Cetek Ceunah
"Di suatu hari tanpa sengaja, kita bertemu … aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta ...."
Seorang lelaki sedang memegang sapu tampak bernyanyi di halaman depan rumah, tangannya terangkat ke atas, seolah yang dipegangnya merupakan pengeras suara.
"Combalabalacom! Capit janggut geura nyanggut."
Byur!
"Wey! Apa-apaan, sih? Lo, gila, ya?"
Andre yang sedang asyik bernyanyi seketika menghentikan aktivitasnya, setelah ada orang aneh yang membaca mantra dan mengguyurkan segayung air di atas kepalanya.
"Oh ... kakak sehat? Kirain penyakit cepat halu-nya lagi kumat." Indra cengengesan melihat pucuk kepala kembarannya basah kuyup.
"Ngaco, Lo, ah! Basah semua, kan, baju gua? Udah kayak cicak kejepit, buset, dah!"
Si Pembuat Onar langsung berlari terbirit-birit, setelah melihat korban siap memangsa. Sayangnya, dia berlari menuju tempat yang salah.
Sorodot gejebur!
Indra terperosok ke dalam got, air mengalir deras. Bocah itu terduduk lesu, baju di penuhi lumpur, bau badannya sudah pasti menyengat sekarang.
Andre yang melihat nasib nahas pelaku kejahatan penyiraman air di kepala terbahak-bahak. Tanpa harus mengotori tangan, adik kembar sudah kena batunya.
"Makanya, jangan suka usil, orang lagi ngebayangin duet sama Si Ega, kembang desa Cibenyeng-benyeng."
Tangan bersedekap, bergaya jemawa.
"Aku mah gak apa-apa, masuk got doang, cetek ceunah."
Dengan santai sang adik keluar dari got, mengguyur badan di bawah pancuran keran halaman rumah.
Bandung, 21 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top