𝕭𝖆𝖇 19

Danum tersesat. Nyatanya kemampuan mata burung hantunya tidak dibekali dengan kemampuan membaca labirin. Ia ingin mengutuk siapapun yang membuat gua ini.

Ya, apa lagi yang dapat ia lakukan selain melangkah maju? Jadi ia meneruskan perjalanannya hingga ia menemukan seseorang... atau permainan selesai... 

Ah, ia sudah sangat lelah dengan gua labirin ini hingga ia mulai tidak peduli dengan permainan.

"Kau tahu antingmu itu seperti mercusuar akan posisimu, kan?" Kata sebuah suara bariton. Karena mereka berada di gua, suara itu terdengar bergema... dari segala arah. Danum mengubah gendang telinganya menjadi lebih sensitif sehingga ia dapat menemukan sumber suara.

"Apa kau sebegitu tidak pedulinya bila ditemukan?" Suara itu berasal dari sebelah kanannya.

"Atau sengaja ingin ditemukan?" Kali ini suara itu berasal dari kirinya.

Karena terlalu cepat memutar kepalanya ke kanan dan kiri mengikuti sumber suara, gemerincing antingnya terdengar lebih besar. Besi-besi itu bergetar karena benturan akan satu sama lain, membuat suara yang merdu.

"Berapa banyak anting yang kau pakai?" Tanya suara itu lagi, kali ini dari belakangnya. Danum memutar balik tubuhnya. Lagi-lagi antingnya bergemerincing merdu. 

Frustasi, Danum berkata, "Tunjukkan dirimu, pengecut!"

Sebuah tangan menyentuh telinga Danum yang memanjang akibat berat antingnya. Sebuah sentuhan yang lembut.

Sentuhan yang Danum tidak akan tolerir. Dengan cepat dan kuat ia mengayunkan tongkat kayunya ke belakang. Sebuah rintihan kasar menandakan ia mengenai targetnya.

Kali ini Danum memutar tubuhnya untuk melihat si sumber suara. Seorang pria yang sedang membungkuk memegangi kemaluannya.

"Wow... k- kau sangat kuat," katanya.

"Memegang telinga wanita Dijamer adalah pelanggaran besar, kau tahu."

"Ma– maaf..." rintih pria itu. 

Ketika pria itu mendongakkan kepalanya, Danum mengenali mukanya sebagai multi-rasial. Campuran Andalas dan Lixi sepertinya.

Danum mengubah kulitnya menjadi besi. "Kau bisa meminta maaf pada bangsaku di surga." 

Gadis itu melayangkan tinjunya menuju kepala pria itu. Namun pria itu tiba-tiba menghilang, diikuti oleh sepoi angin.

"Aku tidak pernah bertemu bangsa Dijamer sebelumnya," suaranya berasal dari kanan Danum. 

Kali ini, Danum langsung menjegal kakinya dari bawah. Pria itu tersungkur terduduk di tanah. Ketika Danum hendak memukulnya kembali dengan tongkatnya, pria itu menghilang kembali. Tapi Danum sudah menangkap pergerakannya. Ia membaca arah pergerakan angin, kemudian ia langsung mengarahkan tongkatnya ke arah kirinya. Dengan keras.

"Ugh!" Gerutu pria itu kembali. "Kau j-juga p-pintar,"

Lagi-lagi Danum hendak meninjunya, positif bahwa kali ini ia akan mengenainya, tapi pria itu justru menangkap pergelangan tangannya. Kemudian dengan gerakan yang cepat pria itu menyikut perut Danum. Meski dengan kulit besi, Danum merasakan sakitnya.

Pria itu sangat kuat.

Sebelum Danum sempat pulih dari rasa sakitnya, pria itu sudah mendorong Danum dengan kecepatan tinggi hingga punggung Danum membentur dinding batu gua.

"AAAH!" 

Danum merasakan rasa sakit itu hingga ke tulang punggungnya. Anting-antingnya pun terbentur keras ke dinding dan menimbulkan gema suara yang besar. Tubuh gadis itu akan merosot ke tanah bila tidak ditopang oleh pria itu. Tubuh kekarnya menjepit tubuh besi Danum ke diding batu, memaksa agar Danum tetap berdiri. Kedua tangan Danum ia jepit ke dinding gua di samping kepala Danum.

Danum menumbuhkan taring dari giginya dan ia berusaha menggigit leher pria itu, namun penangkapnya dengan cepat dapat menghindar.

Pria itu dengan sombongnya tersenyum. "Kau memang penuh semangat, ya?"

Suara langkah kaki terdengar mendekati mereka. Danum dan pria itu menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria Andalas yang mengeluarkan cahaya dari telapak tangannya. Cahaya itu menerangi Danum dan si pria.

Dalam sepersekian detik itu, mereka berdua untuk pertama kalinya memperhatikan fitur wajah masing-masing dengan jelas. Danum, dengan kulit besinya yang mulus dan mengilat. Dan si pria dengan garis rahang yang kuat dan mata oriental.

"Kau... luar biasa," bisik pria itu, lebih pada dirinya sendiri.

Danum kaget akan pernyataan itu.

Siapa yang akan mengomentari kulit besi sebagai luar biasa?

Pria ini gila. Pikir Danum.

"K-kau... Mercurio!" Seru pria dengan cahaya di telapak tangannya.

Mercurio menatap pria satunya dengan gusar, "Kau ingin mati?"

"A–ampun... aku akan pergi.." dengan cepat, pria itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tunggu... Mercurio?? Mercurio dari kru Penyihir Putih?"

Mercurio mengembalikan pandangannya mengarah pada Danum. Dengan mata burung hantunya, Danum dapat melihat tanda kenakalan dari mata Mercurio. 

"Hai juga. Dan namamu?"

"Kau tidak bisa membunuhku. Kita berasal dari kubu yang sama."

Pria itu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Danum.

Pria ini benar-benar gila.

"Oke, itu nama terpanjang yang pernah kudengar," katanya di sela-sela tawanya.

Cengkeramannya pada kedua lengan Danum melonggar. Danum menggunakan kesempatan itu untuk menyikut bagian pelvis Mercurio dengan lututnya. Ingat, Danum sedang menggunakan kulit besinya. Kau bayangkan sendiri saja sakitnya bagaimana.

Mercurio langsung terjatuh di lantai gua. Kedua tangannya memegangi kemaluannya dan ia merintih kesakitan. Sementara Danum mengambil tongkatnya yang tadi terjatuh dengan tenang. Ia hendak kembali berjalan namun... Ia lupa tadi ia mengarah ke arah mana.

Setelah diputar-putar oleh Mercurio tadi, ia tidak bisa mengingat ke arah mana Ia tadi berjalan. Lorong kanan atau kiri?

Sialan.

Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah kanan. Namun suara Mercurio, di tengah rintihannya menghentikan Danum.

"Kru Pandawa berencana untuk membunuh Pangeran Pemberontak."

"Apa?"

"Aku mencarimu untuk mengatakan hal itu. Ughhhh...."



ᴀᴋʜɪʀɴʏᴀ ᴋᴀᴍɪ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇɴɪᴋᴍᴀᴛɪ ᴘᴀɴᴅᴀɴɢᴀɴ ᴅᴀʀɪ ᴋᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ ᴋᴇꜱᴜᴋᴀᴀɴ ᴋᴀᴍɪ.

ʟᴀɢᴜ ɪɴɪ ʙᴇʀᴊᴜᴅᴜʟ "ᴡᴀᴛᴇʀᴡᴀʏꜱ" ᴅᴀɴ ᴅɪᴍᴀɪɴᴋᴀɴ ᴏʟᴇʜ ʟᴜᴅᴏᴠɪᴄᴏ ᴇɪɴᴀᴜᴅɪ. ꜱᴀɴɢᴀᴛ ᴍᴇɴɢɢᴀᴍʙᴀʀᴋᴀɴ ᴅᴀɴᴜᴍ, ʙᴜᴋᴀɴ?

ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ ᴀᴛᴀᴜ ᴠᴏᴛᴇ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴʏᴀᴍᴘᴀɪᴋᴀɴ ᴘᴇɴᴅᴀᴘᴀᴛᴍᴜ

ᴍᴇꜱᴋɪ ꜱᴇʙᴇɴᴀʀɴʏᴀ, ᴋᴀᴍɪ ᴘᴜɴ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴛᴀʜᴜ


ꜱᴀʟᴀᴍ,

ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ᴋᴏʟᴏɴɢ ʀᴀᴋ ʙᴜᴋᴜᴍᴜ.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top