𝕭𝖆𝖇 16
"Selamat datang kembali para penonton! Selamat datang kepada pertandingan kedua Turnamen Mentari!"
Riuh sorak-sorai penonton mengisi dinding-dinding koloseum. Dari jauh kau akan terkesima terhadap antusiasme mereka. Namun bila kau adalah peserta yang berada di dalam arena, kau akan tahu bahwa nyatanya mereka bersorak menuntut pertarungan yang menyenangkan. Menuntut adanya tumpah darah.
Pasir-pasir koloseum pun bergidik mendengarnya. Matahari membakar semua orang yang berada di koloseum. Namun teriknya sang surya tidak mampu menahan kehausan penonton terhadap pertumpahan darah.
Sembari Madoff menjelaskan permainan kali itu, Ree mengedarkan pandangan mencari Xi.
Setiap kru sudah berada di arena, terbagi menjadi dua kubu berdasarkan tempat tinggal mereka di Koloseum. Delapan melawan tujuh.
"Poin setiap anggota akan dicatat dan diakumulasi untuk dihitung per kelompok. Poin ini didapatkan setiap kali seorang anggota membunuh anggota kru kubu lain. Tapi bila kau membunuh anggota kubumu sendiri, nilaimu akan jauh berkurang."
"Untuk membuat permainan lebih menarik, kami –maksudnya aku seorang diri, sudah menganalisis kemampuan setiap peserta kemudian memberikan poin kepada mereka. Berikut adalah list yang sudah kubuat."
Di sekeliling dinding koloseum, batas arena dan tempat duduk penonton, muncullah lima layar transparan besar, masing-masing menampilkan list nilai setiap orang. Nilai tertinggi didapati oleh Kai, 1,800 poin.
Untung dia berada di kubu yang sama.
Diikuti oleh seorang anggota kru Pandawa. Sebagian besar dari dua puluh nilai teratas terisi oleh Kru Penyihir Putih atau kru Pandawa. Ree membaca cepat setiap nilai itu, hingga Ia melihat nama pertama yang berasal dari kru mereka.
Rangga. Bernilai 545 poin, ia berada di urutan 47. Diikuti oleh nama Danum di urutan 53. Kemudian Lex, Ree, dan Bima –masing masing di urutan 61, 63, dan 84.
'Sial! Kita jauh sekali di bawah', kata Lex menggunakan saluran pikiran.
'Justru itu hal yang bagus', kata Danum, 'Kita tidak perlu terlalu khawatir orang menargetkan kita.'
Ree setuju. Mendapatkan nilai yang rendah adalah anugerah di permainan ini. Meski sepertinya Wiseman sengaja menempatkan Ree pada posisi demikian kendati makhluk magis itu sudah mengetahui kemampuan aslinya.
"Permainan akan berakhir ketika bel –yang akan kubunyikan, sudah berbunyi. Bila ketika bel berbunyi masih terdapat lebih dari sepuluh kru, akumulasi poin setiap kru akan digunakan untuk mengeliminasi sisanya. Ingat, para sponsor akan memilih siapa kru yang ingin mereka bantu berdasarkan akumulasi poin kalian pula."
"Oh ya!" Lanjut Madoff, "Tidak ada kamera di dalam. Kalian bisa melakukan apapun sesuka hati kalian asalkan sesuai dengan peraturan."
'Fokuslah untuk selamat,' kata Rangga, 'Lebih baik hidup daripada menyumbang nilai ke kru lain.'
Saat itu juga, arena berguncang hebat. Muncullah sebuah retakan di tengah arena, semakin lama semakin membesar. Retakan itu membuat kedua kubu terpojok di kedua sisi arena. Pasir-pasir arena mulai berjatuhan ke celah tersebut. Hanya ada kegelapan luas yang memandang dari dalam celah tersebut.
"Kubu Barat." Sahut Madoff, "Akan masuk terlebih dahulu. Selang sepuluh menit, Kubu Timur baru dapat masuk. Di bawah kalian adalah sebuah gua kuno yang terbentuk dari pegunungan Andalas. Seperti yang kalian tahu, koloseum ini berdiri dekat sekali dengan salah sau gunung paling sakral di Andalas."
'Kubu kita dapat bersembunyi terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan bagus,' kata Bima.
Ree tidak bisa tidak mengkhawatirkan Bima. Ia adalah anggota terlemah dari kru ini meski kemampuan membaca pikirannya sangat baik dan dibutuhkan. Bukan berarti kemampuan bertarungnya buruk. Ree bahkan sudah memberikan nasihat dalam melawan seseorang dengan magis yang lebih tinggi. Yang Ree khawatirkan adalah, ia ragu Bima dapat membunuh orang lain demi mendapatkan poin–
Pikiran Ree terhenti ketika matanya melihat orang itu.
Di tengah-tengah kerumunan kubu lain, seorang pria dengan jubah hitam. Mata oriental. Hidung yang sedikit pesek serta alis yang tebal.
Xi. Teman seperjuangannya di masa lampau.
Dan seluruh tubuh Ree mulai melemas.
Xi berdiri bersama dengan krunya, semua memakai jubah berwarna hitam.
Dengan segera, Ree mengarahkan semua bayangannya ke Xi. Menarik dan membujuk bayangan itu untuk memberitahu Ree akan Xi. Benarkan dia Xi? Benarkah pria itu masih hidup?
Tapi yang ia temukan jauh dari yang ia harapkan, bayangan Xi terselubung oleh kekuatan menyeramkan, kekuatan yang sama yang ia temui pada hari pertama.
Kekuatan itu melawan ketika bayangan Ree berusaha menariknya dari bayangan Xi. Kekuatan yang keji itu justru lebih mencengkeram bayangan Xi. Anehnya, kekuatan itu terasa familiar...
Mencari cara lain, Ree menarik bayangan-bayangan anggota kru Xi yang lain. Ree menemukan kekuatan keji yang sama mencengkeram setiap bayangan anggota-anggotanya.
Seseorang mengontrol satu kru melalui magis.
Tapi siapa? Nareen?
Dan kenapa Xi?
Ree hendak memperluas bayangannya ke seluruh arena untuk mencari sumber kekuatan keji itu. Ia tidak mau lagi ditakuti oleh kekuatan itu seperti sebelumnya. Namun sebelum ia dapat melakukan itu, Madoff sudah membunyikan pluit tanda permainan dimulai. Dan tubuh Ree kemudian diserobok dari segala arah, memecah konsentrasinya.
Karena bayangannya difokuskan untuk hal lain, ia tidak dapat merasakan presensi orang lain seperti biasanya.
Lelah diserobok terus menerus, Ree menenggelamkan diri dalam kolam bayangan.
Fokus, Ree! Menangkan permainan terlebih dahulu.
Ree menyusuri pasir koloseum kemudian ia memasuki celah tersebut. Goa itu penuh dengan kegelapan hingga banyak orang tidak dapat melihat dengan jelas, tapi itu justru adalah hal yang sangat menguntungkan bagi Ree. Bayangan Ree dapat memberitahunya seluk beluk gua ini.
ꜱᴀɴɢᴀᴛ ᴋᴜɴᴏ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴋᴏʜ.
Lagi-lagi Ree merasakan sensasi getaran pada tubuhnya. Setiap sisi goa ini diselubungi magis kuno.
'Hati-hati terhadap perangkap. Ini adalah goa yang sangat kuno,' kata Ree masih menggunakan saluran pikiran yang dibuat Bima.
'Aku tidak bisa membuka saluran komunikasi mental dalam jarak jauh untuk setiap anggota. Tapi aku bisa membuat kalian dapat berkomunikasi secara mental dengan satu sama lain bila dalam jarak dekat,' kata Bima.
'Ree, bisakah kau mengantar Bima ke tempat persembunyian terlebih dahulu?' Tanya Rangga, 'Carilah tempat yang akan sangat susah ditemukan. Kemudian giring target kalian menuju tempat persembunyian itu.'
'Bagaimana dengan kalian? Tanpa kemampuan Ree, kalian hampir tidak bisa melihat apa-apa dalam gua ini,' kata Bima.
'Aku akan membantu Rangga dan Danum mencari tempat persembunyian. Kau tahu, elemen tanah adalah keahlianku. Mereka terkadang juga berbisik padaku.'
Ree memutar matanya akan ejekan Lex terhadap kekuatannya.
'Kau tahu kekuatanku adalah api kan? Aku bisa mencari jalanku sendiri,' balas Rangga terhadap perkataan Lex.
'Dan memberitahu orang lain akan keberadaanmu? Sebaiknya kau ikut aku saja, Ga,' sergah Lex.
'Sebaiknya aku bersembunyi sendiri,' kata Danum, 'Aku bisa melihat dalam kegelapan dengan mata burung hantu.'
'Berhati-hatilah,' kata Bima akhirnya.
Ree memunculkan dirinya di samping Bima. Ia menarik siku bocah itu untuk mengikutinya menyusuri gua. Melalui bayangannya, Ree dapat merasakan banyak peserta sudah memasuki gua lebih dalam untuk mencari tempat persembunyian. Sisanya masih meraba-raba dinding gua mencoba mengadaptasi mata mereka akan kegelapan.
Dengan cekatan, Ree menggiring Bima memasuki gua lebih dalam. Batu tempat mereka berpijak terasa lembap, sudah tertumbuh banyak lumut. Pun dinding-dinding gua terasa licin oleh tumbuhan itu pula.
'Meloncat setinggi-tingginya,' perintah Ree.
'Kenapa?'
'Ada orang yang merangkak di depanmu.'
Namun ketika Bima berusaha meloncat, ujung sepatunya justru tersandung tubuh orang yang merangkak di depannya. Bima hampir saja tersungkur bila Ree tidak menopang tubuh bocah itu dengan tubuhnya.
"Ahhh!" Teriak orang itu, "Siapa di sana?"
Tapi sebelum orang itu dapat berkata lagi, Ree sudah kembali menarik Bima menuju tempat terdalam dalam goa itu.
ᴛᴇɴᴀɴɢ, ᴋᴀᴍɪ ᴍᴇɴʏɪᴍᴘᴀɴ ꜱᴇᴍᴜᴀ ᴀᴋꜱɪ ᴅɪ ʙᴀʙ ʙᴇʀɪᴋᴜᴛɴʏᴀ.
ʙᴇʀɪᴋᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ᴠᴏᴛᴇ, ᴀᴛᴀᴜ ꜰᴇᴇᴅʙᴀᴄᴋ ᴅᴀɴ ᴋᴀᴍɪ ᴘᴀꜱᴛɪᴋᴀɴ ᴀᴋꜱɪ ʙᴇʀɪᴋᴜᴛɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇɴᴄᴇɴɢᴀɴɢᴋᴀɴ.
ꜱᴀʟᴀᴍ,
ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ʙᴀᴡᴀʜ ʙᴏᴛᴏʟ ᴍɪɴᴜᴍᴍᴜ.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top