayangannya atau berusaha melebur dirinya dalam kolam bayangan. Nihil.
"Tidak perlu mencoba, simbol-simbol itu memblokir semua jenis magis." Ree melihat guratan yang abstrak pada besi di kedua tangannya.
Madoff mendirikan dua kursi yang persis sama di hadapan Ree. Satu untuk dirinya duduk, dan satu lagi untuk Putri Pertama duduk. Sedangkan perempuan dengan kain emas mengelilingi matanya berjalan ke belakang kursi Ree.
"Ini adalah Medea, dia adalah Penelisik Pikiran. Bedanya dengan Pembaca Pikiran, Medea dapat memunculkan gambar dari benak seseorang untuk dilihat orang lain."
Madoff menjetikkan jari kembali. Empat layar besar melayang di keempat sisi koloseum. Lalu satu layar kecil muncul di hadapannya.
"Medea akan menyusuri pikiranmu dan kami akan menonton. AHHAHAHAh!"
Bajingan. Apa yang Wiseman pikir ia lakukan?
Ree tidak suka mendengar memorinya akan dipertontonkan jutaan nyawa. Ia menyentak besi di kedua lengannya sekuat tenaga. Tapi besi itu bergeming.
"Kenapa?" Tanya Ree pada Madoff akhirnya.
"Kenapa kau membantunya?" Ree melirik pada Putri Pertama.
"Seorang Madoff tidak bisa disogok. Tidak bisa dihasut. Tidak bisa dipermainkan. Kau dibuat seperti itu. Jadi kenapa kau membantunya?"
Madoff membuat ekspresi seakan sedang berpikir.
"Hmm... karena Madoff juga dibuat untuk memberikan ketegangan dan kesenangan di turnamen! Dan kau saat ini memiliki rahasia terbesar yang akan mengguncang dunia MWUAHAHAHAH!"
Jawaban yang gila.
Pria berambut hijau itu mengangguk pada Medea. Rasa panik merasuki Ree hingga ke tulang. Simbol-simbol kuno ini sudah memblokir semua koneksinya pada bayangan. Tidak ada lagi bisikan, tidak ada lagi bayangan yang menutupi pikirannya. Benaknya adalah arena yang rentan sekarang. Dan Ree benci merasa rentan. Ia tidak suka siapapun merasuki benaknya.
Namun ketika jemari dingin Medea menyentuh kedua sisi kening Ree. Rasa panik itu tertelan dengan... begitu banyak memori yang bermunculan di benaknya. Seakan Ree menjalani kembali memori-memori itu namun dalam kecepatan yang dasyat.
Ibu Ree pernah berkata memori seperti sebuah kolam. Mereka yang dapat melihat memori pasti memulai dari permukaan terlebih dahulu, mulai pada kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Kemudian semakin lama, dapat melihat memori yang lebih dalam, yang terjadi di masa lampau. Beberapa pemagis, nasihat ibu Ree, dapat melakukan lompatan-lompatan kecil di kolam memori.
Itulah yang dilakukan Medea sekarang. Satu momen, ia menunjukkan gambaran Ree berlatih dengan Kai di layar besar. Momen berikutnya ia menunjukkan saat di mana Nareen menjebak Pasukan Bayangan, lalu ketika Ree memporak-porandakan markas itu. Dan terakhir... ketika Ree menghadapi Naga Hitam.
ᴋᴀꜱɪʜᴀɴ ᴍᴇᴅᴇᴀ... ɪᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴛᴀʜᴜ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴀᴋᴀɴ ɪᴀ ᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ ᴅᴀʟᴀᴍ ʙᴇɴᴀᴋ ʀᴇᴇ
ʜᴀ ʜᴀ ʜᴀ ʜᴀ
ᴛᴇɴᴛᴜ ꜱᴀᴊᴀ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇɴᴇᴍᴜᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪ...
ᴛᴀᴘɪ ɪᴀ ᴊᴜɢᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇɴᴇᴍᴜᴋᴀɴ ᴍᴀᴋʜʟᴜᴋ ɪᴛᴜ.
ꜱᴀʟᴀᴍ,
ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴀɴᴛɪᴍᴜ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪᴋᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ᴠᴏᴛᴇ, ᴀᴛᴀᴜᴘᴜɴ ꜰᴇᴇᴅʙᴀᴄᴋ.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top