𝕭𝖆𝖇 3

Hari ketika Ree menemukan Andreas, ia sudah tahu dari awal bahwa Andreas adalah Pemagis Murni. Ree baru saja menginjak umur tujuh belas tahun. 

Bocah itu menekuk tubuhnya di sebuah sel penjara milik Nareen Nygard. Nareen mendengar rumor bahwa ada seorang bayi yang ketika dilahirkan, salju dan hujan turun di musim kemarau. Nareen membuat markas di desa itu, Desa Binara. Hari itu pula Sang Karma, yang terkenal sebagai satu-satunya kontraktor yang mendapatkan magis bukan dari dewa, baru saja mendapatkan kekuatannya dari Naga Hitam.

Buah bibir berbicara, terdapat sebuah grup. Mereka menyebut diri mereka sebagai Pasukan Bayangan. Grup itu memiliki misi untuk melepaskan para tahanan dari markas Nareen di Desa Binara. Namun, di malam yang sama Sang Karma keluar dari goa tempat Naga Hitam bersemayam. 

Entah kenapa, Sang Karma membantai semua pasukan Nareen. Ia hanya meninggalkan satu mata, dua tangan tanpa jari, dan satu kaki untuk Nareen. Sang Karma sengaja tidak membunuh Nareen malam itu.

Para penduduk desa yang memberinya sebutan "Sang Karma" karena ia seperti karma, sebuah pembalasan yang setimpal untuk semua perbuatan Nareen yang kotor.

Ketika Ree mengunjungi tempat itu untuk mengecek apakah ada orang lain yang selamat, ia justru menemukan Andreas. Tubuhnya bergemetar ketakutan. Ree mencium bau amis di sel itu. 

Ree tahu, Andreas adalah seorang pemagis murni. Nareen bukanlah seorang yang pandai menutup mulutnya. Satu desa mengetahui usaha gelapnya serta bahwa ia memiliki perjanjian dengan Raja Judistia untuk menyerahkan Pemagis Murni kepada Judistia. 

Sebentar lagi para prajurit Judistia akan menyerbu tempat itu, berlomba mendapatkan Sang Pemagis Murni sebelum prajurit Andalas muncul. Itupun bila para mata-mata dari Lixi belum mencapai tempat itu lebih dulu.

Pasalnya, mereka tidak bisa merebut Pemagis Murni ketika Nareen dan pasukannya masih ada. Nareen memiliki list para kontraktor, terutama para bangsawan dari semua negara di kontinen yang membeli nyawa dari Nareen untuk bayaran kontrak. Bila mereka menyerang Nareen dengan gegabah, Nareen dapat memulai rumor mengenai para bangsawan itu.

Lagipula meski Desa Binara merupakan bagian dari Andalas, markas Nareen berada tepat di antara garis perbatasan. Itulah mengapa kedua negara tidak bisa bertindak gegabah bila mereka ingin menghindari perang. 

Namun ketika Sang Karma menyerbu markas mereka, itu adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan Sang Pemagis Murni. Kejatuhan Nareen malam itu adalah kesempatan emas bagi tiap negara di kontinen itu.

"Apa kau akan bergemetar begitu saja hingga salah satu negara menjemputmu?" tanya Ree. "Atau kau bisa berdiri dan membuat jalan hidupmu sendiri."

Untuk pertama kalinya Andreas menatap Ree. Andreas tidak jauh lebih muda daripada Ree, mungkin lebih muda sekitar setahun. Matanya berwarna biru muda, rambut pirangnya kotor karena tanah, dan pakaiannya sudah compang camping. Untung di perbatasan, musim dingin di daerah itu tidak sedingin di tempat Andalas lain. Bocah itu bisa saja meninggal karena kedinginan bila Nareen membuat markas di tempat lain.

"D– dia... membunuh ibuku," bocah itu mulai mengisak.

"Tapi dia belum membunuhmu." 

Ree memutar balik tubuhnya, cahaya dari lampu minyak tanah ikut berputar, menerangi lorong yang kosong. Semua tubuh prajurit tergeletak di lantai pertama dan halaman depan. Ratusan jumlahnya. Tidak ada darah. Hanya ekspresi setiap orang yang seakan telah melihat hantu.

Ree meringis lagi melihat itu semua. Melihat kehancuran yang telah diakibatkan, melihat berapa banyak nyawa yang telah diambil.

"Mereka meembuat lawan dengan orang yang salah," kata Ree lebih kepada dirinya sendiri. 

"Dengar, bocah," Ree meninggikan suaranya. "Hidupmu adalah milikmu seorang. Jangan biarkan siapapun menjadi dalang akan hidupmu. Kau harus menjadi dalang utama." 

Lalu Ree berjalan keluar dari tempat itu. Ia membiarkan pintu sel terbuka, kali-kali bocah itu masih sempat untuk melarikan diri sebelum para prajurit datang. Namun belum sampai tiga langkah dari pintu utama bangunan itu, Ree sudah tahu bahwa Andreas mengikutinya. 

Ketika Ree mencapai kuda dan gerobaknya, Andreas hanya berada dua langkah di belakangnya. Ree menghela napas.

"Aku tidak punya banyak." Lanjut Ree, "Tapi aku bisa mengajarimu untuk mengontrol magismu. Murni atau tidak, semua pemagis harus belajar cara mengontrolnya."

Andreas tidak menjawab. Ia justru memanjat masuk gerobak di belakang kuda Ree. Bocah itu menemukan sebuah selimut dan langsung menggulung tubuhnya di bawah selimut itu. Kemudian memosisikan tubuhnya di antara senjata dan simpanan makanan yang banyak. Ree lalu menutupi gerobak itu dengan kain goni sebelum akhirnya menaiki kuda untuk membawa mereka keluar dari Desa Binara. Dalam perjalanan, mereka berpapasan dengan prajurit Andalas.

Perjalanan itu memakan waktu lima hari dan empat malam. Ree ternyata memiliki simpanan baju pria di gerobak itu yang dapat dipakai Andreas. Ada beragam ukuran, baik pakaian perempuan maupun laki-laki. Ketika Andreas menanyakan itu kepada Ree, gadis itu itu pura-pura tidak mendengar. 

Mereka menemukan sebuah gubuk kosong, agak jauh dari daerah permukiman di Desa Miyan, hanya beberapa langkah dari Hutan Kalindra. Andreas memerotes bahwa binatang buas bisa dengan mudah menyantap mereka di tempat itu tapi Ree berkata, "Mereka tidak akan berani." Itulah bagaimana Ree dan Andreas mulai tinggal bersama.

Ree berburu binatang dan tanaman herbal untuk dijual di pasar hampir setiap hari. Ketika ia pulang, ia akan memanggil Andreas untuk berlatih magis.

"Mulai dengan latihan bernapas." Ree selalu bilang. Andreas benci latihan bernapas. Sangat membosankan.

"Kenapa kau tidak ikut pula?"

"Tidak sepertimu, aku bisa mengontrol kekuatanku."

Andreas mencibir. "Kau bahkan tidak pernah menggunakannya." Setidaknya Andreas tidak pernah melihat Ree menggunakan kekuatannya untuk apapun. "Apa sih magis yang kau dapatkan?"

Ree memukul kepala Andreas ringan, "Fokus."

Delapan bulan mereka tinggal bersama dan manifestasi magis Andreas suda terbentuk. Angin. Tetapi berbeda dengan kontraktor dewa angin Vilia pada umumnya, Andreas dapat mengontrol berbagai elemen angin. Ia dapat membuat badai, dapat menaikkan dan menurunkan suhu angin, serta membuat salju.

Terkadang Andreas mulai bosan tinggal di gubuk saja. Dengan kekuatan angin, ia mulai mengunjungi Desa Miyan dan pulang sebelum Ree selesai berburu. Khususnya perpustakaan Desa Miyan, Andreas sangat senang mengunjungi tempat itu. Ia pun mulai meminjam banyak buku dan menyimpannya di lemarinya. Terkadang ia juga ikut bermain dengan para remaja lain di pasar. Tentunya menghindari tempat Ree menjual dagingnya. Seringkali ia menggunakan kekuatan anginnya untuk memutar koin sehingga jatuh di sisi yang ia tebak, atau menggunakan angin untuk membuat batu lemparannya lebih jauh dari seharusnya.

Pernah suatu kali ia sedang bermain dengan teman-temannya di pasar. Dari sudut matanya, ia melihat seorang remaja pria dengan tubuh besar beserta tiga temannya memojokkan seorang bocah lain. Bocah itu sudah tersungkur di tanah tapi keempat pembuli masih menendangi dan memukulinya. Andreas tidak tahan melihat hal itu. Ia langsung berlari ke arah mereka. Ketika ia meminta mereka untuk berhenti, mereka hanya tertawa. Jadi Andreas mengirimkan angin untuk menjatuhkan dua pembuli. Dua pembuli lain langsung kabur.

Ketika Andreas mengulurkan tangan kepada bocah itu untuk membantunya berdiri, bocah itu kaget melihat pergelangan tangan Andreas. "K– kau tidak memiliki tanda kontrak!" seru bocah itu. Belum sempat Andreas menarik tangannya, seseorang sudah menutupi pergelangan tangannya kemudian menariknya. Ree.

Ree langsung menarik Andreas dan dengan cepat mereka pulang ke gubuk mereka. Ree marah besar pada Andreas.

"Kemasi barangmu." Katanya, "Kita akan pergi ketika matahari terbit."

Andreas tahu ia sudah melakukan kesalahan. Bila satu orang saja tahu dirinya adalah Pemagis Murni, mereka akan berusaha menangkapnya. Kemudian Andreas akan kehilangan kebebasannya. Maka ketika Ree memarahinya, Andreas hanya menyatukan dagu ke dadanya.

Ketika ia mulai berkemas malam itu, ia tidak menyangka ... bahwa mereka yang mencarinya ternyata sudah sangat dekat.

Malam itu Ree tidak bisa tidur. Ia memasang bayangannya untuk mencari tahu apabila ada yang berusaha mendekati gubuk mereka. Benar saja, seorang telah mendatangi mereka. Ree cepat-cepat bangun kemudian bergegas ke kamar Andreas. Ia sengaja selalu memakai celana bahkan ketika tidur untuk situasi seperti ini. 

Ketika Ree membuka pintu kamar Andreas, Ree kaget karena orang itu ternyata sudah berada di kamar Andreas. Ia menekan wajah Andreas dengan kain, berusaha membiusnya. Namun Andreas melawan sehingga kain itu jatuh. Ree menggunakan bayangan orang itu untuk mengganjal kakinya. Kemudian Ree menarik bayangan orang itu hingga ia terjatuh di samping tempat tidur Andreas. Orang itu bahkan tidak menyadari bahwa bayangannya sendirilah yang membuatnya terjatuh.

Andreas yang pertama kali melihat kekuatan Ree tercengang. Ia sudah membaca tentang para dewa dan beragam jenis kontraktor yang ada dari buku-buku di perpustakaan. Namun ini pertama kali ia mengetahui bahwa magis bayangan ada.

Ree hendak menggapai tangan Andreas, tapi tiba-tiba mereka merasakan guncangan yang dasyat. Sebuah bola api besar baru saja membolongi atap gubuk mereka dan mendarat di kamar Ree. Apinya menjalar dengan cepat ke seluruh sisi gubuk yang terbuat dari kayu. Sebuah balok kayu jatuh dari atap gubuk di depan Ree, menghalanginya dari Andreas.

https://youtu.be/lQPdYRh3CME

"Andreas!!" 

Ree mengulurkan tangannya dari atas balok itu. Ia dapat meleburkan mereka dengan bayangan kemudian membawa mereka berdua keluar. Namun Andreas justru mematung.

"Ree... k– kau... "

Pria tadi berhasil menggapai kaki Andreas dan membuat Andreas jatuh di lantai. Kepalanya membentur lantai kayu dan kesadaran menghilang dari Andreas. Belum sempat Ree melebur dengan bayangan untuk melewati balok kayu di depannya, pria itu tiba-tiba menghilang bersama Andreas. Teleportasi.

"Sial!" 

Ree langsung melebur dengan bayangan kemudian pergi ke tempat ia tadi merasakan seseorang telah memasuki perimeter gubuknya. Beberapa meter dari gubuknya yang kini sudah terlahap api, hanya beberapa langkah dari Hutan Kalindra, empat orang lain berdiri. Ree melihat pria itu mematerialisasi dirinya kemudian diri Andreas di samping empat orang itu.

"Si perempuan?" tanya salah seorang pria yang bertubuh besar.

Ree langsung memunculkan diri di depan mereka. Ia berusaha menggapai bayangan-bayangan mereka... Namun nihil.

Ketika Ree melihat di bawah kaki mereka, beberapa batu magis bersinar terang, membuat tubuh mereka tidak memiliki bayangan. Kemudian Ree melihat bawah kakinya. Ia berdiri di atas bayangan sebuah pohon. Di tengah kepanikannya, ia tidak melihat bahwa mereka telah mempersiapkan jebakan untuk Ree.

"Tepat seperti perkiraan," kata seorang lain. Suaranya lebih feminin.

Lalu tiba-tiba tembok-tembok transparan muncul dari semua sisi. Delapan jumlahnya, dan mengurung Ree. Di tengah semua tembok transparan, sebuah simbol bersinar. Seperti sebuah tongkat dengan dua segitiga terbuka di atas dan di bawah.

Ree berusaha meleburkan dirinya dalam bayangan. Tidak bisa.

Ia berusaha menggapai bayangannya, berusaha menggapai magis apapun.

Tidak bisa.

"Simbol itu membuat magis dari kontrak apapun tidak bisa dilakukan," jelas suara feminine itu lagi. 

Ia melemparkan sebuah benda di tangan kanannya kemudian menangkapnya kembali. Benda itu memiliki delapan sisi terbuat dari besi dan memiliki simbol yang sama di setiap sisinya. 

"Antimagis," kata perempuan itu lagi.

Kepanikan mulai merayapi Ree. Bila ia tidak bisa mengakses bayangan, bila ia tidak bisa mengunakan magis apapun....

Ree mulai mendorong, memukul, dan mendobrak tembok-tembok transparan itu. Nihil. Mereka tidak bisa mendengar apapun dari dalam ruang antimagis, tapi Ree dapat mendengar mereka.

"Aku mengharapkan lebih dari seorang pemagis bayangan," kata suara bariton itu lagi. "Jujur kau adalah pemagis bayangan pertama yang kutemui." 

Ketiga orang itu mulai tertawa. Mereka menertawai Ree yang terus menerus memukul tembok itu dengan panik.

Ree memukul dan memukul tembok transparan itu sekuat tenaga. Ia berteriak meminta mereka melepaskan Andreas, meminta mereka tidak melibatkan Andreas.

"Menyerahlah," kata pria itu lagi. "Kami membutuhkannya untuk memenuhi sebuah ramalan kuno. Dia sudah ditakdirkan. Tidak ada yang bisa kau lakukan."

Ree menolak mendengar kata-kata itu. Manusia bisa mengukir kisahnya sendiri. Masa bodoh takdir yang sudah direncanakan oleh para dewa. Kenapa kita harus menjalankan jalan cerita yang dibuat oleh para makhluk yang hanya akan melihat dari atas? Kenapa kita yang harus menderita di lapangan oleh karangan pihak lain?

"Ultar, bawa kita pergi." Perintah suara bariton itu lagi.

Pria yang bisa berteleportasi itu menyerahkan tubuh Andreas kepada pemilik suara bariton. Kemudian ia berkonsentrasi. Kedua jarinya membuat lingkaran besar di udara. Awalnya hanya jejak jemarinya yang bersinar, membuat lingkaran yang bersinar di udara. Lalu sebuah pemandangan mulai muncul dari lingkaran itu. Sebuah tempat penginapan.

Ree kembali panik. Ia semakin membabi buta memukuli tembok itu.

Ia terus memukul dan memukul tembok transparan itu. Semakin lama pukulannya semakin kencang. 

"Andreas!" 

Ia terus memukul. 

"Bajingan, kembalikan dia!" 

Setiap pukulannya sedikit demi sedikit menggetarkan tembok itu. Entah bagaimana, Ree dapat merasakannya. Ada sensasi getaran di dalam tubuhnya, di dalam tulangnya, setiap kali ia memukul tembok itu. 

Semakin lama getaran itu semakin besar. Dan....

Akhirnya tembok itu retak. Kecil, memang. Namun suaranya sangat nyaring di tengah malam itu. Kendati demikian portal itu sudah mulai menutup, sehingga hanya tinggal satu orang yang melihat Ree meretakkan tembok transparan itu. Pria dengan kemampuan teleportasi berhenti tertawa dan tercengang. 

Ree terus memukul dan memukul. Retakan demi retakan bertambah banyak, menjadi retakan yang besar, menjalar dari atas hingga bawah tembok.

Ree memukul kembali sekuat tenaganya dan akhirnya retakan itu menjalar ke seluruh permukaan tembok. Tembok transparan itu pecah berkeping-keping menjadi debu-debu magis. Ree terhuyung ke depan, ia berusaha meraih adiknya. Tapi tepat saat itu juga, portal sudah tertutup. Ree hanya dapat menggapai udara kosong sebelum akhirnya terjatuh ke tanah hutan.

"Tidak, tidak, tidak." 

Ree berlari ke dalam hutan. Ia menyebarkan bayangannya. Nihil.

Kemudian Ree menuju ladang rumput liar di depan gubuknya. Di antara rumput-rumput yang tinggi ia menyebarkan bayangannya sekali lagi untuk mencari. Nihil.

Ree meneriakkan nama Andreas kepada malam, berharap sekali saja para dewa mau menjawabnya, mau membantunya.

Namun Ree tahu lebih dari meminta dari para dewa.

Ree harus ke satu tempat yang ia janji pada dirinya untuk tidak pernah datangi. Untuk apa lagi mereka membutuhkan seorang Pemagis Murni?

Ia harus mengikuti Turnamen Mentari. 



ʙᴀɢᴀɪᴍᴀɴᴀ? ꜱᴜᴋᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ꜰʟᴀꜱʜʙᴀᴄᴋ ɪɴɪ? ᴋᴀʟᴀᴜ ꜱᴜᴋᴀ, ᴍᴏʜᴏɴ ᴠᴏᴛᴇ, ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ, ᴀᴛᴀᴜ ᴋʀɪᴛɪᴋ ᴅᴀɴ ꜱᴀʀᴀɴɴʏᴀ

ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪᴀᴍ-ᴅɪᴀᴍ ꜱᴀᴊᴀ...

ᴛᴇʀᴋᴀᴅᴀɴɢ ʙɪʟᴀ ᴋᴀᴜ ᴍᴇʀᴀꜱᴀᴋᴀɴ ʙᴜʟᴜ ᴋᴜᴅᴜᴋ ᴅɪ ʙᴇʟᴀᴋᴀɴɢ ʟᴇʜᴇʀᴍᴜ ʙᴇʀᴅɪʀɪ... ɪᴛᴜ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴋᴀᴍɪ, ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ, ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴄᴏʙᴀ ʙᴇʀʙɪᴄᴀʀᴀ ᴘᴀᴅᴀᴍᴜ

(ᴛᴇʀꜱᴇɴʏᴜᴍ ᴊᴀʜᴀᴛ)

ᴋᴀᴍɪ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇʟɪʜᴀᴛ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴋᴀᴜ ʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ.


ꜱᴀʟᴀᴍ,

ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ʙᴇʟᴀᴋᴀɴɢᴍᴜ.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top