𝕭𝖆𝖇 22
Sesuatu menarik lengan Rangga, tapi bagaimana mungkin? Tubuhnya terlentang di lantai gua, bagaimana mungkin ada yang dapat menariknya?
Rangga dapat merasakan sesuatu yang ringan mengelilingi tubuhnya dan membawa tubuhnya semakin dalam menuju kegelapan di bawah lantai berbatu. Rangga hendak berteriak, namun Ree membungkam mulutnya dengan tangan. Sementara tubuh mereka terus menerus tersedot oleh lantai bebatuan.
Hingga tidak ada bagian tubuh yang tersisa, hanya bayangan yang terlalu gelap di tempat itu dan ruang kosong di balik tanah liat yang sudah mengeras.
Butuh beberapa detik untuk Rangga akhirnya menyadari bahwa ia tidak dapat melihat apapun. Dan ketika Ree menarik Rangga, ia merasa pusing. Penglihatannya menjadi buram dan abu-abu, bahkan ketika ia tahu mereka sudah keluar dari dalam tanah liat itu. Dunia terasa terombang-ambing dan banyak sekali suara berkecamuk.
Ia ingin muntah rasanya.
Namun tak lama kemudian, penglihatannya menajam dan perasaan terombang-ambing itu menghilang. Ia dapat melihat tubuhnya kembali.
Mereka sekarang berada di gua lain. Goa di atas bukaan tempat mereka berada tadi. Goa yang ditatap oleh perempuan bernama Kinara itu.
Ketika Rangga mendongakkan kepalanya, ia melihat perempuan itu –yang ia kira sudah menjadi debu, berdiri di hadapannya. Dan di samping perempuan itu... seekor naga sedang memerhatikan Rangga dengan mata ularnya. Dari mulut naga itu, kepulan asap keluar membawa hawa panas.
Rangga berada di goa naga yang terletak di bawah arena turnamen. Tetapi saat itu, semua orang mungkin saja akan menanyakan hal ini pada dirinya sendiri, apakah ini dunia akhirat?
"Kita tetap butuh untuk melumpuhkan Rema. Bila tidak dia dapat membaca rencana kita," bisik Kinara.
"Serahkan padaku," kata Ree. Kemudian kedua perempuan itu melihat ke belakang pundak kiri Rangga. Ketika Rangga menoleh ia melihat temannya, Bima, mengangguk kepada kedua perempuan itu.
Ketika Ultar hendak menorehkan belati ke leher Lex, tiba tiba ia merasakan pusing yang sangat dasyat. Seakan gravitasi bumi menariknya ke bawah dengan hebat. Ia berusaha bernapas tapi kegiatan yang sederhana itu menjadi sepuluh kali lebih berat.
Ia diserang secara mental oleh seseorang.
"Si Pembaca Pikiran," kata Gor kepada Rema ketika melihat kondisi Ultar, "Cari dia!"
Rema mengedarkan pandangan berusaha mencari Bima, tak lama ia menemukan Pembaca Pikiran itu di dalam gua di atas dinding batu. Namun ternyata tak hanya pikiran Bima yang ia dapat rasakan. Ia juga merasakan pikiran gadis bernama Kinara, seekor binatang, dan... pikiran lain yang terbalut dalam kegelapan.
Hanya saja, sekarang kegelapan itu membuka diri sendiri, seakan mengundang Rema untuk masuk dan melihat rahasia di dalamnya.
Ia tahu pikiran siapa ini. Melihat bahwa ini adalah kesempatan, Rema masuk ke dalam pikiran itu–
"AAAAAAAAARRRGGGGHHHHHHHHHHH!!!!!"
Gor dan Andreas terkesiap mendengar teriakan nyalang Rema. Perempuan itu memegangi kepalanya dan mulai menangis meraung-raung. Tingkahnya sudah seperti orang gila.
"Rem–" Andreas berusaha memegang kedua tangan Rema dan menenangkannya. Namun Rema justru mendorong Andreas dan meneruskan teriakannya.
Di dalam goa naga, Kinara bergidik mendengar reaksi Rema. Ia memerhatikan ketiga orang yang berada di goa itu bersamanya. Hanya Ree yang terlihat biasa saja melihat Rema.
"Apa yang telah kau lakukan?" Tanyanya pada Ree.
"Kita punya sedikit waktu," desis Ree, "Lakukan bagianmu."
Dengan itu, Kinara menaiki naga di sampingnya. Naga itu mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga, sebelum akhirnya terbang keluar dari goa, membawa Kinara di punggungnya.
Ree tahu Kinara menargetkan keempat anggota kru Pandawa, namun Gor dan Andreas berhasil menghindar dari pendaratan naga itu di lantai gua. Andreas berhasil mendorong Rema dengan angin sehingga ia tidak terinjak sang naga. Sementara Kinara memastikan naga itu tidak menginjak Lex yang masih tak sadarkan diri.
Atas instruksi Kinara, entah bagaimana caranya, naga itu menghembuskan napas api ke arah Gor dan Andreas. Ree sudah bersiap untuk menolong Andreas dengan bayangannya, namun Gor sudah lebih dulu menahan api itu dengan magis api miliknya. Andreas kemudian turut membantu Gor dengan magis murninya.
"Pergilah dari sini, Gor. Kau tidak akan kuat melawan kami," seru Kinara.
Gor meludah. "Aku tidak pernah melawan seekor naga. Tapi, apa salahnya mencoba?"
"Kalau kau masih mencoba untuk melawan, kalian juga harus melawanku," sebuah suara berat muncul dari mulut gua.
Kai.
Ree dapat merasakan gemetar Andreas melalui bayangan bocah itu. Andreas memang dapat membentuk magisnya menjadi elemen apapun, tapi ia tidak bisa mengendalikan air seperti Kai. Ia tidak bisa mengendalikan air tubuh seseorang seperti Kai. Ia tidak yakin kru Pandawa akan menang melawan Kai dan seekor naga.
Gor juga mencapai kesimpulan yang sama sehingga ia memanggil Ultar.
"Bawa kami semua ke tempat lain."
"Gor...?" Panggil Andreas.
"Huh?"
Bocah itu hanya menunjuk pada tubuh Rema. Lunglai dan... tidak bergerak. Matanya masih terbuka, menunjukkan pupil yang menciut seakan ia melihat hantu sebelum meregangkan nyawa. Mulutnya terbuka. Tapi yang terlihat mengenaskan adalah posisi lehernya, terlalu bengkok.
Ketika Andreas berusaha menyelamatkan Rema, ia mendorongnya terlalu kuat dan tidak memerhatikan posisi tubuh Rema sehingga leher perempuan itu patah membentur dinding gua.
"Ma.. ak– aku tidak... maafkan aku..." bocah itu menatap Gor dengan panik.
Ree ingin sekali memeluk Andreas saat itu. Menenangkannya seperti yang dahulu ia sering lakukan ketika mimpi buruk mengenai orang tua Andreas menghantui bocah itu. Tapi ia mengurungkan niatnya.
Setidaknya dia aman.
Gor mendecak tidak suka.
"Ultar!" Tak lama kemudian Gor, Andreas, dan Ultar menghilang dari bukaan itu.
ᴀᴘᴀ ꜱɪʜ ʏᴀɴɢ ᴅɪʟɪʜᴀᴛ ʀᴇᴇ ᴅᴀʀɪ ʙᴏᴄᴀʜ ɪᴛᴜ? ᴍᴇʟɪʜᴀᴛ ᴋᴏʀʙᴀɴ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀɴʏᴀ ꜱᴀᴊᴀ ɪᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴛᴇʀᴘᴜᴋᴜʟ ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ɪᴛᴜ.
ᴄᴋᴄᴋᴄᴋᴄᴋ
ᴀᴘᴀᴋᴀʜ ᴋᴀᴜ ꜱᴇʀᴀᴘᴜʜ ᴀɴᴅʀᴇᴀꜱ? ʙᴇʀɪᴋᴀɴ ᴊᴀᴡᴀʙᴀɴᴍᴜ ᴅᴀʟᴀᴍ ʙᴇɴᴛᴜᴋ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ᴠᴏᴛᴇ, ᴀᴛᴀᴜ ꜰᴇᴇᴅʙᴀᴄᴋ
ꜱᴀʟᴀᴍ,
ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴅᴏᴍᴘᴇᴛᴍᴜ.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top