Andai Saja

Tema: Laut

Kata kunci:
- Lele
- Panas
- Tersenyum
- Terbang
- Timun

"Ayah, teman-temanku cerita, mereka menghabiskan waktu libur sekolah dengan bersantai di pantai. Enggak kayak kita ini, libur atau pun enggak libur sama aja. Aku bosan di rumah terus, Yah."

Talitha mengerucutkan bibirnya. Mereka sudah lama sekali tidak berlibur. Menjadi masyarakat miskin membuat seorang anak perempuan yang baru duduk di bangku kelas 5 SD, terpaksa harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana.

"Nanti, kalau ada uang kita ke pantai, Nak. Tapi tunggu ayah ada uang, ya." Jodi menarik napasnya kasar. Orang tua mana yang tidak tersayat hatinya ketika tidak bisa memenuhi keinginan sang anak?

"Ah, Ayah. Dari dulu, nanti-nanti terus. Padahal aku udah kepengen banget, Yah." Kedua tangannya bersedekap sebagai tanda kecewa. Berkali-kali ia harus menelan pil pahit kehidupan, sangat jarang sekali keinginan Talitha terpenuhi.

Ingatan Talitha tentang masa lalu 20 tahun silam menari-nari bebas dalam benak. Seperti sedang menonton video di hamparan pasir yang disajikan di depan mata. Deburan ombak pun tidak mengusik kemelut pikirannya.

"Ini pesanannya, Mbak." Seorang pramusaji menyadarkan Talitha dari lamunannya akan masa lalu bersama mendiang ayahnya.

"Iya, terima kasih banyak."

Dulu sekali, betapa inginnya gadis itu menikmati suasana pantai dengan laut berwarna biru seperti saat ini. Duduk santai di restoran beratapkan jerami untuk berteduh. Desau angin menambah tingkat keanggunan pemandangan. Tak lupa dengan hidangan lele terbang panas dan timun menjadi lalapan setia. Kemudian dilengkapi dengan es kelapa muda yang dicampur jus alpukat.

"Ayah, di sinilah aku sekarang. Andaikan ayah masih ada, tentu semua ini bisa kita nikmati bersama. Andaikan aku sukses dari 10 tahun yang lalu, tentu ayah akan merasakan indahnya pemandangan pantai. Aku rindu ayah."

Tanpa terasa, bulir bening mengalir deras dengan tanpa permisi. Punggung gadis itu terguncang hebat mengikuti alur kesedihan yang tercipta. Sekarang, memang uang sudah dengan mudah didapatkan, apapun yang ia inginkan tidak sulit untuk diperoleh, tapi ia sudah kehilangan segalanya. Harta yang banyak tanpa orang terkasih yang membersamai bisa dikatakan percuma. Seorang Talitha sudah menjadi seorang pengusaha sukses di dunia. Raut wajahnya dipaksa tersenyum, dengan kasar ia mengusap air mata yang membasahi pipi.

"Aku enggak boleh cengeng, aku akan menjadi wanita hebat demi ayah. Ayah memang sudah tiada di dunia, tapi ia akan selalu ada di sini, di hatiku."

Dreamlights_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top